Pena 33

3.5K 49 1
                                    

"Aku si pengemis tua pernah mendengar orang berkata, "konon totokan pada urat nadi Sam im ciat meh merupakan suatu ilmu totokan jalan darah yang paling susah dipelajari, cara untuk membebaskannya juga merupakan suatu cara yang paling sukar. Kau musti lebih berhati-hati lagi dalam tindakanmu nanti.!"

"Tecu ..... tecu.... tecu mengerti."
'Nah, Siau hong, turun tanganlah" seru Pek Hong kemudian.
Cu Siau Hong mengiakan, mendadak secepat sambaran kilat dia melancarkan sembilan buah totokan berantai.
Rupanya didalam mempergunakan ke sembilan buah totokan tersebut, dia telah menyalurkan segenap kekuatan yang dimilikinya sehingga paras muka si anak muda itu seketika berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sedangkan orangnya juga berubah menjadi agak bodoh, dengan membelalakkan matanya lebar-lebar dia mengawasi wajah Tiong It ki tanpa berkedip...
Dalam kenyataan, bukan cuma Cu Siau hong seorang yang berbuat demikian, melainkan hampir segenap orang yang hadir di sana telah mengalihkan semua perhatian mereka ke atas wajah Tiong It ki.
Suasana disekeliiing tempat itu berubah menjadi hening, sedemikian heningnya sampai jatuhnya jarumpun dapat terdengar.
Lik Hoo, Ui Bwee. Ang Bo tan dibuat tertegun juga oleh suasana serius yang mencekam di seluruh arena. Hanya manusia yang berhati jujur saja yang akan tersentuh perasaannya oleh suasana seperti itu.
Keadaan yang hening tapi tegang itu berlangsung hampir seperempat jam lamanya, tiba-tiba Tiong It ki menggerakkan sepasang lengannya lalu bangkit dan duduk.
Cu Siau hong segera memejamkan matanya rapat-rapat, dua baris air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya, dia berseru:
"Oooh... sunio!"
Dengan cepat pemuda itu menjatuhkan diri berlutut dihadapan Pek Hong.
Pek Hong sendiripun sangat terharu, de-ngan cepat dia membangunkan Cu Siau hong sambil berseru:
"Anakku, aku telah merepotkan kau!"
Tecu merasa amat tegang, amat takut sekali, bila aku salah, aku akan mengiringi sute untuk mati bersama".
'Siau bong, tenangkan hatimu, mati atau hidup adalah nyawanya, nak. kali ini kau telah berhasil"
Sementara itu, Tiong It ki sudah bangkit berdiri,pelan-pelan dia berpaling memandang sekeliling tempat itu sekejap, kemudian serunya dengan keras:
"Ooooh. . . . . ibu!"
Dengan cepat ia menubruk kedalam rangkulan Pek Hong, air matanya jatuh bercucuran bagaikan hujan deras.
Terlalu banyak penderitaan yang telah dialaminya, banyak siksaan yang telah dijalaninya, seorang bocah yang baru berusia belasan tahun memang tak akan sanggup untuk menahan penderitaan semacam ini, kendatipun dia tangguh dan cukup tahan uji.
Pek Hong menghembuskan napas panjang, ujarnya:
'Nak, menangislah! Menangislah sepuas hatimu, menangis terus sampai semua ganjalan dalam hatimu terlampiaskan keluar semua!' .. .
Mendengar perkataan itu Tiong It ki malah rikuh untuk menangis lebih lanjut, cepat dia membesut air matanya sambil ber-kata:
"Ibu, Apakah aku masih hidup dengan segar bugar?"
"Yaa, kau masih hilup segar bugar."
Cepat berterima kasih kepada Jit Suhengmu, demi kau, dia telah mempertaruhkan selembar jiwanya"
'Ooooh ...."
Tiong It ki segera berpaling dan menja-tuhkan diri berlutut dihadapan Cu Siau hong.
Buru-buru Cu Siau hong berlutut pula, seraya berkata:
'It ki, kita adalah sesama saudara aku tak berani menerima penghormatanmu itu '
"Sudahlah nak, kalian bangun semua,' Pek Bwe lantas menimbrung.
Cu Siau hong segera bangkit berdiri, kepada Pek Hong baru ujarnya:
"Sunio, yang sudah menyelamatkan jiwa It ki sute dari ancaman bahaya adalah ketiga orang nona itu, untuk hal tersebut dia-tas dengan memberanikan diri tecu telah meluluskan permintaan mereka untuk melin-dungi keselamatan jiwanya"
"Sudah sepantasnya kalau berbuat demikian"
'Tecu telah melapor kepada ciangbun suheng dan memohon agar mereka bisa di-terima"
Pek Hong tidak segera menjawab, dia berpaling dan memandang sekejap ke-arah Lik Hoo sekalian lalu tanyanya:
"Apakah kalian hendak masuk kedalam perguruan Bu khek bun?"
"Tidak!" jawab Lik Hoo.
"Kalian telah menyelamatkan satu-satuntya darah daging dari keluarga Tiong, berdiri pada pribadiku sendiri aku bersedia untuk meluluskan syarat apa saja yang hendak kalian ajukan, nah katakanlah!"
"Kami hanya memohon kepada cianpwe agar bersedia meluluskan keinginan kami untuk mendampingi terus Cu kongcu "
"Kalian bertiga?" sela Pek Hong sambil tertegun.
"Benar!"
Pek Hong menjadi tertegun beberapa saat lamanya, untuk sesaat dia tak mampu ber-kata-kata.
Dengan kening berkerut Pek Bwe lantas berkata.
"Sebenarnya kalian adalah apanya Cu-Siau hong?"
Nama kami bertiga didalam dunia persilatan kurang baik maka kamipun tidak berani memohon apa-apa, asal Cu kongcu bersedia selalu membawa kami disisinya, itu sudah lebih dari cukup"
"Hei, sebenarnya apa yang telah terjadi' seru Pek Bwe.
"Kalian bertiga telah memohon ingin menjadi apanya?" sambung Pek Hong pula.
Apapun boleh, pokoknya apapun yang dikehendaki oleh Cu kongcu akan kami laksanakan tanpa membantah"
Pek Hong lantas mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu Siau- hong, setelah itu katanya:
"Siau Hong, kau bermaksud suruh mereka melakukan apa?"
"Waktu itu tecu hanya bertujuan untuk menolong jiwa It ki sute, persoalan yang lain belum sempat kupikirkan"
Jawaban itu sangat diplomatis, seketika itu juga Pek Hong terbungkam dalam seribu bahasa..
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, lalu berkata lagi:

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang