Pena 4

3.1K 50 0
                                    

Coba kalau Seng Tiong-gak tidak berpesan lebih dulu secara serius, mungkin mereka berdua telah melompat turun dari pohon dan memberi hormat.

Pelan-pelan Tang Cuan berpaling dan memandang Seng Tiong-gak sekejap, Seng Tiong-gak gelengkan kepalanya pelan-pelan, tandanya agar Tang Cuan berdua jangan berisik.

Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Cu Siau-hong, pikirnya :

"Penampilan mimik wajah Seng-susiok menunjukkan bahwa persoalan ini amat serius dan sudah mencapai keadaan yang gawat."

Tapi ia tak pernah menyangka kalau orang itu tak lain adalah ibu gurunya yang selama ini amat dihormati dan disayangi........ istri Tiong Ling-kang, ciangbunjin dari Bu-khek-bun yang lebih dikenal sebagai Pek Hong.

Tak heran kalau Seng Tiong-gak tak berani sembarangan berbicara, melainkan mengajak kedua orang itu untuk membuktikan bersama.

Setibanya di bawah pohon waru, tiba-tiba Pek Hong membuat obor dan menggoyangkannya beberapa kali di tengah udara.

Tang Cuan tertegun, pikirnya :

"Sudah jelas itulah suatu tanda rahasia masakah Subo juga hendak mengadakan hubungan dengan orang luar?"

Seketika itu juga pelbagai kecurigaan berkecamuk di dalam benaknya.

Setelah memberi kode api, Pek Hong pun berdiri di bawah pohon waru dan tidak bergerak lagi.

Suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suara pun, ini semua menambah seramnya suasana.

Dengan kepandaian silat yang dimiliki Pek Hong sekarang, seandainya Seng Tiong-gak memperdengarkan sedikit suara nafas saja, Pek Hong pasti akan menemukan jejak mereka.

Untung Seng Tiong-gak telah berpesan kepada dua orang keponakan muridnya agar menahan nafas.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, dari kejauhan muncul kembali sesosok bayangan manusia, sungguh cepat gerakan tubuh orang itu.

Ia mengenakan baju berwarna hitam, berkain cadar hitam di wajahnya hingga tak dapat melihat raut wajahnya.

"Kalian sudah mengambil keputusan?" Pek Hong segera menegur.

"Terserah kehendak Hujin!" jawab orang itu.

Pek Hong segera menghela nafas panjang,

"Aaai... Baiklah! Akan kutemui dia lagi."

"Aku akan membawa jalan!" sambil berkata orang berbaju hitam itu putar badan berangkat lebih duluan.

Tang Cuan tak sabar mengendalikan diri, hampir saja ia hendak melompat turun dari tempat persembunyiannya untuk menghadang jalan pergi manusia berbaju hitam itu, untung niatnya itu dapat dicegah oleh Seng Tiong-gak.

Cepat nian gerakan tubuh kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka sudah lenyap dibalik kegelapan.

Tang Cuan menghembuskan nafas panjang, katanya :

"Susiok, kita harus cepat-cepat menyusul mereka berdua!"

Seng Tiong-gak tertawa getir.

Malam ini adalah malam kedua kutemui perbuatannya itu, sebelumnya sudah berapa kali pertemuan semacam itu diadakan, aku sendiri pun tidak begitu mengerti.

"Susiok," kata Cu Siau-hong, "dengan tenaga dalam Suhu yang sempurna, seharusnya gerak-gerik Subo tak akan mengelabui ketajaman pendengarannya............"

"Siau-hong, apakah kau tidak tahu kalau Suhumu tiap malam masih harus duduk bersemedi?"

"Duduk bersemedi setiap malam?"

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang