#22 Grandia

43 6 3
                                    

Hae Joo berjalan dengan Gayeon menuju kantin. Tentu saja tanpa Daehyun, tapi Hae Joo merasa namja itu ada disekitarnya meski dia tidak mengetahui dengan pasti dimana Daehyun berada. Sesaat Hae Joo merasakan aura kebencian yang besar. Matanya menangkap sosok pure blood itu tidak jauh dari dirinya.

Fakta bahwa pure blood yang satu ini tidak menyukainya sudah Hae Joo ketahui tetapi aura ini lebih kuat dibandingkan dengan biasanya. Semakin mendekat Hae Joo merasa aura itu semakin mencekiknya.

Mata Hae Joo menangkap item yang menggantung di leher yeoja itu. Dia tahu Daehyun telah melepas cincin itu tetapi Daehyun tidak pernah bercerita mengembalikan cincin tersebut. Hae Joo menghentikan langkahnya dan menahan lengan yeoja yang berpapasan dengannya itu.

"Aku perlu berbicara denganmu."

"Singkirkan tangan rendahan itu." ucapannya hampir berupa desisan.

Hae Joo menolak untuk melepaskan lengan Krystal, justru meminta Gayeon pergi tanpanya. Yeoja itu ragu untuk meninggalkan Hae Joo sendirian. Hae Joo meyakinkannya untuk segera pergi.

"Apa kau sudah berbicara dengan Daehyun?"

"Lepaskan tangan itu!"

"Aku tidak tahu apa yang dikatakannya tapi sungguh aku meminta maaf."

"Kalau begitu lepaskan dia."

"Apa?"

"Bahkan jika kau dapat melepaskannya, Daehyun juga tidak dapat lepas dari hukuman karena menjalin hubungan dengan manusia. Namja itu akan tahu akibatnya dengan melanggar aturan mutlak kami."

Krystal mengangkat tangannya dan menghentaknya dengan cukup keras. Hae Joo terdorong cukup keras dan mengenai jendela. Tangannya terluka tidak besar tetapi menimbulkan efek yang luar biasa pada Krystal. Mata merah itu menyala terang.

Langkah Krystal terhenti, gerakannya kalah cepat dengan namja yang telah berlutut dihadapan Hae Joo saat ini. Namja itu meraih tangan Hae Joo yang terluka, Hae Joo menolak untuk menyerahkannya. Cengkraman namja itu cukup membuat Hae Joo mengerang,

Aroma manis yang kuat terlalu menggoda sulit untuk menolak keinginan darah itu. Hae Joo semakin ketakutan, dua pasang mata merah itu menatap tangannya berkilat. Wajahnya menjadi pucat dan tubuhnya bergetar.

"Calm down sweety." Bisik namja itu hampir berupa desisan.

Dalam waktu yang singkat itu Hae Joo tidak tahu apa yang terjadi. Jongin berjongkok bermeter-meter darinya dan Krystal mendengus keras. Tubuhnya dipeluk sesuatu yang keras tetapi rambut-rambutnya dapat merasakan tiupan napas yang tidak beraturan.

"Daehyun." Nama itu tercekat dalam tenggorokan Hae Joo.

"We'll take her." Yoorin mengambil Hae Joo dari pelukan Daehyun.

Tubuh yeoja itu seperti kapas ada ditangan mereka. Hae Joo terlalu lelah untuk menghentikan kemarahan ini. Sosok Krystal diujung sana telah menghilang entah kemana. Yoorin, Rin Na dan Jongup membawa Hae Joo pulang ke rumah Daehyun.

"Oh my..."

Hwayeon melihat tangan Hae Joo yang mengeluarkan darah segar, serta memar di pergelangan tangan lainnya. Hae Joo mengerang begitu tangan Hwayeon memegangnya. Yoorin membantu Hae Joo duduk dan menyingkir dari sana. Tidak ada satupun yang dapat tahan godaan darah Hae Joo itu.

"It's okay, you will be fine." Hae Joo terkejut begitu tangan dingin itu menyentuh lukanya, semua luka dan memarnya menghilang. Hwayeon mendesah lega sama halnya dengan Yoorin dan Rin Na disana. Sementara Jongup hanya mengintip dibalik tangga.

[Book 1] EverlasthingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang