Silent,,,:..40.. Last Memories.

131 12 3
                                        

21.12.17

Syukurlah keadaan ibu sudah lebih baik, dan aku semakin bahagia ketika bertemu kembali dengan dia, teman, sekaligus sahabat yang ingin menjadi teman nya.
tanpa malu menjadikan  nya turut bahan olokan teman sekolah nya dulu, karena selalu berada di dekatnya, si bisu dan tuli.

***

"Bagaimana keadaan mu, sudah lebih baik?" Dengan mendudukan diri nya di samping tempat nya menikmati udara pagi di bangku taman rumah sakit.

Lily melihat wajah yang saat ini sedang menunggu jawaban dari nya,
" baik, " ,jari nya bergerak singkat, tak lupa tarikan garis senyum tipis di bibirnya.

Mereka menikmati udara pagi dalam diam, seakan mendalami masalah yang akan mereka hadapi bersama.

"Tidak sebaiknya kau memberi tahu kedua orang tua mu Lily?"

Lily hanya bisa menghela nafas kecil, sudah banyak waktu yang di korban kan oleh Adi untuk pengobatan Kenya, ibu nya.
Tidak kah itu sudah cukup, dan tidak perlu menambahkan dirinya sebagai beban ayahnya lagi.

Lily menggeleng lemah, tanpa ingin bertatap dengan lawan bicaranya.

Mereka terdiam kembali, hingga terdengar suara langkah cepat dari balik bangku taman yang saat ini mereka duduki.

"Dokter Steven, ada pasien di kamar 09, yang membutuhkan pertolongan cepat."
Itu adalah salah satu suster yang banyak membantu dalam menangani pasien di rumah sakit ini.

Mengangguk cepat, dan saat akan pergi, Steven menghentikan langkahnya.

"Semoga kamu lekas mengambil keputusan Lily, Tiga bulan, ini sudah tiga bulan. Tidak kah itu cukup menyakinkan mu kalau mereka sudah bahagia."
Dan tanpa menunggu jawaban, Steven langsung pergi meninggalkan Lily yang mulai membalas menatapnya.

Steven, bukan kah dia sahabat yang baik yang pernah ia miliki. Bahkan dia sudah membuktikan janjinya untuk menjadi dokter agar bisa membuat dirinya mendengar kembali.

Tapi kenapa bukan nya dokter THT, Steven malah menjadi dokter ahli syaraf. Bahkan ia juga pandai memeriksa organ dalam yang bukan menjadi bidang nya.

"Itu karena aku sempat menjadi dokter umum, sebelum mengambil jurusan dokter spesialis."

Itu lah kata-kata Steven, saat Lily menanyakan perihal kemampuan Steven yang dapat mendiagnosa kesehatan jantung ibu nya.

Tapi Steven tidak mempunyai kewenangan memberikan resep karena itu bukan bidang nya.
Ah..jika sudah menyangkut prosedur rumah sakit, ia juga tidak mengerti.

"Masih disini, sudah mulai terik, sebaiknya kita kedalam. Ibu tadi mencari mu." Suara Adi, mengalihkan bayangan tentang Steven, sahabat lama nya.

Yang tidak sengaja membuat nya bertemu kembali di rumah sakit ini.

Mereka masih dirumah sakit, kondisi Kenya memang membaik, tapi ibu nya itu masih membutuhkan perhatian penuh dari dokter.

Lily mengangguk patuh,

Jika bukan karena keinginan ibunya yang menginginkan ia disini. Mungkin Lily masih berada di rumah pamannya, dengan menyaksikan kebahagiaan Mona yang mungkin saat ini sudah bahagia hidup bersama dengan Diaz.

Yah,, ini sudah tiga bulan, dan selama itu Lily menunggu.

Menunggu Diaz, yang ingin bertanggung jawab atas perbuatan nya.
katakan lah ia munafik, tidak ingin membuat Mona sedih,  tapi ia masih mengharapkan kehadiran Diaz sisi nya.

tapi itu tidak lah penting lagi, karena sekarang yang ia tahu, cinta Diaz tidak lah sungguh-sungguh untuk dirinya.

Seperti jalan,
mungkin ia hanya lah sebagai persimpangan, tapi tidak untuk menjadi tujuan.

SiLentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang