Haus.. tenggorokan nya terasa kering, Lily meraba nakas untuk meraih gelas yang ternyata sudah kosong. Dengan kepala yang masih sedikit berdenyut kaki nya turun menapaki anak tangga dengan perlahan.
Lampu ruangan sudah tamaram, dan sepertinya semua juga sudah tertidur. Lily meminum rakus hingga ia menghabiskan satu gelas air hanya dengan beberapa teguk saja.
Setelah akan kembali, suara gemericik air kolam renang mengusik pendengaran nya. Untunglah ia sempat memakai alat bantu dengar ini sebelum turun.
Ia takut itu maling, atau binatang buas seperti ular yang berusaha masuk ke dalam rumah.
Dengan langkah pelan Lily mengendap untuk mengintip dibalik hordeng tipis yang menutupi pintu kaca sabagai pembatas halaman belakang rumah ini, tidak ada apapun tapi gelombang air yang tidak biasa cukup membuat Lily penasaran.
*Baik lah.. mungkin itu hanya binatang kecil.* Pikir nya positif meski ia tidak berbohong kalau Lily sangat gemetar dengan sikap sok pahlawan nya ini.
*Binatang kecil..? Jika itu kecil tidak mungkin akan ada gerakan gelombang air sebesar itu .* Lily mulai ragu ketika air kolam yang biasa tenang bergoyang hingga ban yang berada disana ikut berayun.
tapi jika ayah nya tau Lily seperti ini pasti ayah dan ibu nya akan merasa khawatir disana..*Iya harus berani!..*yakin nya dengan terus berjalan untuk memastikan jika yang masuk kedalam air itu tidak lah berbahaya.
Kaki nya sudah dipinggiran kolam renang, ada genangan air disana hingga kalau tidak hati-hati pasti Lily sudah..
Byyuurrr...
Padahal ia sudah memperingatkan otak nya untuk berhati-hati dengan kemungkinan itu, tapi apa yang sekarang terjadi.
Lily berusaha mengambil nafas dengan mencoba keras mengangkat kepala nya, dengan kaki yang ia gerakan mengikuti gaya perenang yang pernah ia lihat.
Tapi ini seperti upaya yang sia-sia karena Lily mulai merasakan berat di kedua mata nya.
Hingga sebuah tangan kokoh itu mendekap tubuh nya dengan nafas udara yang ia rasakan masuk kedalam mulut nya.
*Apakah ini hanya mimpi,* benak nya meronta untuk tersadar dari tekanan air yang mulai menghimpit paru-parunya.
Mata nya berhasil ia gerakan hingga mata itu saling bertatapan.*Ibu, boleh kah aku memimpikan ia menjadi pangeran ku.*
☘☘☘
Diaz merasakan kepanasan, bayangan tekstur bibir itu seperti tidak mau pergi dari pikiran nya. Bahkan ia harus menahan gejolak hormon 'testosteron' karena tidak ada tempat penyalur bukti kepuasan nya.
Lupakan jari jemarinya yang bisa memberikan kenikmatan, ia tidak ingin berakhir menyedihkan dengan pelepasan Tampa ada kontak fisik yang ikut ambil andil menghangatkan tubuh nya.
*Ah... wanita itu,*benak nya mengarang frustasi.
*Tidak, ia masih menginginkan Mona. Sedang wanita itu hanya godaan nya bukan??*
*Godaan akan ke tulusan cinta nya, bukan?*
*Yah. Yah.. pasti seperti itu.* Yakin nya dengan menganang kejadian yang pernah ia alami dengan kekasihnya, cintanya, dan pusat dunia yang meruntuhkan semua mimpi seorang Diaz.
Masih pukul satu pagi, dan sudah lama ia tidak melakukan olahraga nya karena semakin sering menghabiskan waktu di apartemen nya.
Fasilitas nya memang lengkap tapi ia sangat malas jika harus turun dari lantai sepuluh hanya untuk berenang di pagi buta.

KAMU SEDANG MEMBACA
SiLent
De TodoDiaz Lee Holper, harus mendapatkan penghianatan dari kekasihnya yang akan ia lamar. Sampai ia menemukan kembali obat untuk kekecewaan hati nya, tapi bagaimana jika sang ayah tidak pernah merestui hubungan nya . ...... "Dia adik mu, dan akan terus te...