"bagaimana ini?, Apa kita sudah memasuki mesin waktu, sepertinya kemarin aku sudah pernah mengalami ini, atau berjalan mundur sudah menjadi kebiasaan mu Lily?" Ucapnya sedikit tersenyum,
Jay membalikkan tubuh Lily untuk menghadap wajah nya, tapi sepertinya Lily masih menatap kosong dan tidak merespon ucapan nya.
Ia tahu apa yang menyebabkan Lily seperti ini.
Ah... pasangan itu, Diaz dan Mona. Mereka masih berada di sana.
Rencana nya ia akan mengambil handphone yang tertinggal, meski harus melewati debat DPR terlebih dahulu dengan Brian.
Yang mengatakan dirinya oon, tidak mengerti situasi dan bla-bla bla-bla, sampai Jay harus mengendap-endap meninggalkan nya dengan alasan yang tidak ia mengerti.
Bagaimana bisa, handphone milik nya mempengaruhi masa depan Diaz dan Mona?,,
Kalau masa depannya, pasti. Tapi kalau orang lain, sepertinya tidak mungkin.Biar lah, tuh anak mengoceh sendiri, pasti akan terlihat lucu, jika Brian tau, tidak ada dirinya yang mengekori bokong nya seperti anak ayam.
Ah... Nemo,, yang oon 😛
Lagi pula, Mau bagaimana pun, ia mempunyai setumpuk pekerjaan yang hanya bisa di kerjakan oleh alat canggih nya itu.
Dan yah,, pertemuan yang tidak sengaja dengan Lily disini adalah sesuatu yang tidak bisa ia perkirakan, pasalnya wanita ini baru saja sadar dari Bobo cantiknya.
"Masih pusing Lily?"
Mungkin bukan waktu nya untuk berbasa-basi, melihat wajah itu tidak bereaksi sama sekali.*Lily tidak sedang memergoki Diaz dan Mona melakukan sex di dapur kan?*
Dasar,, pikiran kotor ini..😣
Tubuhnya hampir saja terjatuh, untung lah saat dirinya mundur perlahan ada seseorang yang lebih dulu menahan pundak nya, Jay.
ia haus dan air minum yang di sediakan di atas nakas sudah habis. Maksud hati ingin mengambil nya sendiri, dan melihat kejadian seperti yang kemarin, sempat membuat nya berfikir seperti apa yang Jay ucap kan.
Tapi melihat baju serta situasi yang berbeda, ia yakin kalau ia sudah bangun dari mimpi nya, apa lagi masuk ke dalam mesin waktu.
ada-ada saja... 😅
Ingin tersenyum, tapi syaraf yang menghubungkan langsung dengan kinerja otaknya tidak merespon sama sekali keinginan nya yang satu ini.
Jay mengangkat wajah Lily yang mulai melamun, tidak ada jawaban dari pertanyaan yang harus Lily jawab.
Telapak tangan besar nya menangkup wajah itu, sekaligus memastikan hearing yang tidak terlepas dari telinga nya.
"Masih sakit, apa yang kamu butuhkan Lily?, Aku bisa mengambil kan nya untuk mu".
*Haus*, mulut nya sulit di gerakan, dan kedua tangannya masih terasa keram akibat jarum infus dan suntikan yang di berikan Jay pagi tadi sesaat ia tersadar.
Sebenarnya ia malu dengan perlakuan Jay yang seperti ini, apa lagi dengan lirikan para crew bawahan Jay yang mulai mencuri-curi pandang karena penasaran.
tapi mau bagaimana lagi, fungsi syaraf yang menghubungkan langsung ke kenerja otak nya, tidak merespon sama sekali ke inginan nya.
Melihat masih tidak ada respon, Jay semakin khawatir. Lily sudah seperti orang yang tertidur sambil berjalan kalau sudah seperti ini.
"Kamu tidak membawa handphone, apa tangannya masih terasa keram?" Dengan meremas pelan jari jemarinya.
Jay sempat melihat sebelum meninggal kan kamar Lily, tangan yang ia suntikan dengan obat suntik pemberian dokter Albert, sedikit membuat jemari Lily gemetar.
![](https://img.wattpad.com/cover/80377423-288-k803467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SiLent
RandomDiaz Lee Holper, harus mendapatkan penghianatan dari kekasihnya yang akan ia lamar. Sampai ia menemukan kembali obat untuk kekecewaan hati nya, tapi bagaimana jika sang ayah tidak pernah merestui hubungan nya . ...... "Dia adik mu, dan akan terus te...