Pena 3

3.4K 57 0
                                        

Tiong Ling-kang tertegun.

"Siau-hong apa maksudmu......"

"Tecu hanya mempunyai suatu firasat, sulit untuk mengutarakannya keluar."

Dengan tajam Tiong Ling-kang mengawasi wajah Cu Siau-hong sekejap, ia tidak bertanya lebih jauh tapi berpaling ke arah Tang Cuan sambil serunya,

"Tang Cuan, setelah tamat belajar nanti, sebagai murid tertua kaulah yang akan memikul tanggung jawab berat atas kejayaan Bu-khek-bun, ketahuilah di manapun kehadiranmu sama ibaratnya dengan kehadiranku sendiri."

Tang Cuan segera bertekuk lutut dan memberi hormat, sahutnya :

"Tecu tahu tugasku berat, sayang kecerdasanku terbatas harap Suhu bersedia banyak memberi petunjuk."

"Bangunlah!"

Tang Cuan segera bangun dan berdiri di samping dengan hormat.

"Setelah tamat belajar nanti, kuberi kekuasaan kepadamu untuk menjalankan peraturan perguruan, awasi terus gerak-gerik lo-ji dan lo-kiu selama tiga tahun, jika menemukan tindak-tanduk mereka tidak benar atau pikiran mereka menyeleweng dari rel kebenaran, wakililah aku untuk minta kembali kepandaian mereka."

"Tecu terima perintah!"

Tiong Ling-kang memandang sekejap wajah Tiong tiki dan Cu Siau-hong, kemudian menambahkan :

"Dan kalian harus membantu Toa-suhengmu!"

Cu Siau-hong dan Tiong It-ki segera mengiakan,

"Baik, sekarang perhatikan baik-baik ilmu Hwe-sian-jiu-hoat ini!" kata Tiong Ling-kang.

Kali ini ia tidak melepaskan senjata rahasianya secara sungguhkan, tapi melakukan semua gerakan dengan pelan sambil menurunkan rahasia serta keterangan yang diperlukan.

Tang Cuan bertiga sudah pernah menyaksikan kehebatan dari ilmu senjata rahasia tersebut, maka semua orang memusatkan perhatiannya untuk mendegarkan dengan seksama.

Tiong Ling-kang membutuhkan waktu selama satu jam lebih untuk menjelaskan rahasia itu, kemudian sambil tertawa baru manggut-manggut dan mengajak ketiga orang muridnya kembal ke perkampungan.

Di tengah jalan, Tang Cuan masih teringat selalu dengan perkataan dari nona berbaju hijau itu, segera bisiknya :

"Suhu, benarkah kita akan mencari kumbang-kumbang itu untuk dikembalikan pada mereka?"

"Sekarang kalian sedang hebat-hebatnya berlatih ilmu silat, persoalan tersebut tak perlu kalian kuatirkan, aku dapat menyelesaikan sendiri."

Tang Cuan mengiakan dan tidak berbicara lagi.

Sekembalinya ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng, sang surya telah jauh condong ke barat.

Buru-buru Cu Siau-hong menuju ke istal kuda, tapi di sana tak dijumpai seorang manusia pun, Lo-liok si penjaga istal telah pergi entah ke mana.

Sementara ia sedang terkejut bercampur keheranan, dilihatnya pengurus rumah tangga keluarga Tiong sedang berjalan mendekat.

Dia adalah pelayan tua sejak jaman Bu-khek-buncu generasi yang lalu, tahun ini telah berusia enam puluh lebih, tapi tubuhnya masih sehat dan suaranya masih keras dan lantas.

Ketika dilihatnya Cu Siau-hong, ia segera menghampiri sambil menegur dengan lantang.

"Siau-hong, mau apa kau datang kemari?"

"Congkoan, kau jumpa empek Liok yang menjaga istal kuda?"

Ong-congkoan menghela napas panjang.

"Aaaai..... begitu baik orang itu, siapa tahu kalau secara tiba-tiba terserang penyakit parah dan tak bisa melewati satu siangan!"

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang