#4 Family

63 5 0
                                    


Hae Joo mengepak beberapa buku yang dibutuhkannya dan lekas turun ke ruang tamu. Daehyun telah menunggunya bersama tuan Yoon. Keduanya terlihat akrab satu sama lain membuat Hae Joo mengernyit tidak paham.

"Ayo pergi," ajaknya pada Daehyun.

Ini pertama kalinya Hae Joo bertemu Daehyun diluar sekolah. Namja itu hanya mengenakan kaus dan hoddie serta jeans. Sangat biasa tapi terlihat menawan, hal itu diam-diam diakui Hae Joo. Tuan Yoon berdiri dan mengantar kepergian mereka hingga pintu depan.

"Aboji, kami pamit dulu."

'Aboji?' sejak kapan ayahnya menjadi ayah Daehyun. Hae Joo melirik Daehyun sekilas. Namja itu tersenyum manis di depan ayahnya. Dengan santai ayahnya menepuk bahu Daehyun dan berujar, "Pergilah."

Sekali lagi Daehyun membungkuk pada tuan Yoon, "Appa aku pergi." pamitku dan mengikuti Daehyun.

Sebuah motor sport hitam terparkir dihalaman rumah. Hae Joo memandangnya dengan penasaran. Bukankah dia baru di tingkat akhir sekolah kenapa dia sudah dapat mengemudi. Seolah dapat membaca pikiranku Daehyun terkekeh.

Hae"Tidak usah khawatir, aku dapat menjamin bahwa kau aman."

Jung Daehyun berhenti membaca pikiranku. Kenapa kau selalu tahu apa yang sedang aku pikirkan. Daehyun menyerahkan sebuah helm pada Hae Joo lantas mengenakan miliknya sendiri.

"Kau sudah punya ijin?" Daehyun tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku.

"Duduk saja dan nikmati perjalannya." Aku memutar kedua mataku.

Hae Joo dengan ragu naik ke jok belakang, enggan untuk menyentuh Daehyun. Namja itu menstarter motornya. Motor hitam itu berlalu dengan perlahan dan setelah melewati kompleks perumahan itu Daehyun mulai meningkatkan kecepatannya.

"Hya!"

Rem Daehyun yang tiba-tiba membuat Hae Joo membentur helm Daehyun dan memeluk namja itu. Daehyun tidak menanggapi protes penumpang di belakangnya dan kembali melajukan motornya menjauhi jalan utama.

Tidak memakan waktu yang lama untuk sampai di tempat ini. Entah ini rumah atau apa. Bangunan itu terletak hampir ditengah hutan. Disekelilingnya hanya ada pohon pinus, tidak ada tetangga, tidak ada kehidupan lainnya. Samar-samar Hae Joo dapat mendengar suara gemericik air, mungkin itu sungai. Tidak heran jika memang ini ditengah hutan. Hae Joo turun dari motor itu dan menyerahkan helmnya pada Daehyun.

Rumah ini luar biasa. Ada sekitar sepuluh mobil terparkir di halamannya dengan berbagai merk berbeda. Sayangnya karena Hae Joo tidak terlalu menyukai otomotif, dia tidak mengenali satupun dari merek mobil itu. Hanya saja Hae Joo yakin tidak satupun dari mobil itu masuk dalam daftar belanja ayahnya. Kemudian pintu masuk di lewati beberapa anak tangga. Seluruh ruang depan tidak memiliki dinding dan hanya kaca biasa. Saat masuk ada anak tangga lain ke lantai atas kemudian Daehyun mengajak berbelok ke kiri dan ruangan itu terlihat seperti ruang keluarga dengan televisi layar besar.

Ada sofa putih melingkar di tengah ruangan dengan karpet berbulu di bawahnya. Di belakang kursi ada meja makan dengan warna yang sama kemudian di sebelah kiri ruangan tersebut ada sebuah dapur dengan dekorasi yang modern. Seperti yang aku katakan tadi, rumah ini luar biasa.

Terdengar beberapa keramaian di belakang dan Daehyun mengajak Hae Joo ke sana. Taman yang tidak terlalu luas tapi bergabung dengan hutan di belakangnya di hiasi berbagai macam bunga dan lampu.

Zelo dan Jongup tengah bermain basket di lapangan kecil. Rin Na tengah membaca buku di sebuah bangku yang menghadap ke lapangan dan di pangkuannya tertidur seorang namja dengan wajah yang sama pucatnya.

[Book 1] EverlasthingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang