Silent,,:..36 I will Marry Lily .

131 16 1
                                    

"Jay, Lo lihat Mona?" Tanya Diaz, ketika sudah melihat kamar, dapur tak kunjung menemukan adik nya.

bahkan dirinya sudah menanyakan kepada beberapa crew yang berlalu lalang di vila ini, tapi hampir mereka semua menjawab tidak melihat adiknya.

"Kamu tidak bertemu dengan nya?" Dengan mengalihkan perhatian nya dari lensa kamera yang akan ia gunakan.

"Siapa?"

"Astaga, Lo bilang nyari Mona?, Malah balik tanya."suara nya terdengar kesal, apa lagi melihat anggukan Diaz yang hanya membenarkan ucapan nya.

"Cewek Lo dapat telpon dari dosen rempong, ada tugas kuliah yang perlu di revisi sekarang. Bener rempong plus killer , cewek Lo bakal ga dilulusin kalau tuh tugas secepatnya ga di perbaiki, urgent katanya."
Jelasnya, dengan tangan yang sudah memberikan cream pembersih untuk menghilangkan jejak tangan dan debu dipermukaan nya.

"Gw gak ketemu Mona di depan, apa adik gw langsung berangkat kali ya?"

"Mungkin, lagian lumayan lama ko pergi nya." Sambil melihat jam tangannya.

Saat Jay sudah tiba di vila, bersamaan dengan Mona yang sudah menenteng koper untuk ia bawa pulang.

Karena tak berapa lama hujan turun, hingga mengurungkan niat Mona untuk mencari Diaz sekedar berpamitan.

Dan yah... Selama menunggu itu Mona menceritakan perihal kepulangan nya yang mendadak, dan akan sambil membantu mencari Lily yang menurut nya tengah berjalan-jalan di sekitar pantai dan berteduh karena hujan ini.

"Lo habis dari mana, Mona pikir Lo ada dikamar?" Jay mengingat Mona menanyakan perihal keberadaan Diaz, yang di tinggalkan Mona begitu saja di dapur.
Mona sudah mencari keberadaan nya dan Mona berfikir Diaz marah, karena sikapnya itu, hingga membuat Diaz pergi.

Diaz mengusap rambutnya yang sedikit basah setelah membersihkan tubuhnya, "jalan-jalan di pantai, mau ada yang gw cari buat Mona." Alasannya, di jawab anggukan dari Jay.

"Mona pikir Lo marah, setelah dia pergi ninggalin lo gitu aja di dapur."
Dengan Menatap curiga.

"CK,, gw ga minta macem- macem kali, mana bisa gw marah sama tuh anak".
Sedikit berbicara tak nyaman, karena Jay yang masih terus menatap nya.

"Lily" lanjutnya perlahan.

"Ah,, cewek itu lagi bobo cantik di kamarnya, kata Brian, Lily sempat ketiduran di gubuk kayu area tanah yang mau kita bangun resort hotel".

Diaz melihat raut Jay yang langsung kesal setelah nya.
"Kenapa muka Lo, kurang asupan ya gara -gara tobby belum meluk Lo?"
Ledek nya, dengan tubuh Diaz yang mendekat.

Ingat, Diaz adalah manager di perusahaan nya sekarang. Dan untuk mencapai itu semua tidak lah mudah, ia berkerja dari bawah, mulai pegawai biasa, naik menjadi orang kepercayaan di perusahaan nya,

hingga bisa menanam kan modal saham yang tidak seberapa dan terus melonjak sampai hampir menguasai 3/4 nya modal utama di perusahaan itu.

Dan untuk seorang pemimpin, dirinya termasuk orang yang aktif memantau pekerjaan karyawan nya, termasuk Jay.

Pemandangan yang tidak sengaja ia lihat, hingga membuat hampir semua karyawan nya berfikir Jay seorang Gay.

Sahabat nya itu suka sekali memeluk, namun saat SMA kebiasaan itu sudah mulai di hilangkan karena suka menjadi bahan ejekan.

Jay menatap diam Diaz yang kini sudah berada di dekat nya.

"Gw normal" bisik nya pelan.

Diaz mengerti,

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang