"Hae Joo!" "Hae Joo!" "Hae Joo!" "Hae Joo! Kau dimana?"
Suara itu terus memanggil nama gadis kecil yang saat ini tengah bersembunyi di balik pohon besar sambil menahan senyumnya. Sementara seorang yeoja terus memanggil namanya dan terlihat sangat cemas.
"Hae Joo, kau dimana? Eomma pulang sekarang kalau kau tidak muncul juga." ancam yeoja itu.
Diam-diam gadis itu mengintip dari tempat persembunyiannya. Eommanya ada di seberang jalan sana dengan wajah penuh dengan kekhawatiran. Hae Joo kemudian keluar dan melambai pada eomma.
"Eomma!" teriaknya dari bawah pohon itu dan sang eomma pun terlihat lega melihat putrinya.
Hae Joo cepat-cepat berlari kearah eomma tanpa melihat kondisi jalanan yang saat itu lampu penyebrangan sedang merah. Sebuah mobil melintas ke arahnya dengan begitu cepat. Eomma berteriak memanggil namanya begitu mobil itu melintas.
Hae Joo membuka matanya dan melihat seorang namja tengah memangkunya di pinggir jalan. Namja itu menurunkan Hae Joo yang terlihat masih shock. Dia tersenyum pada Hae Joo dengan mata yang berbinar-binar.
"Berhati-hatilah, sweetheart." Suara namja itu bagaikan lagu yang begitu halus.
"Gomawo, oppa." Lagi-lagi namja itu tersenyum dengan mata yang berbinar kemudian mengelus puncak kepala Hae Joo dengan lembut.
Begitu lampu penyebrangan berubah hijau eomma langsung menghampiri Hae Joo dan memeluknya. Memastikan putrinya itu tidak terluka.
"Gwenchana? Apa kau terluka?"
Hae Joo menggeleng. Wajah eommanya terlihat begitu lega dan kembali memeluknya. Berkali-kali eommanya berucap syukur dan memanggil namanya. Hae Joo balas memeluk eommanya dengan lebih erat.
"Seseorang menolongku eomma," ujar Hae Joo setelah eomma melepaskan pelukannya.
Sekarang ini terlihat wajah kebingungan di wajah eomma. Hae Joo mencari sosok penolongnya yang tadi berdiri tak jauh dari sana. Melihat anaknya mengedarkan pandangan eomma melakukan hal yang sama.
Tak ada seorangpun disana. Hae Joo berlari kea ah pohon yang tadi tempatnya bersembunyi. Sekali lagi dia melihat sekelilingnya dan tetap saja tak menemukan siapapun disana kecuali dirinya dan eomma.
"Oppa!" panggil Hae Joo pada sosok penolongnya tapi tetap tak ada siapapun.
"Siapa oppa?"
"Orang yang menolongku. Dia tadi disini." Tunjuk Hae Joo ke tempat terakhir namja itu berdiri.
Kedua alis eomma bertautan kemudian kembali melihat sekelilingnya yang tak menemukan siapapun disana. Eomma kembali berjongkok di hadapan Hae Joo yang terlihat cemas dan takut.
"Hae Joo-ya, kau hanya berhalusinasi."
"Anio, tadi memang ada yang menolongku. Eomma tidak percaya padaku?"
Eomma tersenyum dan mengelus pipi putrinya dengan lembut. Sementara Hae Joo masih berusaha menemukan orang yang di carinya.
"Arasseo, sekarang kita pulang?"
"Chamkaman."
"Hae Joo-ya!"
Keringat deras telah bercucuran di wajahnya. Tubuhnya bermandi keringat. Hae Joo melihat sekelilingnya dan menemukan dirinya ada di kamar tidurnya dengan selimut masih melekat pada tubuhnya.
Sekarang sudah menunjukan pukul dua dini hari. Hae Joo menghembuskan napas lega kemudian menyalakan lampu kamarnya. Ketukan pintu menginterupsinya, Hae Joo membukanya dan menemukan tuan Yoon di baliknya.
"Ada apa?" wajah ayahnya itu terlihat khawatir dan dia masih mengenakan baju tidurnya.
"Anio, aku hanya bermimpi saja."
Tuan Yoon menghembuskan napas lega. Dia mengelus pipi putrinya dengan lembut, "Mimpi buruk?" Hae Joo mengangguk walau sebenarnya dia menyangkal hal tersebut. "Tidurlah lagi, apa aku harus membuatkanmu minuman hangat?"
"Anio, gwenchana. Aku akan kembali tidur. Appa juga tidurlah lagi."
"Arasseo."
"Mianhae, aku membangunkanmu."
Tuan Yoon berhenti sebentar kemudian tersenyum. Setelah mengucapkan selamat malam appa kembali ke kamar tidurnya. Hae Joo menutup pintu kamarnya dan kembali ke tempat tidurnya. Mimpi itu terasa sangat nyata.
Hae Joo bersender ke kepala tempat tidurnya. Masih tengah malam tapi dia tidak bisa kembali tidur. Ada hal yang mengganggunya dalam mimpi itu. Seseorang dalam mimpi itu tepatnya. Perasaan tidak asing yang dia rasakan belakangan ini sama rasanya dalam mimpi tersebut.
Tiba-tiba mata Hae Joo membesar dan mulutnya terbuka lebar. Hae Joo menutup mulutnya dari keterkejutannya. Berulang kali Hae Joo menggeleng menyangkal sebuah kesimpulan yang ada dalam pikirannya.
"Tidak mungkin."
Mulutnya berulang kali mengucapkan kata itu seolah kata tersebut adalah mantra ampuh untuk mengenyahkan apa yang ada dalam pikirannya.
"Itu tidak mungkin!"
Hae Joo menjambak rambutnya sendiri. Berusaha meyakinkan dirinya berulang kali bahwa pemikirannya tidaklah benar.
"Tidak mungkin Jung Daehyun," bisiknya.
Yoon Hae Joo kau pasti sudah gila. Bagaimana mungkin namja itu ada di masa lalumu dengan umur yang terlihat sama. Itu terjadi delapan tahun yang lalu tidak mungkin namja itu tidak berubah sejak delapan tahun yang lalu. Pikiran itu terus mengganggunya.
+[kG
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 1] Everlasthing
FanfictionSejujurnya aku tidak tahu apa yang kulakukan pada sebagian besar waktu selama eksistensiku. Tetapi kau memberiku satu alasan yang pasti tentang eksistensiku. Kini kutahu waktu selamanya tak akan cukup bersamamu. Even so, Lets Start With FOREVER