"Kesalahanku," Daehyun terdiam "Kesalahanku karena aku tidak dapat menghentikannya hingga aku merenggut nyawa ibuku sendiri." Hae Joo tidak dapat menutupi keterkejutannya sendiri mendengar hal ini. "Tidak perlu berduka, hal itu sudah lama terjadi."
"Apakah karena hal itu kau tidak meminum darah manusia lagi?"
"Bisa dikatakan begitu. Karena hal itu pula aku menjadi ancaman bagi keluargaku."
"Wae?"
Daehyun mengelus tangan Hae Joo yang melingkar di dadanya. "Aku mempunyai kemampuan melebihi aboji, mereka takut jika aku akan menjadi Raja berikutnya."
"Jika ayahmu adalah Raja sebelumnya. Bukankah kau memang putra mahkota?"
"Pada saat itu ya, tapi kemampuanku membuat semua pure blood menginginkan darahku. Pencarian kekuatan dan kekuasaan menjadi sangat tak terkendali."
_Flashback_
Daehyun bersama seorang yeoja yang lebih muda darinya berlari menyusuri koridor yang gelap. Tangan mereka saling bertautan dengan erat. Di ujung terowongan tersebut seseorang meraih tangan Daehyun.
"Abamama?"
"Sssst."
Sebuah rumah jauh dari ibu kota bahkan dari pedesaan dikelilingi hutan yang gelap. Raja menempatkan Daehyun dan putrinya disana. Lengan Daehyun terkena luka gores kemudian yeoja yang duduk disampingnya meraih tangan Daehyun dan mencium luka-luka tersebut. Daehyun tersenyum dan mengelus lembut puncak kepala yeoja itu.
"Gwenchana Soojung-ie." Soojung mendongak dan tersenyum mendengar Daehyun. Dia menyeruak ke dada Daehyun meminta pelukan. Daehyun memeluknya dengan lembut membuat nyaman Soojung.
"Daehyun-ah," panggil sebuah suara milik ayahnya. Daehyun membaringkan Soojung di tempat tidurnya dan menyusul ayahnya keluar. "Ada yang harus aku sampaikan padamu."
Daehyun mengikuti ayahnya duduk di sofa ruang tengah. Rumah itu benar-benar bergaya Eropa abad pertengahan. Dengan penuh rasa hormat Daehyun mendengarkan setiap perkataan yang disampaikan ayahnya.
"Tolong jaga Soojung, kalian memiliki ikatan yang sangat kuat Daehyun-ah. Tetapi Soojung memiliki pengendalian yang lemah karena itu kau harus selalu ada di sampingnya."
"Ne"
Itu adalah hal terakhir yang di sampaikan ayahnya. Malam itu kediaman rahasia mereka di serang. Daehyun segera membangunkan Soojung yang tengah tertidur pulas di kamarnya.
"Daehyun bawa Soojung pergi dari sini."
"Apa yang akan Abamama lakukan?"
"Aku mencintaimu Daehyun."
Ayah Daehyun pergi keluar melawan pasukan yang menyerang kediaman mereka. Malam itu Daehyun lari dari kediaman mereka bersama Soojung. Kedua anak itu tidak tahu harus kemana mencari pertolongan sebisa mungkin Daehyun tidak melepaskan tangan Soojung.
Kemudian Soojung tiba-tiba menjerit histeris. Daehyun panik melihat Soojung yang seolah kesakitan. Dia melihat keselilingnya mencari biang dari kesakitannya Soojung. Soojung melepaskan genggaman Daehyun dan memegang kepalanya dengan keras.
"Keluar dari kepalaku sekarang juga!" teriak Soojung histeris. Daehyun meraih Soojung kedalam pelukannya. Karena dia tidak tahu bagaimana cara untuk menolong adiknya itu.
Beberapa saat Soojung tenang. Kemudian Soojung mendorong Daehyun dengan kuat. Mata Soojung menatap Daehyun dengan tajam bukan lagi tatapan Jung Soojung yang dikenal Daehyun. Setelah itu Daehyun diserang dua vampire yang membuatnya berlutut dihadapan Soojung dengan kedua tangan dicengkram dua vampire asing tersebut.
"Jangan terlalu keras pada keponakanmu Yonghwa-ya," suara tersebut muncul dari balik pepohonan. Wanita itu membelai rambut Soojung membuat Daehyun berontak sehingga cengkraman tangannya semakin keras. Kedua orang itu menancapkan kuku mereka ke bahu Daehyun untuk menahan namja itu tetap ditempatnya. Daehyun menatap yeoja bermata emerald itu dengan tatapan mengancam.
"Don't worry about your sister Daehyun-ah, I will protect her."
"Jangan sentuh dia!" berontak Daehyun.
Darah dari pundak Daehyun beraroma khas hingga mengganggu mereka. Daehyun meringis begitu kuku Yonghwa menancap lebih dalam dan mengeluarkan darah Daehyun lebih banyak. Wanita yang membelai Soojung berlari kearahnya dengan tatapan haus, sejenak Daehyun tidak menyadari apa yang terjadi.
"AAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHHHH......."
Daehyun membuka matanya. Dia hanya melihat kegelapan kemudian Daehyun mencoba untuk bangun dan merasa bahunya sakit dan perih. Bau tajam menusuk hidungnya membuat tenggorokannya terasa terbakar.
Pintu sel itu terbuka dan membawa cahaya masuk ke ruangan sempit dan bau tersebut. Saat itu Daehyun menyadari dirinya hanya berbalut perban putih yang menutupi luka-lukanya tanpa mengenakan pakaian atas.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Soojung-ah...uggh."
"Kau tidak sadarkan diri selama dua minggu. Mereka pikir kau tidak akan selamat setelah kehilangan begitu banyak darah."
"Dia menggigitku."
Begitu Soojung selesai membalut Daehyun dia berdiri dan menatap Daehyun dengan tatapan memohon.
"Dia berjanji tidak akan menyakitimu apabila kau mau bergabung."
"Kau...." Daehyun berdiri tiba-tiba menimbulkan sentakan pada luka dibahunya. "Ugh."
"Kau terluka parah, just give up."
_Flashback End_
"Setelah itu kau pergi dari Matto?"
"Uhm, aku menjadi buronan untuk beberapa dekade."
"Lalu apa yang kau lakukan dalam masa itu?"
"I'm moving. Dari satu tempat ke tempat lain di belahan bumi ini. Kemudian aku bertemu Yongguk hyung." Hae Joo terdiam lama. "Hei hei hei, wae uro?"
Daehyun bangun dan mengelus kedua pipi Hae Joo yang sudah basah dengan air mata lalu Daehyun menarik Hae Joo ke dalam pelukannya. Dia mengelus puncak kepala Hae Joo untuk menenangkan yeoja itu.
"Sekarang, ayo kita tidur. Kau membutuhkannya."
"Terkadang aku benci pada apa yang aku butuhkan." Daehyun tersenyum. Hae Joo benar-benar berbeda dari kebanyakan manusia.
"Tidurlah, jika tidak maka aku akan memaksamu untuk tidur."
"Bagaimana?" Hae Joo justru menantangnya.
Daehyun menarik kedua sudut bibirnya. Kemudian mengunci lengan Hae Joo dan mengecup bibirnya. Daehyun melepaskannya dan memberi Hae Joo kesempatan untuk menarik oksigen sebanyak-banyaknya.
Daehyun menatap mata Hae Joo kemudian kembali berbaring disampingnya dan memeluk pinggang yeojanya itu. "Tidurlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 1] Everlasthing
FanficSejujurnya aku tidak tahu apa yang kulakukan pada sebagian besar waktu selama eksistensiku. Tetapi kau memberiku satu alasan yang pasti tentang eksistensiku. Kini kutahu waktu selamanya tak akan cukup bersamamu. Even so, Lets Start With FOREVER