Pena 23

2.4K 43 0
                                        

Selama adegan tersebut berlangsung, nona berbaju hijau itu tetap duduk di tempat tak berkutik, sedangkan Gin-kiok sambil memandang bayangan kedua orang itu menuruni loteng, jengeknya sambil tertawa dingin :

"Hmm! Benar-benar tak tahu diri."

Dalam pada itu Cu Siau-hong pelan-pelan meneguk habis arak di hadapannya, lalu berpikir :

"Kepandaian budak ini dalam melepaskan racun agaknya sudah mencapai puncak kesempurnaan, kalau sampai ia menaruh curiga kepadaku, bisa jadi banyak kesulitan yang bakal kuhadapi, lebih baik cepat-cepat meninggalkan tempat ini."

Berpikir demikian, pelan-pelan dia bangkit berdiri dan turun dari loteng itu.

"Berhenti!" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan.

Cu Siau-hong merasakan jantungnya berdetak keras tapi ia sama sekali tidak menghentikan langkahnya.

"Hey, dengar tidak? Aku suruh kau berhenti," bentakan tadi kembali berkumandang.

Sekarang Cu Siau-hong baru benar-benar berhenti, seraya membalikkan badan ia bertanya :

"Apakah nona sedang memanggil aku?"

"Yaa betul kau!" jawab Gin-kiok ketus.

"Entah ada urusan apa nona memanggil diriku?"

"Kemari!"

Cu Siau-hong rada tertegun, kemudian pelan-pelan menghampirinya, setelah menjura ia berkata,

"Entah ada urusan apa nona memanggil aku?"

Setelah menyaksikan keadaan Be Kui yang keracunan hebat, timbul kewaspadaan di hatinya, hawa murni pun diam-diam disalurkan keluar untuk berjaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan.

Gin-kiok tertawa, tanyanya :

"Apakah kedua orang tadi adalah sahabatmu?"

Cu Siau-hong menggeleng,

"Bukan, aku tidak kenal dengan mereka."

"Oooh......... kiranya kau tidak kenal dengan mereka?"

Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Yaa, benar-benar tidak kenal, maaf aku harus pergi dari sini."

"Tunggu sebentar, siapa namamu?"

Cu Siau-hong segera berpikir kembali :

"Agaknya mereka memang ada maksud untuk mencari gara-gara denganku...."

Berpikir demikian, rasa waswasnya tanpa terasa kian dipersingkat.

Tapi di luaran, ia masih berkata dengan suara lembut :

"Cayhe bernama Lim Giok!"

Gin-kiok kembali tertawa, katanya :

"Aku lihat kau ramah sekali, silakan duduk dan minum dulu arak barang secawan!"

"Aku tak berani mengganggu ketenangan nona, aku hendak mohon diri lebih dahulu."

Be Kui yang tiba-tiba keracunan, bukan saja membuat Cu Siau-hong merasa amat terkejut, bahkan semua tamu yang berada di rumah makan itu pun ikut dibuat ketakutan, sebagian besar di antara mereka telah melarikan diri meninggalkan tempat itu.

Kiranya tamu yang semula memenuhi seluruh ruang loteng kini hanya tinggal Cu Siau-hong, nona baju hijau, Gin-kiok, dan dua orang pelayan belaka.

Ruangan rumah makan yang begitu besar, kini cuma dihuni oleh lima orang belaka.

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang