Silent,,,:23.. Rival Sebenarnya..

121 11 1
                                        

"bagaimana, persiapan udah Lo cek semua Bray?,,"

"Yupz... Kita tinggal cabut, tobby jangan lupa kamera yang aku siap kan di tas hitam itu."

Tunjuk nya, mengarah pada tas kecil hitam di balik punggung Brian.

"Bray,, kenapa ga bareng kita aja sih. Besok kan sama aja." Tapi tangan itu tidak menahan apa pun, bahkan Brian turut membantu dalam mengepak peralatan yang akan di gunakan Jay saat di Kuta.

"Lo tau gw mo dan gw ga mau repot-repot survei lokasi dan nyiapin peralatan kamera gw mendadak kaya tukang foto keliling."

"Tobby, yang itu juga di bawa!"perintah Jay kepada asisten pribadinya.

Brian berdecak dan menggeleng kecil kepalanya, "kita cuma seminggu disana, tapi kenapa Lo pada bawa baju sedikit?"

Melihat koper berukuran sedang berisi pakaian pribadi yang akan dibawa Jay dan tobby.

Tapi tidak dengan peralatan kamera nya, yang hampir menghabiskan tiga koper berukuran besar menyaingi tubuhnya.

Jay menatap Brian aneh, "disana pantai, meski cuma kancut aja yang Lo pake itu sah - sah aja dimata publik. Tapi Lo harus ingat badan gw terlalu murahan, kalau sampai ada yang jepret tampa ngasih royalti buat kantong gw."

Brian melupakan sifat matre yang dimiliki sahabat nya satu ini,😒

Tapi kalau dalam keseharian nya, Jay tidak terlalu pelit ko.
Ia masih suka mentraktir saat hari ulang tahun nya atau membelikan kopi saat mereka harus lembur semalaman.

Tunggu..

Sepertinya Jay benar-benar pelit, kenang Brian mengingat Jay dari jaman abu-abu sampai jaman now, begitu sedikit mengeluarkan isi kantong nya.

Dasar .

"Pantas, masih betah jomblo perhitungan banget hidup Lo." Benak Brian berbisik.

"Gw denger ya!" Suara Jay yang penuh peringatan membuat Brian siaga.

Brian tidak menyadari jika grutuan itu tidak hanya terucap di hati saja, melainkan dari mulut nya juga.

"Gila, Lo cenayang?"

Jay menempeleng kepala Brian kesal, "hidup harus banyak perhitungan, sekecil apapun keuntungan nya harus Lo kejer, dan sekecil apapun kerugian nya harus Lo lepaskan."

Jelasnya sok benar sendiri, Jay banget 🙄

"Otak bisnis banget Lo, pantes Lo betah jomblo. Masih trauma Lo cuma di manfaatin fio." Celetuk Brian.

Pergerakan Jay terhenti, itu sudah lama. Cerita masa lalu yang sebenarnya meninggalkan trauma untuk nya, cinta buta yang membuat ia memberikan apapun hingga hampir membuat nya mati.

Dan Brian benar .

Tersenyum remeh, dan Brian tau ia benar-benar tidak bisa mengerem ucapannya.

"Gw, move on. Santai aja kali udah kaya maling ketauan satpam Lo"

Raut wajah itu berubah cepat, dan langsung kembali seperti biasa saat melihat raut bersalah Brian, karena sudah menyinggung masa lalu nya.

Brian berkerut kepo, ketika melihat tobby asisten sahabat yang juga sudah seperti soulmate untuk Jay, berbisik-bisik tetangga di depan matanya.

Apa-apaan coba. Tersinggung gw😕

Tapi melihat wajah Jay yang langsung berseri senang, mengurungkan niatnya untuk kepo lebih jauh.

Namun, Brian benaran kepo.

"Kalian ga berancana, liburan berdua dan senang-senang Tampa gangguan kita kan."
Ucapnya selidik.

Tobby terkatup salah tingkah, dan raut wajah Jay yang kini terlihat seperti maling yang tertangkap satpam.

" Wah... Beneran kan Lo pada, pasti mau pada Bobo cantik sama service sexy disana."
Seru Brian tak terima,

tapi Brian jadi sangsi kalau tebakan nya itu benar. Karena ia menangkap wajah lega dari Jay atau pun tobby dari tuduhan nya.

*Hmm,, pasti mereka pengen melakukan four same nanti malam*

Tebak Brian melihat serius.

☘☘☘

"Mereka udah take off pesawat?,"

Brian melenggang pergi, mengacuhkan lawan bicara yang sedang bertanya dengan nya.

Diaz.

Sahabat yang sudah seperti jalangkung, datang pake supir pulang nebeng mobil, kampret dasar 😒

Tidak ada pembicaraan di antara mereka, berjalan bersisian dengan pikiran berkecamuk masing-masing.

Melewati lalu lalang para traveler yang akan bersiap, bahkan kembali dari perjalanan mereka.

Jika Brian masih kesal dengan rencana terselubung yang dibuat Jay tampa memberitahu nya,
lain hal dengan Diaz yang masih kesal dengan pembicaraan ayah nya yang masih belum mempercayai nya.

Meraka sudah memasuki mobil, dengan Brian yang bertindak sebagai supir, karena ini adalah mobil miliknya.

Mereka yang terbiasa membisu di dalam mobil, tidak ambil pusing dengan kebisuan mereka.

hingga, derit ban mobil itu berhenti di halaman rumah yang cukup mewah dan asri.

"Ngapain Lo berhenti di depan rumah gw?"

Brian menyengir 3cm, dan Diaz tidak menyukai gigi putih yang tersusun rapi itu keluar dengan niat lain di otak nya.

"Gw mau silaturahmi sama calon mertua gw prett."

Brian tertawa melihat tatapan setajam silet yang siap memotong nadi nya.

"Ternyata Lo masih lurus, gw takut Lo pindah jalur dan lupa tujuan hidup Lo."
Ucapnya setelah meredam tawa tertahan.

Diaz semakin kesal, tapi ia malas meladeni Brian yang semakin memancing kemarahan nya.

Diaz membuka pintu dan menutup keras pintu mobil sport Ford milik Brian yang baru di cicil nya lima bulan ini.

Kekehan Brian terhenti, bibir yang tadi tersenyum jenaka terkatup saat melihat punggung Diaz semakin lama semakin menjauh memasuki rumahnya.

"Gw hanya perlu memastikan Lo tetap dalam tujuan Lo untuk mendapatkan Mona, bukan yang lain." bisik nya sendiri.

Brian tidak bodoh,

jika kemarin ia tidak langsung menangkap maksud ucapan Diaz, maka ia masih memiliki waktu semalaman untuk memikirkan nya.

'Ular'..

Istilah itu yang pernah Diaz ucapan kan, menyebut Lily saat melihat ia dan Lily tak sengaja bersentuhan bibir mereka.

Yah,, itu hanya bersentuhan.

Jika ia menginginkan itu disebut ciuman, maka harus keduanya merasakan dan melakukan nya dengan sadar.

Tapi, tidak dengan Lily yang melakukan itu diluar kesadaran nya.

"Lo harus tetap berjuang mendapatkan Mona, maka gw akan berjuang mendapatkan Lily. Karena gw bakal sulit jika Lo harus jadi saingan gw"

☘☘☘

Vote 🌟 please..

Biar tambah semangat 45 ngetik nya.

By..

Nadiaalma

Jangan lupa buka karya Alma yang lain 😘

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang