Pena 22

2.6K 38 0
                                    

"Itu belum tentu, paling tidak namamu toh masih tercantum di antara jago-jago lihay yang berada dalam dunia persilatan saat ini."

Tan Tiang-kim menghela napas panjang, katanya lagi :

"Terus terang, aku si pengemis tua belum pernah menyaksikan sendiri kelihaian dari Tiong-buncu, meski perkumpulan kami berhutang budi, namun terhadap masalah itu aku selalu merasa ragu. Tapi malam ini, setelah kusaksikan sendiri ilmu pedang dari Tang-ciangbunjin, timbullah perasaan menyesal di hatiku, Tiong-ciangbunjin ternyata memang benar-benar seorang jago yang tangguh."

Setelah menghembuskan napas panjang, terusnya :

"Saudara sekalian, silakan beristirahat dulu. Siapa tahu besok pagi kita masih akan melakukan aksi lain, sekarang aku masih harus berkunjung ke sungai untuk melihat siapa saja dari Pay-kau yang telah datang, nah aku mohon diri dulu."

Seusai berkata, sambil membalikkan badan ia pergi dengan langkah lebar.

Hay Yok-wong mengikuti di belakangnya, sebelum beranjak di masih sempat melirik Tang Cuan sekali lagi dengan sinar mata kagum.

Memandang bayangan Tan Tiang-kim dan Hay Yok-wong yang menjauh, Pek Hong baru berkata :

"Ayah, malam ini kita telah menyia-siakan akan suatu kesempatan baik, ananda merasa amat sayang dan kecewa."

"Kau harus ingat baik-baik," ujar Pek Bwe, "persoalan ini tak bisa diselesaikan dengan tergesa-gesa, pihak lawan bukan tersiri dari perorangan yang bertujuan membalas dendam, mereka adalah suatu organisasi, suatu organisasi yang memiliki kekuatan sangat besar, sampai sekarang kita hanya berhasil menemukan pinggiran dari organisasi tersebut, kita belum berhasil menemukan pentolan mereka yang sebenarnya, seandainya tiada bantuan dari Tan Tiang-kim dan Hay Yok-wong, pertempuran malam ini pun belum tentu bisa kita pertahankan. Hong-ji, sekarang sudah terbentang suatu kenyataan buat kita, yaitu dengan mengandalkan kekuatan kita ayah dan anak, ditambah Tiong-gak, Tang Cuan, dan Siau-hong sudah tak mungkin bisa menolong It-ki, juga tak bisa membalas dendam bagi kematian Ling-kang, kita sangat membutuhkan bantuan dari pihak Kay-pang dan Pay-kau."

"Locianpwe, Siau-hong mempunyai suatu pendapat, entah Cianpwe dapat menyetujui atau tidak?" ujar Cu Siau-hong tiba-tiba.

"Nak, kau mempunyai pendapat apa? Katakanlah kepada kami semua."

"Boanpwe rasa, tujuan lawan bukan cuma untuk menghadapi Bu-khek-bun belaka, kita tak lebih hanya korban mereka yang pertama."

Pek Bwe segera manggut-manggut.

"Oleh karena itu," lanjut Cu Siau-hong, "aku rasa terbasminya Bu-khek-bun telah memberi tanda bahaya untuk segenap umat persilatan di dunia ini, membuat mereka semua merasakan pula ancaman bahaya maut ini."

Sekali lagi Pek Bwe manggut-manggut,

"Jadi maksudmu Nak.......?"

"Oleh karena itu, kami tidak memohon bantuan dari Kay-pang serta Pay-kau, bantuan mereka kepada kita tak lain adalah membantu mereka sendiri, dalam hal ini aku rasa orang-orang Kay-pang pasti mengerti, orang-orang Pay-kau juga mengerti."

"Dalam hal ini, aku pikir Tan Tiang-kim maupun Hay Yok-wong telah mempunyai perhitungan dalam hatinya, aku rasa kita pun tak usah menerangkan terlalu jelas."

--------------------------------------

11

Tiba-tiba paras muka Cu Siau-hong berubah menjadi amat serius, sepasang matanya memancar keluar sinar tajam yang berkilauan, katanya kembali :

"Pek-cianpwe, Subo, Seng-susiok, Tang-ciangbun-suheng..........."

Secara beruntun ia menyebut nama semua orang yang hadir, ini membuat mereka tertarik pula oleh keseriusan wajahnya, sorot mata semua orang segera dialihkan ke wajah Cu Siau-hong.

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang