Pena 9

2.7K 51 0
                                    

"Dalam soal apa.....?"

"Sebenarnya aku datang untuk menanyakan soal lebah tersebut, lebah itu penting sekali artinya, bila kalian tak bisa membayar ganti rugi, aku kuatir bisa........ bisa.........."

"Bisa apa?" tukas Tang Cuan sambil maju.

Tampaknya gadis berbaju hijau itu tak mampu bersikap galak terhadap Cu Siau-hong, apalagi pemuda itu memang tampan, halus, dan terpelajar, kata-katanya halus dan penuh kesopanan, hal mana sungguh sulit baginya untuk mengumbar hawa amarah.

Berbeda dengan Tang Cuan yang serius dan kata-katanya tegas dan kasar, begitu ia membentak, gadis itu segera merasa bahwa kesempatannya untuk mengumbar amarah telah tiba. Katanya kemudian dengan dingin :

"Kalian harus menggantinya, jika tak mampu, maka akan kami bunuh orang yang telah membunuh lebah-lebah kami itu!"

"Tapi Suhu kami yang membunuh lebah-lebah tersebut, padahal Suhu kami telah mati sekarang."

"Kau toh belum mati? Hari itu kau hadir pula di sana, maka jika lebah itu tidak diganti, akan kutangkap kau untuk mempertanggungjawabkan diri....."

Tang Cuan segera mengerutkan dahinya ingin mengumbar amarah, tapi ketika sampai di bibir, kata-kata tersebut segera ditelan kembali.

"Lebah apaan yang sedang kalian ributkan?" tiba-tiba Pek Bwe muncul sambil menegur, "sesungguhnya apa yang telah terjadi?"

"Suatu hari, Suhu membawa kami pergi ke belakang bukit untuk belajar melepaskan senjata rahasia, waktu itu kami pergunakan lebah sebagai sasaran, siapa tahu ternyata lebah itu adalah lebah-lebah peliharaan orang......" kata Tang Cuan.

"Oh, ada peristiwa semacam ini?" seru Pek Bwe.

Tang Cuan manggut-manggut, maka secara ringkas ia menceritakan kembali kejadian tersebut.

Ketika selesai mendengar cerita itu, Pek Bwe menghembuskan napas panjang, lalu ujarnya :

"Siau-hong coba temui nona cilik itu dan ajaklah berbicara, tanya dulu maksud kedatangannya!"

Cu Siau-hong mengiakan, ia lantas maju ke depan dan memberi hormat, kemudian ujarnya :

"Nona, Suhu kami baru saja tewas dibunuh orang, suasana kesedihan masih menyelimuti hati kami semua, apakah Nona bersedia menerangkan maksud kedatanganmu hari ini?"

"Aku kuatir kalian lupa dengan persoalan ini sehingga berakibat yang fatal, maka sengaja ku datang kemari untuk mengingatkan kalian kembali, sungguh tak disangka kalian baru saja ketimpa musibah, aku masih mengira Koay-pepek membohongi aku, ternyata dugaannya memang tepat."

"Apa yang ia tebak?"

"Ia bilang kalian sedang ketimpa musibah di tempat ini."

"Oooh....... dari mana ia bisa tahu?"

"Tentang soal itu aku kurang begitu jelas, ia tinggal di luar hutan sebelah sana, sehingga tiap orang yang melewati hutan tersebut pasti akan terlihat olehnya."

Sementara itu Pek Bwe telah berjalan menghampiri gadis itu.

Sedang Seng Tiong-gak dan Pek Hong meski tidak bergerak, namun mereka ikut mendengarkan pembicaraan itu dengan seksama.

Cu Siau-hong merasakan hatinya bergolak keras setelah mendengar perkataan itu, tapi ia berusaha mengendalikan hatinya, pelan-pelan katanya lagi :

"Nona, empek Koay tersebut adalah manusia seperti apa?"

Betul si nona berbaju hijau itu tidak berpengalaman, ternyata otaknya amat cerdas, sambil tertawa dia lantas menegur :

"Kalian curiga kepadanya?"

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang