Pena 37

2.5K 46 0
                                    

Bagaikan permainan sulap saja, sepiring besat ikan Ang sio hi tersebut berputar tiada hentinya ditengah udara.
Anehnya piring besar makin lama berpu-tar semakin cepat ditengah udara sehingga terciptalah suatu pemandangan yang sangat aneh.
Segenap tamu yang berada dalam ruangan Wang kang lo segera dibikin terpesona oleh pemandangan itu, sehingga tanpa terasa mereka meletakkan sumpit serta cawan masing-masing untuk mendongakkan kepalanya.
Kini seluruh perhatian orang terpusatkan pada piring besar yang sedang berputar kencang.
Tampak piring mana berputar kencang sampai puluhan kali dengan kecepatan yang semakin melipat ganda.
Agaknya kakek berjubah abu abu itu sudah habis kesabarannya, dengan dingin dia lantas berseru:
"Bocah keparat, tak kusangka dengan usiamu yyng begini muda, ternyata memiliki kepandaian silat yang begini hebat"
Tangan kanannya segera diayunkan ke muka, mendadak sumpit yang berada ditangan nya itu dihantamkan keatas piring itu keras-keras.
"Praaang!" bunyi piring pecah bergema memecahkan keheningan, saus dan Ang sio hi yang dua kati beratnya ifu tahu-tahu berubah menjadi potongan kecil-kecil yang serentak menyambar ke wajah serta badan Cu Siau hong.
Tampaknya pecahan piring, hancuran da-ging serta saus kuah itu sudah dipengaruhi oleh segulung kekuatan yang maha besar, bagaikan segumpal kabut gelap saja segera melayang tiba dengan kecepatan luar biasa.
Mendadak tampak cahaya tajam berkilauan, Seng Hong dan Hoa wan tahu-tahu sudah turun tangan bersama.
Empat bilah pedang dari kedua orang kiam tong itu menciptakan selapis kabut cahaya yang sangat rapat di depan tubuh Cu Siau hong, terhalang oleh lapisan kekuatan yang sangat kuat itu, pecahan piring, ikan dan saus kuah yang menyambar ketubuh Cu Siau hong itu segera terhadang dan berjatuhan ketanah.
Sungguh cepat gerakan yang dilakukan dua orang Kiam tong itu, begitu serangan berlalu, serentak mereka menyarungkan kembali pedang masing-masing
Paras muka kakek berbaju abu-abu itu segera berubah hebat.
Tapi dengan terjadinya peristiwa itu kea-daan dimeja makan menjadi porak peronda tak keruan wujudnya
Lagi
Tan Heng serta Ong Peng dengan cepat telah meninggalkan pula tempat duduk ma-sing-masing. Sedang Cu Siau hong masih tetap tenang, gumamnya sambil menggelengkan kepala.
"Saudara, cara yang kau pakai barusan sangat tidak terpuji!"Seraya bergumam, pelan-pelan dia meletakkan cawan araknya ke atas meja.
Ong Peng dan Tan Heng maju ke depan secara tiba tiba dan menghadang di kedua belah samping kakek berbaju abu abu itu.
'Pelan-pelan kakek berbaju abu-abu itu pun turut bangkit berdiri.
Pemuda yang duduk disampingnya kini sudah mulai meraba gagang goloknya untuk bersiap-siap.
Tiong It ki yang duduk dikejauhan hanya duduk menonton terjadinya setiap perubahan disitu, dia begitu acuh sehingga seakan-a-kan persoalan tersebut tiada sangkut pautnya dengan dia..
'Cengcu!" Ong Peng segera berkata, "tua bangka ini terlalu kurang ajar, apakah perlu diberi pelajaran?""Tanya kepadanya asal kedatangannya, kalau cuma manusia tak ternama, suruh mereka menyembah didepanku minta maaf, kemudian lepaskan pergi"
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang ramah, tapi nadanya justru amat memandang rendah m usu h nya.
Kakek berbaju abu-abu itu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahh. . . Apakah kau adalah Cu Siau hong?' tiba-tiba dia menegur.
Diam-diam Cu Siau hong merasa terperanjat, namun wajahnya masih tetap tenang seperti sedia kala, sahutnya sambil tertawa..
"Betul, Aku memang Cu Siau hong, siapa namamu?".
"Asal aku tahu kalau kau adalah Cu Siao hong, hal ini sudah lebih dari cukup, siapa kah lohu, lebih baik tak usah kau campuri"
"Oooh...!'
"Cu Siau hong, tempat ini kelewat sempit, jika ingin berkelahi, mengapa kita tidak mencari suatu tempat yang lebih luas dan lebar untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah!"
"Rupanya kau memang sengaja datang untuk mencari gara-gara denganku. . .?' tegur Cu Siau hong dingin. 'Anggap saja perkataanmu memang benar, kami memang datang untuk mencari gara-gara.'
Cu Siau hong segera manggut-manggut, tanyanya kemudian sambil tertawa lebar:
'Hanya kalian berdua?"
"Lohu merasa kami berdua pun sudah lebih dari cukup".
Cu Siau hong segera tertawa hambar.
"Baiklah!' katanya kemudian, "pun cengcu baru pertama kali terjun ke dalam dunia persilatan, aku memang bermaksud untuk menaklukkan semua orang serta mengangkat nama, cuma kami hanya berniat untuk bertarung melawan orang-orang ternama, jika orang yang tidak ternama ma-afjika kami tak akan melayaninya"
'Apakah kedudukan lohu kurang berbo-bot?" seru kakek berjubah abu-abu itu gusar.
"Hingga kini kami masih belum tahu siapakah kau?"
'Kalian tidak kenal lohu, tapi justru melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, apakah hal ini tidak mema l u ka n?"Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong segera berpikir dalam hatinya.
Ong Peng dan Tan Heng adalah jago kawakan yang sudah lama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, sekalipun aku telah keluar dengan mereka berdua, namun seharusnya mereka juga tahu akan kedua orang ini, mengapa merekapun tidak memberikan reaksi apa-apa? Mungkinkah mereka pun sedang mencoba diriku?"
Berpikir demikian, dia lantas tertawa hambar, katanya:
"Pun cengcu memang baru terjun kedalam dunia persilatan, maklumlah jika aku tidak banyak mengenal nama-nama orang persilatan toh tidak kenal dirimu juga bukan suatu kejadian yang maha besar."
"Pada dasarnya kau memangtidak kenal dengan diriku. sekalipun ku ucapkan namaku kau bisa apa pula?" "Benarjuga perkataanmu itu, silahkan kau membawa jalan buat kami", ucap Cu Siau hong.
Kakek berbaju abu-abu itu berpaling dan memandang sekejap ke arah pemuda tampan itu, kemudian mereka berdua bang-kit berdiri dan bersama-sama menuju kede-pan.
Ong Peng, Tan Heng segera membawa jalan, Cu-Siau hong berjalan ditengah sedang kedua orang kiam tong itu mengikuti dengan kencang dibelakang pemuda she Cu itu.
Tiong It ki tetap tak ikut, dia tetap tinggal ditempat semula tanpa beranjak.
Rupanya waktu Cu Siau hong bangkit berdiri meninggalkan tempat duduknya, secara diam-diam dia telah menurunkan perin-tah, yang menitahkan kepada Tiong It ki agar tetap tinggal ditempat untuk melakukan pengawasan.
Sedangkan perintah kedua disampaikan lewat Ong Peng yang memerintahkan kepada Cap ji kim kong agar membawa dua orang naik ke atas membantu Tiong It ki.
Cara penyampaian perintah tersebut mereka lakukan dengan cara mencampurkan gerakan mana dengan gerakan yang lumarah dilakukan orang dihari-hari biasa, seperti cara memegang sumpit, cara berjalan, permainan jari tangan serta kombinasi cara berjalan antara ayunan tangan dengan kaki, pokoknya dari suatu gerakan yang sederhana dan tiada berarti bagi orang lain justru merupakan suatu tanda perintah.
Tampaknya kakek berbaju abu-abu serta pemuda itu sudah mempunyai rencana yang matang, setelah turun dari loteng Wang kang lo, mereka langsung berjalan menuju kepintu kota sebelah selatan.
Cu Siau hong segera manggut-manggut sambil berbisik kepada Seng Hong dengan suara lirih:
"Cepat kabarkan kepada Toan San, suruh empat orang diantara mereka tetap tinggal di loteng Wang kang lo sedang delapan orang diantaranya menyusul kemari"
Jika anak buah Cu Siau hong dikumpul-kan menjudi satu maka jumlahnya tidak terhitung sedikit, akan tetapi kalau dianggap sebagai anggota suatu perguruan, maka jumlahnya tak bisa dianggap terlalu banyak.
Terutarna sekali mereka kekurangan kurir mata-mata serta penyampai berita.
Bila dua belas orang jago kelas satu bergabung menjadi satu, mereka memang merupakan suatu kekuatan yang tak boleh dianggap enteng, tapi bila sudah berpencar, maka kekuatan mereka akan nampak amat minim dan lemah.
Seng Hong segera membalikkan badan dan berlalu.
Cu siau hong sengaja mengendurkan langkah kakinya dengan harapan bisa memberi waktu yang cukup untuk kedua belas Kim kongnya.
Sebenarnya kakek berbaju abu-abu itu berjalan amat cepat, tapi setelah Cu Siau hong dengan rombongannya memperlambat perja-lanannya, terpaksa merekapun harus melambatkan pula langkah masi ng-masi ng.
Jelaslah sudah kini bahwa undangannya merupakan suatu perangkap yang telah dia-tur dengan sebaik-baiknya.
Sambil tertawa Cu Siau hong segera ber-kata:
'Ong Peng, tampaknya mereka sudah bertekad untuk memancing kita untuk memasu-ki perangkap yang telah mereka persiapkan itu"
"Benar .... mereka mengira kita betul-betul sudah termakan oleh jebakannya, dia terlalu memandang rendah kemampuan kita"
Kembali Cu Siau hongtersenyum.
"Kalau tidak memasuki sarang harimau, darimana bisa didapatkan anak harimau?" katanya. "Benar, malah kita harus mengikutinya ke sana"
Sementara itu Seng Hong nampak menyusul datang dengan langkah cepat, bisiknya kemudian: "Lapor kongcu, hamba telah menyampai-kan perintah dari kongcu"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Mulai sekarang kalian harus memperha-tikan pemandangan di kedua sisi jalan, pe-riksalah ada sesuatu tempat yang mencurigakan" perintahnya kemudian.
Seng Hong dan Hoa wan bersama-sama mengangguk.
Sementara itu matahari senja telah tenggelam dilangit barat, senja pun menjelang ti-ba.
Kakek berbiju abu-abu serta pemuda ber-baju biru itu sudah tiba diluar kota pintu sebelah selatan. Mendadak Ong Peng berhenti sambil menegur:
"Hei, apa-apaan kau ini? Masih berapa jauh lagi? Kami belum selesai bersantap?"
"Sudah hampir sampai, dirumah gubuk sebelah depan sana." jawab kakek berbaju abu-abu itu cepat..
Tampak cahaya api berkelebat lewat, mendadak dalam rumab gubuk itu sudah terang benderang bermandikan cahaya lentera.
Rumah gubuk itu letaknya terpencil, pa-gar bata mengelilingi diseputarnya, menambah indahnya pema nd anga n.'
Sejalurjalan menembusi sebidang sawah dan mencapai rumah gubuk itu.
Setelah memasuki pintu pekarangan, terlihatlah halaman didepan rumah gubuk itu besar sekali, dari rumah yang berdiri tegak dikelilingi pagar itu tampak ruangan-ruangan yang besar pula..
Didepan pintu gerbang rumah tadi tergantung sebuah lampu lentera yang tahan hembusan angin, cahaya api menerangi sekeliling tempat itu.
Saat itu, sikakek berbaju abu-abu serta pemuda berbaju biru itu sedang berdiri ditengah halaman.
"Tan Heng dan Ong peng berdiri dimuka Cu Siau hong, sedangkan Seng Hong dan Hoa wan dua orang kiam-tong berdiri dikedua belah sisi majikannya dibagian belakang.
Cu Siau hong memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian tegurnya.
"Apakah disini?"
"Benar" jawab kakek berbaju abu-abu itu dingin, "'Cu Siau hong, kau tidak seharusnya datang kemari" "Menga pa?"
"Sebab tempat ini merupakan suatu perangkap, kau bisa datang kemari tapi jangan harap bisa meninggalkannya dalam keadaan hidup'.
"Oya! Mengapa didalam hal ini aku tak berhasil melihatnya" ucap Cu Siau hong sambil tertawa.. "Jadi kau ingin mencobanya'" seru si kakek berbaju abu-abu itu sambil tertawa dingin.
"Aku selamanya mempunyai suatu kebiasaan, yakni sebelum melihat peti mati tak akan mengucurkan air mata, kalau toh kau sudah mempersiapkan perangkap tersebut, mengapa tidak kau pertunjukkan dengan segera di hadapanku?'
Kakek berbaju abu-abu itu segera mengangguk.
"Baik, agaknya kau memang perlu- untuk melihatnya lebih dulu...." demikian ujarnya. Selesai berkata dia lantas bertepuk tangan tiga kali.
Mendadak tirai yang semula menutupi daun jendela disekeliling bangunan rumah itu disingkap orang, kemudian muncullah busur-busur berpegas tinggi serta tabung jarum yang semuanya ditujukan ke arahnya, dari balik setiap daun jendeia, paling tidak muncul belasan macam alat pembidik senjata rahasia yang
beraneka ragam dan semuanya tertuju ke arah mereka berlima, 'Terdengar kakek berbaju abu-abu itu berkata lagi.
"Sekarang terdapat dua puluh empat buah gendewa otomatis, dua belas buah tabung jarum Ngo tok bwe hoa ciam serta delapan belas tabung sembur api Im leng tok hwee tong yang ditujukan ke arah saudara, asal kuturunkan perintah, sekalipun ada malai-kat yang datang menolong kalianpun jangan harap selembar jiwa kalian bisa tertolong"
"Aaaah... benarkah sedemikian lihaynya "seru Cu Siau hong sambil tertawa hambar.
"Baik,....lohu akan mendemontrasikan kelihayan dari tabung-tabung senjata rahasia kami itu" kata si kakek.
Mendadak ia memperkeras suaranya sam-bil berseru:
"Lepaskan sebatang peluru api Im leng tok hwee tan agar dia dapat menyaksikan kehebatannya"
Terdengar suara desingan angin tajam menderu-deru memecahkan keheningan, lalu tampak selapis cahaya hijau menyambar lewat.
"Blaamm....!" suatu ledakan keras segara menggelegar di udara, jilatan api berwarna hijau tiba-tiba saja membakar permukaan ubin.
"Api beracun Im leng tok hwee tan akan menempel disetiap benda yang dijumpainya, api itu tak akan mati bila dipadamkan dan tak akan mengecil sebelum mangsanya habis terbakar, entah manusia macam apakah kau dan kepandaian silat macam apakah yang berhasil kau latih, asal terkena api beracun itu maka hanya ada satu akibat, terbakar hidup-hidup sampai habis"
Diam diam Cu Siau hong merasa terperan-jatjuga menghadapi kenyalaan tersebut, dia sama sekali tidak menyangka kalau mereka bakal terjebak kedalam perangkap sekeji ini.
Walaupun begitu diluar wajahnya dia masih tetap bersikap tenang, sambil tertawa dingin katanya: "Api beracun itu memang betul-betul sangat lihay'
Mendadak kakek berbaju abu-abu itu berpaling dan memandang sekejap ke arah pe-muda berpakaian ringkas warna biru yang berada disampingnya, kemudian ujarnya:
"Aaah hampir saja lohu lupa memperkenalkannya kepada Cu kongcu" "Kau maksudkan saudara itu?' tanya Cu- Siau hong.
'Benar! benar."
Cu Siau hong segera tertawa:
"Apakah saudara inipun seorangjago yang amat termashur namanya dalam dunia persilatan."
'Benar!" kakek berjau abu-abu itu mengangguk, "kau tentunya kenal dengan Keng Ji kongcu?"
"Keng Ji kongcu"
"Betul, dia telah tewas di tanganmu""Waah, cepat betul berita tersebut tersiar sampai dalam telingamu. yaa, betul, Keng Ji Kongcu memang tewas di tanganku'
"Baiklah, sekarang kuperkenalkan orang ini kepadamu, dia adalah Keng Su adik seperguruan dari Keng Ji, juga terhitung adik kandungnya, hubungan antara kakak dan adik berdua selalu baik"
"Nah, apa kubilang, makanya aku merasa seperti pernah mengenal wajah orang ini", seru Cu Siau hong cepat.
'Sekarang tentunya kau sudah jelas bukan?
Ya, delapan sampai sembilan puluh persen mah sudah jelas, cuma aku masih belum jelas siapakah kau?""Baiklah,jika kau memang ingin tahu, terpaksa lohu akan memberitahukannya kepadamu"
'Aku telah bersiap-siap untuk mende-ngarkannya"
'Dalam dunia persilatan terdapat tiga ekor burung elang ' ucap Kakek berbaju abu-abu itu dengan suara
dalam.
"Dan kau adalah si burung elang abu-abu? sambung Ong Peng. "Betul, lohu adalah si burung elang abu-abu Phu Hong!"
'Ehmm. burung elang abu-abu memang terhitung seorangjagoan lihay yang amat tersohor dalam dunia persilatan, tapi aku tidak habis mengerti mengapa kau bisa mengadakan hubungan dengan Keng Ji kongcu."
"Kau tak usah mengetahui kelewat banyak, pokokrya asal kau sudah tahu kalau aku adalah si burung elang abu-abu Phu Hong, hal itu sudah lebih dari cukup"
"Ong congkoan!" tiba-tiba Cu Siau hong memanggil. "Hamba ada disini!"
"Manusia macam apakah si burung elang abu-abu Phu Hong itu? Coba kau katakan kepadaku" "Tutup mulut!" Phu Hong segera membentak dingin.
Ong Peng sama sekali tidak memandang sekejap matapun terhadap Phu Hong, katanya dengan cepat.
"Pada sepuluh tahun berselang dalam dunia persilatan telah muncul empat ekor elang yang termashur, burung elang abu-abu adalah salah seorang diantaranya, lagi pula berada pada urutan yang terakhir.'
"Ehmm, kemudian?"
'Sudah hampir sepuluh tahun lamanya ke empat ekor burung elang ini lenyap dari peredaran dunia persilatan, sungguh tak di-sangka, hari ini kita telah bertemu kem-bali'.
"Bagaimanakah tabiat dari burung elang abu-abu ini?"
"Dari empat ekor burung elang tersebut; mungkin burung elang abu-abu lah yang terhitung paling tak becus"
"Bagalmana dengan tabiatnva di dalam dunia persilatan?"
"Ke empat ekor burung elang itu saja, mereka adalah manusia yang berdiri antara lurus dan sesat"
"Oooh. . . kiranya begitu""Sudah habiskah pembicaraan kalian?" mendadak si burung elang abu-abu Phu Hong menyela.
"Sudah selesai, sekarang aku sudah mengetahui garis besar tentang dirimu, aku pun sudah tahu siapakah kau dan pantaskah untuk dibunuh?"
Paras muka Phu Hong segera berubah hebat.
"Kau hendak membunuhku, itu adalah urusan dikemudian hari, sekarang jawab dulu pertanyaan lohu"
Sementara itu Cu Siau-hong sedang berpikir mencari akal guna menghadapi ke de-lapan belas buah tabung beracun itu, sebab menurut pendapatnya benda itulah me-rupakan benda yang mematikan.
Tapi diapun mengerti, jangan sekali-kali dia membuat pihak lawan mengetahui bila dirinya tak sanggup menghadapi ancaman senjata rahasia tersebut ....
Kalau dibilang memang gampang, tapi untuk dilakukan benar-benar sukar sekali.
Tapi nyatanya Cu Siau-hong dapat mera-hasiakan kelemahan sendiri dengan sebaik-baiknya, katanya sambil tertawa:
"Aku musti menjawab pertanyaan apa?"
"Lepaskan, senjatamu dengan menyerah untuk dibelenggu!"
"Bila senjata rahasia tersebut benar-be-rar sangat lihay seperti apa yang kau kata-kan dan sanggup merenggut nyawa kami, itu berarti jiwa kami terancam bahaya maut, mesti belum tentu bekal mati, sebaliknya bila kami menyerahkan senjata dan menyerah kalah, bukankah jiwa kami sudah da-pat dipastikan akan mampus?"
"Itu mah belum tentu, kami tak akan membunuh kalian karena kau masih berguna bagi kami"
"Oooh, benarkah aku masih memiliki bobot sebesar itu? Coba katakan dulu, keadaan apakah yang bakal kualami nanti?".
"Setelah meletakkan senjata, kami akan mengajakmu menjumpai seseorang, bila pembicaraan yang dilangsungkan kemudian berjalan secara baik, mungkin aku bisa menjamin keselamatan jiwamu"
''Bila pembicaraan itu berakhir kurang menyenangkan?"
"Kau hanya cukup meluluskan permin-taannya saja, sudah pasti pembicaraan tak a-kan berakhir kurang menyenangkan"
Cu Siau hong segera mengangkatjarinya sambil mengetuk batok kepala sendiri, menggunakan kesempatan mana dia telah melepaskan sebuah kode rahasia.
Kode itu berarti kesiap-siagaan penuh, namun tak boleh bergerak secara sembarangan, segala sesuatunya harus bertindak menanti perintahnya, tapi jika sudah bergerak, maka gerakan mesti dilakukan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Demikianlah, setelah menunjukkan sikap seperti apa boleh buat, pelan-pelan Cu Siau hong berkata: "Phu Hong, dapatkah kau memberitahukan kepadaku, kau hendak mengajak kami pergi kemana?" "Tidak bisa, steleah berjumpa nanti, kau akan mengetahui dengan sendirinya. . ."
"Phu Hong, kaupun terhitung seorang jago kawakan yang sudah banyak tahun mela-kukan perjalanan dalam dunia persilatan, coba bayangkan sendiri, andaikata permintaan-permintaan kami kembalikan pada dirimu sendiri, dapatkah kau meluluskannya?"
"Itu tergantung pada posisi macam apakah yang sedang kami hadapi ketika itu"
"Bagaimana seandainya keadaan tersebut seperti keadaan yang kami hadapi sekarang?'
"Akan kululuskan, paling tidak nyawa kami bisa dipertahankan, karena sekarang kalian sudah berada diujung tanduk"
Cu Siau-hong segera tertawa.
"Phu-heng" katanya, "maksudmu. kau hendak menasehati kepadaku agar selama gunung nan hijau, tidak kuatir kehabisan kayu bakar'
''Kau keliru besar" dengan cepat Phu Hong menukas, "aku minta kepadamu agartahu gelagat, kau mesti tahu hingga detik ini kita masih berhadapan sebagai musuh"
"Oooh '
'Orang she Cu, aku tak ingin banyak bi-cara lagi denganmu, aku minta kau segera mengambil suatu keputusan dengan cepat!"
Cu Siau-hong termenung dan berpikir se-bentar, kemudian sahutnya:
'Aku telah mengambil keputusan!"
"Bagus bagaimanakah keputusanmu itu?"
"Kami tak akan menerima segala macam bentuk ancaman...." kata Cu Siau-hong sambil tertawa. Begitu selesai berkata, dia lantas menye-rang kearah Phu Hong.
Seng Hong dan Hoa Wan segera meloloskan pula sepasang pedang mereka dan menyerang Keng Su, si pemuda berbaju biru itu.
Golok bulan sabit ditangan Keng Su, secepat kilat bergerak kemuka, serentetan cahaya pelangi dengan tajamnya meluncur ke- muka..
'Traang. . .!" benturan keras segera bergema memecahkan keheningan, pedang dita-ngan kedua orang bocah itu segera kena di-tangkis miring oleh kilatan cahaya golok tersebut.
Benar-benar sebuah serangan yang kuat dan dahsyat..
Ong Peng dan Tan Heng tak kalah cekatannya, satu dari kiri yang lain dari kanan dengan cepat mereka menubruk tubuh Keng Su.
Dikala, tubuhnya menerjang kearah Keng Su tadi, serentak mereka berdua pun melo-loskan.senjatanya.
Ong Peng mempergunakan dua batang golok pendek sedangkan Tan Heng memper-gunakan sepasang pedang pendek.
Senjata semacam itu semuanya bukan ter-masuk senjata tajam yang biasanya diper-gunakan oleh orang-orang Kay-pang.
"Jelas Ui Lo-pangcu yang berbudi luhur dan berpandangan jauh ke depan itu sudah melakukan pelbagai persiapaan sejak ba-nyak tahun berselang, ini terbukti dari ke-mahiran anak buahnya mempergunakan sen¬jata yang bukan merupakan senjata khas dari pihak Kay-pang.
Maka dari itu, bisa dilihat betapa ganasnya ilmu golok dari Ong Peng dan betapa kejinya serangan¬serangan dari sepasang pedang pendek Tan Heng...
Sementara itu, Cu Siau-hong dengan tangan kosong sedang bertarung melawan sepasang senjata dari Phu Hong.
Ong Peng, Tan Heng dan Hoa Wan de-ngan enam pedang sepasan golok mengurung Keng Su-kongcu rapat-rapat.
EmPat bilah senjata pendek, empat bilah senjata panjang, delapan macam senjata harus bertarung mengerubuti sebilah golok sabit, namun dalam kenyataan mereka be-lum juga berhasil untuk menaklukkan pemuda berbaju biru itu.
Tapi ke empat pemuda itu pun rata-rata buas dan cekatan, meski usia dari ke dua orang Kiam-tong itu tidak besar, namun kesempurnaannya didalam permainan pedang sangat mengagumkan, masing- masing orang mempermainkan semacam ilmu pedang yang sama sekali berbeda, sepasang pedang terse-but sebentar merapat sebentar memecah, jurus-jurus serangan yang dipakai semuanya disertai dengan perubahan yang tak terhi-tung jumlahnya.
Sekalipun demikian, andaikata hanya mereka berdua saja yang menghadapi permainan golok bulan sabit tersebut, mustahil mereka sanggup menghadapi perubahan demi perubahan yang amat dasyat itu.
Untung saja disana masih ada Tan Heng dan Ong Peng, dua bilah golok pendek dan dua bilah pedang pendek masing-masing memainkan serangkaian serangan sergapan yang amat lihay.
Orang bilang satu cun senjata makin pendek, satu cun pula semakin berbahaya, jurus serangan yang dipergunakan kedua orang itu mana aneh juga sangat lihay, empat orang bekerja sama dengan ketat memaksakan suatu posisi seimbang yang berlang-sung ketat..
'Pertarungan antara Cu Siau-hong dengan Phu Hong pun berlangsung sengit, angin pukulan dari Phu Hong sangat ganas dan menderu-deru sehingga membuat Cu Siau-hong seakan-akan tak sanggup menahan serangan lawan ..
Tapi didalam jurus-jurus serangan yang digunakan Cu Siau-hong pun sering kali menunjukkan perubahan di luar dugaan, kadangkala bila posisinya sudah terjepit dan berbahaya, mendadak telah berubah menjadi membaik kembali.
Dengan keadaan macam itu, maka kedua belah pihak pun saling mempertahankan posisinya masing¬masing dalam kedudukan seimbang.
Meskipun dalam ruangan itu terdapat puluhan macam senjata rahasia beracun yang ditujukan ke arah mereka, tapi berhubung ke dua belah pihak sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru, maka hal ini memaksa orang-orang tersebut tak beryani melepaskan serangannya secara gegabah..
Tentu saja mereka kuatirjika bidikan senjata rahasia tersebut malah melukai o-rang sendiri.
inilah yang menjadi tujuan dari Cu Siau hong, pertama-tama dia harus menciptakan dulu suatu suasana dimana senjata rahasia beracun lawan tak sanggup melukai mereka, kemudian baru mencari akal guna berusaha untuk meloloskan diri dari kepungan.
Tenaga pukulan yang dilancarkan Phu Hong sangat kuat, meski seringkali Cu Siau hong mengeluarkan jurus-jurus serangan yang tangguh, namun tidak berhasil menahan seranggan musuh yang datangnya beran-tai itu..
Tiba-tiba.... Cu Siau hong terkena sebuah pukulan secara telak, serangan itu dengan tepat sekali menghantam diatas lengan kiri Cu Siau hong
'Plaak"tak kuasa lagi Cu Siau hong mundur selangkah dengan sempoyongan. Menyaksikan keadaan tersebut, Phu Hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh . . . haaahhh. . . haaahhh. . . tampaknya kami sudah menilai dirimu kelewat tinggi, tahu begini percuma kami persiapkan segala macam jebakan untuk menantikan kedatanganmu, cukup lohu seorang pun dapat pula membekuk dirimu"
Tubuh Cu Siau hong bergoncang cukup keras, tapi hanya sejenak kemudian ia telah menerjang kembali ke depan.
Phu Hong segerta maju selangkah dengan tindakan lebar, serangan langsung dilontarkan kembali ... "Plaaak !' Kali ini serangannya bersarang telak diatas bahu kanan Cu Siau- hong.
Untuk kedua kalinya Cu Siau-hong kena terhajar sehingga mundur selangkah ke be-lakang.
Agaknya akibat dari serangannya kali ini Cu Siau hong tak sanggup menahan seranagan yang sangat berat itu, tubuhnya segera terjengkang ke belakang dan roboh.
Dengan suatu kecepatan bagaikan kilat, Phu Hong mengayunkan tangan kanannya melancarkan sebuah cengkeraman..
Dengan tepat sekali urat nadi pada pergelangan tangan kanan Cu Siau-hong ke-na dicengkeram. Ketika ia membetot dengan sepenuh te-naga, tubuh Cu Siau-hong segera kena terseret bangun. Tampaknya luka yang diderita Cu Siau hong cukup parah, noda darah telah mem-basahi ujung bibirnya.
"Orang she Cu" ucap Phu-Hong kemudian, 'Tahu begini, aku pasti tak akan mempersiapkan jebakan dengan kekuatan sebesar ini, perangkap singa yang kupasang, tak tahunya yang tertangkap cuma seekor kelinci belaka"
Sebelah tangan kanannya berhasil mencengkeram urat nadi Cu Siau hong tentu saja dia tidak kualtr kalau sampai si- anak muda itu melakukan perlawanan lagi.
Berpaling ke arah lain, dijumpainya Keng Su kongcu sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan empat orang musuhnya.
Keng su kongcu memang kelihatannya tak akan menderita kekalahan, tapi diapun tak memiliki kesempatan baik untuk merebut kemenangan.
Tampaknya suatu pertempuran sengit masih akan melibatkan kedua belah pihak berapa waktu lagi. Memandang paras muka Cu Siau hong yang pucat pias seperti mayat, Pho Hong segera berkata dingin. "Orang she Cu, suruh mereka menghenti-kan pertarungan"
"Phu Hong ingin sekali memperlihatkan keadaan yang amat membanggakan hati ini kepada Keng su kongcu maka dengan suara lantang kembali dia berseru:
"Su kongcu, menangkap pencoleng harus membekuk pentolangan, memukul ular harus memukul kepalanya, sekarang aku telah berhasil membekuk Cu Siau hong, telah kuperintahkan kepadanya untuk menitahkan anak buahnya menghentikan pertarungan,jika kita bisa membekuk beberapa musuh dalam keadaan hidup, jelas hal ini merupakan su-atu pahala besar"
Setelah berhenti sebentar, dengan suara dingin dia melanjutkan:
"Cu Siau hong suruh mereka hentikan pertarungan!"
Cu Siau hong terengah-engah seperti ke habisan tenaga, sambil memaksakan diri ia lantas berteriak keras:
"Kalian tak usah bertarung lagi"
Sin Jut, Kui Meh dan dua orang kiam-tong, segera menghentikan pertarungan.
Keng su kongcu pun segera menarik pu-la permainan golok bulan sabit
Tadinya dia tidak percaya jika Phu Hong sanggup membekuk Cu Siau hong dengan begitu mudah.
Tapi setelah, menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dimana urat nadi pada pergelangan tangan Cu Siau hong benar-benar sudah kena dicengkeram oleh Phu Hong, mau tak mau dia harus memper-cayainya.
Sebab bila urat nadi pada pergelangan tangan kanannya kena dicengkeram, orang tak bisa berkutik lagi, jelas hal ini mustahil bisa dipalsukan belaka..
Sekalipun demikian, toh masih terdapatjuga rasa curiga didalam hatinya, dia lantas berkata:
"Phu Hong, dengan begitu mudahkah Cu Siau hong berhasil kau bekuk, kalau me-mang begitu tak becus, mengapa ia mampu membunuh Kengji kongcu ?".
"Su kongcu konon kisah terbunuhnya kengJi kongcu bukan seluruhnya mengandalkan kelihayan ilmu silat"
"Kau dapat mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangannya, hal ini menunjukkan kalau ilmu silat yang dimilikinya tak bisa terhitung terlalu hebat"
Dibalik perkataan tersebut masih ada perkataan lain, Phu Hong merasakan hatinya amat tak sedap, katanya kemudian sambil tertawa:
"Su kongcu ucapanmu itu memang benar, ia dapat membunuh Ji kongcu, mungkin hanya di karenakan nasibnya lagi mujur saja, kekalahan yang diderita Ji kongcupun mungkin disebabkan pengalamannya yang kele-wat cetek " .
Keng su kongcu segera tertawa:
"Entah bagaimanapun juga, yang pasti kau telan berhasil membekuk Cu Siau hong sekarang"
"Perkataan Su kongcu memang benar, walaupun yang dibutuhkan dalam suatu pertempuran adalah kepandaian silat yang hebat, namun ada kalanya pengalaman didalam du-nia persilatanpun merupakan faktor yang penting untuk menentukan suatu kemenangan."
"Jelas keberhasilanmu ini merupakan suatu jasa besar, saudara Phu pasti akan mempe-roleh pahala untuk jasa ini" kata Keng su kongcu lagi sambil tertawa..
"Aaah, mana, mana, dalam keberhasi!an ini, Su kongcupun mempunyai andil yang sangat besar"
Kemudian sorot matanya di alihkan kewajah Cu Siau hong dan sambungnya kembali. "Suruh mereka meletakkan senjata!".
"Baik!" jawab Cu Siau-hong, "kalian kemarilah, serahkan senjata-senjata tajam tersebut"
Mendengar ucapan mana, Sin Jut, Kui Meh, Seng Hong dan Hoa Wan segera mengiakan dan pelan-pelan berjalan mendekat.
Sementara itu, puluhan buah tabung sen-jata yang berada dibalikjendela meski masih ditodongkan ke arah Cu Siau-hong sekalian, tapi pertama karena Cu Siau-hong sekalian berada bersama Phu Hong, Keng-su kongcu sekalian, kedua, Phu Hong telah berhasil merebut posisi yang menguntungkan, tentu saja mereka tak perlu meningkatkan kewaspadaannya lagi
Sementara itu, Sin Jut dan Kul Meh se-kalian dengan kepala tunduk dan badan lemas telah berjalan mendekat.
Phu Hong sendiri meskipun telah berha-sil merebut posisi yang sangat menguntung-kan dimana urat nadi pada pergelangan ta-ngan kanan Cu Siau-hong telah kena dicengkeram, namun kewaspadaannya masih tetap ditingkatkan, dengan sorot mata yang tajam bagaikam kilat, dia mengawasi ke empat orang itu tanpa berkedip..
"Kalian hendak kemana" tiba-tiba Keng su kongcu menegur dengan suara dingin.
"Kami hendak menyerahkan senjata tajam ini kepada Cengcu!" jawab Ong Peng cepat. "'Cu Siau-hong maksudmu?"
'Benar!"
"Letakkan saja dilantai sana, mengapa kalian musti repot-repot memyerahkan kepadanya!" "Aaai...! Kami sama sekali tak menyangka kalau Cengcu adalah seorang manusia yang begitu takut menghadapi kematian""Oooh?"
"Oleh karena itu kami hendak serahkan senjara tajam ini kepadanya dan akan meninggalkannya pergi, selama hidup tak akan sudi menjadi pengawalnya lagi'.
Mendengar ucapan tersebut, Phu Hong tertawa dingin.

"Heehhh. . . heeehhh. . . heehhh. . . sudah puluhan tahun lamanya lohu berada didalam dunia persilatan,
kerjaku setiap saat adalah menangkap burung belibis, kau anggap mataku bisa dipatuk dengan mudah oleh
burung belibis itu? Lebih baik tak u-sah bermain setan lagi dihadapanku, bila kalian tidak segera letakkan senjata, sekarangjuga lohu akan mematahkan tanganCu Siau-hong"
Sementara pembicaraan berlangsung, Ong Peng sekalian masih melanjutkan perjalan-annya selangkah demi selangkah mendekati ke arah depan.
Tiba-tiba Cu Siau-hong menghela napas panjang, kemudian katanya dengan sedih: "Jika kalian bersikap keras hendak pergi, terserah keinginan kalian itu, letakanlah senjata dan pergilah!"
'Kami amat kecewa terhadap kemampuan cengcu " Seraya berkata pelan-pelan dia meletak-kan
sepasang golok pendeknya itu ke atas tanah.
Tan Heng, Seng Hong dan Hoa Wan tu-rut membukukkan pula badannya.
Disaat senjata beberapa orang itu ham-pir diletakkan di atas tanah inilah mendadak mereka menjatuhkan diri menggelinding ke atas tanah, secepat kilat menggelinding se-jauh dua kaki lebih.
Dengan menggelinding ke samping, maka terhindarlah mereka dari ancaman senjata rahasia yang muncul dari balikjendela.
Sementara itu, pada saat yang bersamaan Cu Siau hong membalikkan pula tangan kanannya dan balas mencengkeram perge-langan tangan Phu Hong, lalu diseretnya kakek itu sejauh tujuh delapan depa lebih dari tempat semula.
Bukan hanya menyeretnya tujuh delapan depa saja, bahkan melintangkan tubuh Phu Hong didepannya sebagai tameng.
Saat itu, Cu Siau hong sudah terhindar sama sekali dari ancaman senjata rahasia yang muncul dari balik jendela, meski sebenarnya masih ada sedikit celah, namun dengan direntangkannya tubuh Phu Hong sebagai tameng, otomatis dia menjadi terhindar sama sekali dari ancaman.
PERU BAHAN itu terjadi amat menda-dak, Phu Hong segera membelalakkan matanya lebar-lebar, diawasinya wajah Cu -Siau-hong dengan pandangan tercengang kemudian katanya:
"Kenapa kau. . kau bisa. . "
"Aku mampu membunuh Keng-ji kongcu, tentu saja aku adalah seorang manusia yang sukar untuk dihadapi."
"Tapi aku toh sudah berhasil menceng-keram urat nadimu."

"Kau licik sekali"
"Sayang aku telah berhasil mempelajari ilmu merubah letakjalan darah, sewaktu pergelangan tanganku
kubiarkan kau mencekalnya tadi, letakjalan darahnya telah kugeser posisinya.
"Apakah kau tidak merasa bahwa dirimu pun lebih licik? Buktinya kalian telah me-mancing kami untuk mendatangi tempat se-perti ini"
Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba sa-ja dia teringat kembali dengan Koay-siang (si dewa pincang) Ui Thong, ilmu menggeserjalan darah ini merupakan kepandaian wa-risannya.
Mendadak saja dia merasakan kesedihan yang dalam, kakek ini pandai sekali dalam ilmu perbintangan dan ilmu jebakan yang lihay, tapi dia sendiri justru hidup didalam kesengsaraan, dia selalu berusaha menghirdarkan diri dari takdir, namun hal mana justru membuatnya menjadi amat sengsara.
Sebenarnya dia dapat hidup senang sela-ma puluhan tahun, tapi oleh karena yang diketahui olehnya keliwat banyak, maka dia harus hidup sengsara selama puluhan tahun lamanya.
Aliran ilmu silatnya seperti juga dengan watak orang ini, semuanya menyimpang dari kebiasaan, alirannya termasuk misteri-us dan rahasia, sesungguhnya Cu Siau-hong telah belajar banyak sekali darinya.
Semua kepandaian tersebut bukan bisa di kuasai dalam sekejap dan bukan setiap o-rang dapat mem pelaja rinya.
Tapi Ui Thong mampu, selama hidup dia sengaja berjalan menyimpang dari kenyata-an, bukan saja ia memahami tentang takdir, lagi pula diapun mempunyai pengertian yang mendalam sekali tentang organ tubuh manusia, oleh karena itu kepandaian silatnyapun dengan cepat memperoleh kemajuan yang amat pesat.
Dalam pada itu, Phu Hong telah berkata lagi dengan suara sedingin es:
"Cu Siau-hong, asal kuturunkan perintah, mereka tak akan memperdulikan mati hidup mu dengan menembakkan senjata-senjata ra-hasia terkeji untuk menghabisi nyawamu"
"Phu Hong, sekalipun mereka membidik-kan senjata rahasianya, namun belum tentu senjata-senjata rahasia itu mampu untuk membidik diriku"
'Aku akan beradu jiwa denganmu" "Suruh saja mereka untuk mencobanya!"
Dalam pada itu kedua orang Kiam-tong, Sin Jut dan Kui Meh telah mengundurkan diri lagi sejauh lima enam depa dari tempat semula.
Sekarang merekapun sudah lolos dari lingkaran bahaya maut dan mengundurkan diri keluar dinding pekarangan, tapi demi Cu -Siau-hong, mereka masih tetap berdiri tegak disana.
Keng-su kongcu yang selama ini jarang sekali berbicara, tiba-tiba buka suara, katanya dengan dingin:
"Phu Hong, kau kelewat gegabah, kau mengaku diriku sebagai seorang bocah ingusan yang baru muncul dalam dunia persilatan"

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang