#8 The Truth

40 5 0
                                    


Memikirkan hal semalam membuat Hae Joo tidak menyadari lingkungannya. Dia bahkan tidak sadar Gayeon telah berjalan di sampingnya. Gayeon berulang kali mengayunkan tangannya di depan Hae Joo tapi dia tetap masih tidak menyadarinya.

"Yoon Hae Joo!" barulah Hae Joo tersentak karena ulah Gayeon yang sengaja mengagetkannya dengan berteriak di depan telinganya. "Apa sih yang membuatmu melamun begini?"

"Gayeon-ah, kau mengagetkanku."

"Kau seolah patung berjalan. Kau bahkan tidak menghiraukanku." Gayeon melipat tangannya di depan dada.

"Mianhae," ujarnya.

Lagi-lagi Hae Joo melamun saat di kelas. Daehyun meniup telinga Hae Joo dan itu membuat lamunan Hae Joo buyar seketika. Dia senang telah mengganggu lamunan Hae Joo. Daehyun tersenyum lebar.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Bukan apa-apa," jawab Hae Joo sekenanya. Sambil membereskan alat tulisnya ke dalam tas.

Daehyun melompat turun dari meja yang tadi di dudukinya kemudian berdiri di depan Hae Joo. Yeoja itu terlihat bingung dengan yang di lakukan Daehyun. Dia mengangkat kedua alisnya dan menatap Daehyun dengan tatapan heran.

"Aku akan mengantarmu pulang."

Mata Hae Joo mengerjap beberapa kali. Perlu kiranya lima menit bagi Hae Joo mencerna kalimat tersebut. "Kenapa?"

Daehyun yang kini terlihat bingung, "Uhm, anggap balasan untuk laporanku kemarin."

Ada sesuatu tentang namja itu yang membuat Hae Joo tidak bisa berhenti menatapnya. Hae Joo tidak perlu menjawab ajakan tersebut karena Daehyun telah menggandeng tangannya dan membawa Hae Joo keluar kelas menuju parkiran.

Daehyun menghentikan motornya di depan rumah Hae Joo. Kemudian membantu Hae Joo turun dari motornya. Hae Joo merapikan sekilas rambutnya. Daehyun menatapnya tanpa beralih sedikitpun.

"Gomawo."

"Masuklah." Daehyun menunggu hingga Hae Joo memasuki rumahnya kemudian dia pergi setelah Hae Joo masuk.

Di balik pintu Hae Joo masih bersender dengan senyum yang merekah di wajahnya. Maid yang tengah membereskan ruang tamunya bahkan memandangnya dengan heran saat Hae Joo terus tersenyum sendiri hingga memasuki kamarnya.

Hae Joo tersentak dari tidurnya. Dia memegang kepalanya yang terasa pusing karena terbangun tiba-tiba. Hae Joo tertidur di depan komputernya dengan berbagai tugas biologi yang belum terselesaikan.

Hae Joo mebereskan beberapa buku yang sudah tidak digunakannya dan kembali menatanya dalam lemari. Komputer di hadapannya masih menampilkan search engine dengan halaman utama. Materi system peredaran darah terbuka dari beberapa blog yang telah dibaca Hae Joo sebelumnya.

'Peminum Darah.' Kata itu tertangkap dengan cepat di matanya. Hae Joo teringat kejadian-kejadian pada dirinya yang melibatkan Daehyun atau anggota BAP lainnya. Dengan ragu Hae Joo mengetik beberapa kata kunci.

Hae Joo menahan napasnya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Tidak percaya sekaligus ngeri dengan apa yang dilihatnya dari search engine tersebut. Hae Joo menampik semua yang dibacanya dalam blog-blog itu dan memilih untuk langsung mengclose semuanya.

Dingin. Pucat. Cepat. Iris mata yang berubah. Keras seperti tembok. Tidak ada detak jatung. Tidak pernah makan. Muda. Pikiran terakhir membuat kepala Hae Joo tersentak. Darah.

"Maldo andwe!" gumamnya.

Pelajaran Biologi kali ini mereka membuat kompos di bagian belakang gedung sekolah. Para namja membuat beberapa lubang yang cukup untuk kompos mereka sementara yeoja mengangkut bahan komposnya.

"Biar kubantu," Daehyun mengambil plastik yang dibawa Hae Joo. "Ugh."

Daehyun menarik tangan kanannya. Ada sebuah luka goresan dipunggung tangan Daehyun. Mata Daehyun berkilat menatap darahnya yang mengucur. Hae Joo mengambil kembali plastik di tangan Daehyun dan meletakanya.

"Ini sampah yang harus dibuang," Hae Joo cepat mengambil sapu tangannya. "Kau terluka, kita harus mengobatinya."

Hae Joo sama sekali tidak menyadari Youngjae yang sudah ada didekat mereka. Mata namja itu sangat berkilau dan gold. Dia menahan Hae Joo yang akan menyentuh lengan Daehyun. Yeoja itu terkejut.

"Gwenchana." Ujar Daehyun, lebih kepada Youngjae.

Youngjae melepaskan tangan Hae Joo. Daehyun mengambil saputangan Hae Joo dan menutup lukanya. Dia tersenyum pada Hae Joo, matanya mengarah pada beberapa siswa di belakang Hae Joo. Sekali lagi Daehyun mengulangi perkataannya.

"Gwenchana, luka goresan kecil." Daehyun kembali mengambil plastic yang telah di letakan Hae Joo kemudian membuangnya ke TPA dan melanjutkan kegiatan kelasnya.

Hae Joo kembali dengan sebuah band aid ke kelasnya. Youngjae dan Daehyun tengah mengobrol di bangku Hae Joo. Mata Daehyun menangkap kehadiran Hae Joo. Youngjae ikut menatap Hae Joo kemudian kembali ke tempat duduknya.

"Apa lukanya masih berdarah?" Hae Joo menyerahkan band aid itu.

"Tidak, kurasa sudah sembuh." Daehyun tersenyum dan kembali menampilkan mata jenakanya. "Tapi terima kasih."

"Hae Joo-ya temani aku ke perpustakaan." Gayeon merangkul dan membawa Hae Joo tanpa mendengar penerimaan atau penolakan yeoja itu.

Di ambang pintu HaeJoo masih sempat melihat Daehyun membuka saputangannya yang terkena noda darah.Tapi bukan itu yang mengejutkan Hae Joo, punggung tangan Daehyun tidak menampakanluka atau bekasnya sama sekali. 

[Book 1] EverlasthingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang