Silent,,:..15.. LiLy

147 11 0
                                    

Masih menatap langit- langit kamar nya, Lily tersenyum malu dengan semburat merah di kedua pipinya, dan sesekali menutupi wajahnya dengan selimut untuk menghilangkan  kegugupan nya.

Hanya sebuah kecupan singkat di dadanya tapi sukses membuat Lily berdebar sampai sekarang.

Memang mantera ajaib,, ia juga tidak merasa sakit meski ia meraba terus bekas membiru di dadanya.

Lily tersenyum lagi,,

menurut Lily, Diaz sudah mulai menerima nya dirumah ini.
*Dan untuk kejadian tadi siang mungkin Brian dan Diaz punya masalah yang hanya perlu diselesaikan dengan cara seperti itu*.

Ingat Lily saat Brian memberitahu cara yang menurut Lily sangat tidak masuk akal.
Bagaimana saling menyakiti seperti itu, bisa juga melatih fisik mereka.

Dadanya berdenyut, bukan sakit, tapi perasaan berbeda yang mulai tumbuh untuk sepupunya, Diaz.

2jam sudah berlalu yang dihabiskan Lily hanya untuk melamun, tersenyum dan membayangkan wajah Diaz.

Hingga suara perutnya menghentikan lamunan nya. Lily meringis, ia lupa belum mengisi perutnya dari siang karena banyak nya kejadian yang membuat ia terkejut.

Lily membetulkan jubah tidur tipisnya, ia tidak biasa menggunakan sandal karet di dalam rumah. Jadi Lily keluar hanya dengan kaki telanjang seperti biasanya.

Menuruni anak tangga perlahan, keadaan rumah sudah senyap. saat memasuki dapur ada buah apel merah yang tersaji di meja pantry.

Lily membersihkan nya dan memakan apel dalam diam. Dari tempat nya duduk, Lily bisa melihat halaman belakang dari jendela dapur.

Seperti nya Lily sudah benar-benar gila karena terus tersenyum membayangkan Diaz.
Yah... dari Kolam renang itu , tempat pertama kali nya Lily merasakan degup jantung yang besar untuk sepupunya.

Setelah selesai memenuhi kebutuhan perutnya, Lily berjalan dengan terus menyentuh dada kiri nya, tempat dimana Diaz memukul dan mengecup sehingga denyut sakit itu menghilang.

Saat akan melewati kamar Mona, ada cahaya tamaram yang keluar dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.

*Apakah Mona belum tidur, sepertinya tadi pintu itu tertutup.* Renungan nya, Lily ingin menghampiri siapa tahu Mona membutuhkan sesuatu.

Saat kaki itu ingin masuk lebih dalam, suara yang pernah ia dengar saat di perpustakaan kemarin mengurungkan Lily untuk masuk kedalam.

Tapi panggilan kecil itu, meski sangat pelan mampu Lily dengar dengan alat yang selalu ia pakai.

"Kak." Dengan suara mendesah.

Memberanikan diri untuk memenuhi rasa penasaran nya, Lily termangu, tubuhnya seakan kaku seperti  batang pohon.

Disana ia melihat Mona dan Diaz.

Yah. Diaz karena pria itu masih menggunakan pakaian yang sama.

Saling Mencium dan bercumbu panas dengan tangan Diaz yang sedang meraba tubuh Mona .

Mona seperti tergesa- gesa membuka kemeja yang dipakai Diaz .

Lily mundur selangkah, daun pintu yang lebar membunyikan tubuh Lily yang semakin menjauh.

Denyut dadanya berbeda, untuk pertama kalinya nya ada sakit yang tidak biasa yang baru Lily rasakan.

*Mona dan Diaz, bagaimana bisa?*

☘☘☘

Lily terduduk di balik pintu kamarnya, ia menangis dalam diam.

*Mereka bersaudara.*

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang