Pena 57

2.2K 33 0
                                    

"Baiklah, Cu lote, harap kau sudi mengungkapkan latar belakangnya kepada kami semua" pinta Oh Hong cun lagi.
"OH tua, harap kau sudi memaafkan, aku tak dapat mengungkapkan rahasia tersebut kepada kalian"
"Mengapa demikian?"
"Saudara Cu" seru Tham Ki wan pula dengan suara dingin,"Dalam keadaan dan situasi seperti ini, kami sudah menjadi orang dalam satu aliran, mengapa kita belum boleh mengetahui?"
"Aku telah bersedia untuk merahasiakan hal ini selama tiga hari, tiga hari kemudian, bukan saja aku akan memberitahukan kepada orang yang lebih banyak lagi, akan kubeberkan hal tersebut kepada seluruh umat persilatan yang ada di dunia ini"
"Dengan kedudukan dan posisinya waktu itu tentunya dia tak akan mengajak saudara Cu untuk bertukar syarat bukan?" tanya Si Eng.
"Bukannya bertukar syarat, aku hanya lagi membuktikan akan satu persoalan"
"Membuktikan soal apa?"
"Membuktikan kedudukannya di dalam organisasi tersebut"
"Bagaimana caranya untuk membuktikan hal ini?"
"Apabila kedudukannya dalam organisasi rahasia tersebut sangat tinggi, maka dia tak akan memperoleh hukuman atau ganjalan disebabkan karena persoalan ini itu berarti apa yang dia beritahukan kepadaku tentu merupakan suatu kenyataan."
Oh Hong cun manggut-manggut tanda mengerti sehabis mendengar perkataan itu.
"Sebaliknya apabila kedudukannya kurang tinggi, sudah pasti dia akan menerima hukuman yang cukup berat karena peristiwa ini."
"Sekalipun dia memperoleh hukuman yang berat, bagaimana mungkin kita bisa mengetahuinya?" seru Oh Hong cun.
"Apabila mereka telah membunuh Yu Sam khi, sudah pasti mereka akan berusaha untuk memeperlihatkan jenasahnya kepada kami"
"Lote, sekarang apa yang harus kita lakukan?"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Musuh kita dewasa ini masih tetap menyembunyikan diri dibalik kegelapan, kembali mempertinggi kewaspadaan sendiri serta meningkatkan kesiap siagaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, aku rasa tiada cara lain yang bisa kita lakukan lagi."
"Kalau begitu, kita harus duduk saja sambil menantikan datangnya musuh?" seru Thian Pak liat.
"Yaa, seandainya mereka tidak menampilkan diri lagi, apa pula yang harus kita lakukan?" sambung Tham Ki wan.
"Soal ini mah tak usah kalian kuatirkan, berbicara menurut keadaan pada saat ini mereka sudah pasti akan berusaha untuk menghalang-halangi kita"
"Apakah organisasi rahasia ini benar-benar ada sangkut pautnya dengan Pena Wasiat?" seru Pek Bi taysu sambil berkerut kening.
"Taysu, kedudukanmu didalam dunia persilatan amat tinggi, terhadap masalah Pena Wasiat, seharusnya mempunyai..."
Pek bi taysu manggut-manggut katanya:
"Peristiwa ini terjadi pada lima tahun berselang hongtiang kuil kami telah mengumpulkan segenap anak murid perguruan kami untuk bersama-sama merundingkan persoalan ini, pada waktu itu didalam kuil kami terdapat seorang tianglo yang berotak amat cerdas dia mengemukakan kecurigaannya terhadap persoalan ini hanya saja dia tak bisa mengungkapkan sesuatu yang jelas tentang kecurigaannya itu."
"Aaah, masa ada kejadian seperti ini?" seru Oh Hong cun, "Agaknya tidak hanya jago persilatan yang mengetahui akan hal ini."
"Benar, perundingan tersebut hanyalah merupakan suatu perundingan antara sesama anggota partai saja, yang hadir pun merupakan murid-murid partai yang sudah mempunyai kedudukan tinggi, apa lagi Pena Wasiat sedang termashur dan jayanya dalam dunia persilatan ketika itu, tentu saja kami tak berani menyiarkan hal mana secara luas dalam dunia persilatan."
"Bagaimana selanjutnya? Apakah partai kalian tidak ambil perduli lagi atas peristiwa tersebut?"
"Kalau dibicarakan, sebenarnya hal ini merupakan suatu rahasia besar bagi dunia persilatan. Waktu itu, hasil rapat para tianglo partai kami memutuskan dua hal, pertama untuk membuktikan kebenaran dari Pena Wasiat, dan kedua, menemukan si pelaku Pena Wasiat tersebut. Waktu itu kami telah mengutus delapan orang anggota kami, empat pendeta empat preman untuk terjun kedalam dunia persilatan dengan menyaru muka."
Peristiwa ini merupakan suatu rahasia besar bagi dunia persilatan, hal mana membuat semua jago yang hadir di arena menjadi terbelalak dibuatnya,
"Taysu, bagaimana selanjutnya?" tanya Cu Siau hong, "Apakah kau telah berhasil menemukan Pena Wasiat?"
"Delapan orang dengan terbagi menjadi dua rombongan, satu rombongan mencari tahu siapa pelaku Pena Wasiat dan rombongan lain membuktikan kebenaran dari pekerjaan Pena Wasiat. Akhirnya mereka pun memberikan jawabannya."
"Bagaimana jawabannya?" tanya Oh Hong cun cepat.
"Hasil dari penyelidikan mereka menunjukkan kalau semua peristiwa tersebut merupakan kenyataan, dan membuktikan pula akan kehebatan dari Pena Wasiat, dan membuktikan juga akan kedudukannya dalam dunia persilatan, dia memang seorang yang pantas dihormati dan pantas untuk disegani.."
"Berapa lama yang dibutuhkan partai kalian untuk membuktikan persoalan-persoalan tersebut?"
"Membutuhkan waktu selama empat tahun, dua tahun berselang mereka baru kembali ke Siau lim si dan membeberkan hasil penyelidikannya, oleh sebab itu pihak Siau lim pay sudah sama sekali tidak menaruh kecurigaan apa-apa terhadap segala perbuatan dan sepak terjang dari Pena Wasiat dalam dunia persilatan."
"Bagaimana pula dengan rombongan yang menyelidiki si pelaku Pena Wasiat tersebut?"
"Keempat orang itu seperti batu kerikil yang tercebur ke tengah samudra luas, hingga kini sama sekali tidak ada khabar beritanya."
"Apakah mereka tidak mengadakan hubungan kontak dengan pihak partai?" tanya Cu Siau hong.
"Sebenarnya setiap tahun mereka pasti melakukan hubungan kontak satu kali dengan partai, kecuali tahun ini, mereka hanya mengadakan hubungan kontak satu kali, kemudian jejak mereka seakan-akan lenyap dengan begitu saja."
"Mungkinkah mereka telah berjumpa dengan suatu bahaya maut atau ancaman mara bahaya?" tanya Kian Hui seng.
"Aaaai..delapan puluh persen mungkin memang begitu, paling tidak keadaan mereka tidak memungkinkan untuk berhubungan dengan kami."
"Setelah membicarakan tentang soal ini, lohu pun jadi teringat pula akan suatu persoalan," sela Oh Hong cun tiba-tiba.
"Soal apa?"
"Tiga tahun berselang, ketika lohu sedang mencari obat di bukit Hong san, tanpa sengaja aku telah berjumpa dengan seseorang yang sudah mendekati ajalnya.."
"Apakah dia adalah anak murid Siau lim pay? Siapa namanya?" seru Pek bi taysu dengan gelisah.
"Dia tidak sempat mengucapkan namanya, waktu itu baginya sudah sukar untuk berbicara lagi, dia hanya sempat menulis dua huruf 'Siau lim' saja diatas tanah kemudian putus nyawa."
"Ooohhh..."
"Lohu dapat merasakan bahwa orang itu masih ingin menulis lebih jauh, tapi sayang tenaganya sudah tidak memadai lagi."
"Berapa besar usianya?"
Oh Hong cun termenung sambil berpikir sesaat, kemudian ia baru menjawab:
"Kurang lebih lima puluh tahunan"
"Apakah Oh tua tidak melakukan penyelidikan lebih jauh?" tanya Cu Siau hong.
"Aku piker, seandainya kugunakan hawa murniku untuk membantunya, lewat jalan darah Ma bun hiat ketika itu mungkin saja aku dapat membantunya untuk mengungkapkan sedikit rahasia yang lain, sayang sekali pada waktu itu lohu sudah menaruh sedikit kesalahan paham."
"Salah paham apa?" tanya Pek bi taysu.
"Waktu itu dia mengenakan pakaian berdandan seorang tukang kayu karena dia hanya menulis dua huruf 'Siau lim' saja, aku lantas salah menduganya sebagai orang yang terluka ditangan anggota Siau lim pay. Aku tahu, biasanya hanya orang jahat yang dibunuh orang-orang Siau lim pay, maka lohu lantas mengiranya sebagai orang jahat pula sehingga segan untuk mencari banyak perkara, aku tidak memperdulikan dia lagi dan segera berlalu dari situ."
"Ooohh..kalau begitu nasib Oh tua memang lagi mujur" seru Cu Siau hong tiba-tiba.
"Apa maksudmu?"
"Andaikata Oh tua turun tangan menolong, mungkin akan memperoleh sedikit rahasia, cuma karena begitu maka Oh tua pun jangan harap bisa meninggalkan bukit Hong san dalam keadaan selamat."
Hampir semua yang hadir dalam arena sekarang adalah jago-jagi kawakan dari dunia persilatan, sudah barang tentu setiap orang dapat mendengar maksud lain dari perkataan Cu Siau hong tersebut.
Oh Hong cun menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Lote, maksudmu mereka telah menempatkan orang untuk melakukan pengawasan secara diam-diam?"
"Sudah pasti demikian, tadi aku sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan mereka, kemungkinan juga orang itu kenal denganmu, karena kau tidak mendapatkan rahasia apa-apa yang akan dibawa keluar dari bukit Hong san maka dia pun melepas kau pergi."
Mendengar sampai disitu, Oh Hong cun lantas manggut-manggut, katanya dengan cepat:
"Masuk diakal juga perkataanmu itu, sebab sesudah kejadian ini, lohu selalu merasa ada orang yang secara diam-diam menguntit di belakangku, hingga sampai di kota Lu ciu, perasaan tersebut baru lenyap tak berbekas."
"Oh tua, sebetulnya apa yang kau alami bukan hanya semacam perasaan saja, melainkan suatu kenyataan yang sebenarnya, betul-betul ada orang yang sedang menguntitmu secara diam-diam" kata Cu Siau hong.
Sekali lagi Oh Hong cun manggut-manggut.
Cu Siau hong tahu apabila pembicaraan dilanjutkan lebih jauh, bisa jadi akan menempatkan Oh Hong cun dalam posisi yang merikuhkan dirinya, maka dia mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, katanya:
"Oh tua, masalah terpenting yang harus kita kerjakan sekarang adalah bagaimana caranya untuk menghimpun orang-orang tersebut menjadi suatu kekuatan yang maha besar yang bisa melakukan perlawanan dengan kekuatan mereka."
"Aku rasa masalah ini bukan suatu persoalan yang terlalu gampang" kata Thian Pak liat, "Entah sebagian besar dari orang-orang yang terhimpun dalam kelompok kita merupakan busu-busu dunia persilatan, apabila kemampuan mereka harus digunakan untuk melawan kekuatan dari organisasi rahasia tersebut, aku pikir tindakan ini tak lebih hanya menghantar mereka ke jurang kematian belaka."
"Thian heng, dari sekian banyak oarng yang hadir didini sekarang, berapa banyakkah yang bisa dipergunakan kemampuannya untuk terjun ke arena pertarungan?"
"Si Eng, Ho Hou poo, Tham Ki wan...kami telah perhitungkan didalamnya, dari empat kelompok manusia ini, apabila digabungkan menjadi satu, paling banter ada delapan Sembilan orang saja yang secara terpaksa masih bisa digunakan kekuatannya untuk terjun ke arena pertempuran."
"Hanya beberapa orang ini saja?"
"Sepintas lalu, jumlah kekuatan yang kita miliki cukup banyak, tapi bila benar-benar digunakan kekuatan, tidak banyak jumlah kekuatan yang bisa dipakai."
Setelah berpaling dan memandang sekejap kea rah Cu Siau hong, dia berkata lebih jauh:
"Orang-orang dari kelompok itu tentunya bisa turun tangan semua bukan?"
Cu Siau hong mengangguk.
"Yaa, kepandaian silat yang mereka miliki rata-rata amat tinggi, yang terpenting adalah mereka semua memiliki keberanian untuk mengorbankan diri, sekalipun berjumpa dengan orang yang memiliki ilmu silat sepuluh kali lebih hebat pun, mereka juga berani untuk turun tangan."
"Masih ada lagi kedua belas orang murid yang lolap bawa" sambung Pek bi taysu dengan cepat, "Kepandaian silat yang mereka miliki masih terhitung lumayan juga mereka dapat digunakan kekuatannya untuk terjun ke arena pertempuran."
"Dengan kekuatan dari belasan orang rekan, dua belas orang pendeta dari Siau lim pay ditambah lagi Kian toako, Oh tua, saudara Tham, saudara Ho, saudara Si, Pek bi taysu serta delapan Sembilan orang jago pilihan lainnya, aku rasa masih cukup untuk dipakai menghadapi situasi yang bagaimana pun gawatnya."
"Jangan lupa masih ada aku," sela Si Ih nio tiba-tiba.
"Betul!" seru CU Siau hong sambil tersenyum, "Harus ditambah dengan nona Si seorang"
"Kecuali kami beberapa orang, disini masih terdapat enam puluhan orang jago lagi, bagaimankah penyelesaian saudara Cu terhadap mereka semua..? tanya Thian Pak liat.
"Tentu saja kita tak bisa membiarkan mereka pergi meninggalkan kita, biarkan saja mereka menambah semangat tempat kita dari sisi arena.."
"Saudara Cu" seru Kian Hui seng mendadak, "Kalau toh mereka semua sampai hadir didalam kesulitan seperti ini, anggap saja nasib mereka lagi tidak mujur, asal bisa lolos dari musibah kali ini, paling tidak kita harus member sedikit hasil bermanfaat untuk mereka semua."
"Apakah toako berniat untuk menyempurnakan kepandaian mereka?" tanya Cu Siau hong sambil tertawa.
"Bagi mereka yang mempergunakan golok, akan kuwariskan tiga jurus serangan kepada mereka, ketiga jurus serangan itu sangat ganas dan buas tapi mudah dipelajari, jurus mana merupakan ciptaanku sendiri, dengan bekal ketiga jurus tersebut, paling tidak mereka bisa memiliki bekal melindungi keselamatan sendiri. Sedangkan bagi mereka yang menggunakan pedang, terpaksa harus merepotkan kepada saudara Cu agar mewariskan pula tiga jurus ilmu pedang kepada mereka."
"Baiklah!" kata Cu Siau hong kemudian, "Siaute pasti akan berusaha dengan segala kemampuan."
"Lolap bersedia pula mewariskan jurus ilmu pukulan" seru Pek bi taysu cepat, "Ilmu pukulan itu merupakan inti sari ilmu Kim kong kun kuil Siau lim si kami, biasanya selain murid Siau lim pay, orang lain dilarang untuk mempelajarinya, tapi hari ini lolap akan melanggar kebiasaan tersebut..."
"bagus sekali, tindakan semacam ini sudah pasti akan meningkatkan semangat juang setiap orang" seru Oh Hong cun.
"Lolap rasa, apabila hendak bertindak maka kita harus bertindak secepatnya"
"Oh tua, masih ada satu hal lagi yang perlu kita siapkan" seru Thian Pak liat.
"Soal apa?"
"Persediaan rangsum, kita semua toh tak bisa kekurangan rangsum tiap harinya, padahal musuh berhati keji dan berbahaya sekali, mereka bisa meracuni air dalam selokan, mengapa tidak bisa meracuni rangsum yang ada di sekitar sini?"
"Benar!" kata Cu Siau hong sambil mengangguk, "Masalah ini memang merupakan suatu masalah yang sangat merepotkan."
"Siaute berhasil mendapatkan sebuah akal bagus, hanya tidak kuketahui apakah cara ini bisa dipergunakan atau tidak?"
"Baik, coba katakanlah" ujar Oh Hong cun.
"Menurut pendapatku, lebih baik kita mengirim orang untuk berburu babi hutan, kelinci atau kijang, kemudian mengasapi daging binatang itu menjadi daging kering dan kita jadikan rangsum sebagai persiapan di hari-hari mendatang."
Oh Hong cun segera tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu serunya kemudian:
"Haah..haah..haaah...suatu cara yang amat bagus, mari kita segera turun tangan"
"Caranya memang bagus, tapi kita harus mempunyai suatu rencana yang sempurna" kata Kian Hui seng.
"Betul!" sahut Cu Siau hong pula, "Mungkin mereka bisa melakukan pembunuhan-pembunuhan disaat kita sedang berburu babi hutan nanti..."
"Yaa benar!" kata Thian Pak liat pula, "Dalam hal ini akupun sudah pernah memikirkannya, oleh sebab itu di dalam melakukan perburuan kali ini, kita membutuhkan suatu susunan yang amat sempurna..."
"Apa rencana saudara Thian tentang persoalan ini?"
"Menurut pendapatku, lebih baik kita membagi semua orang yang ada menjadi dua rombongan yang melakukan gerakan bersama-sama, sementara Pek bi taysu dengan para taysu dari kuil Siau lim si tetap berada disini sambil bertugas
Melakukan pengawasan terhadap keadaan di sekeliling sini. Tinggalkan pula sebagian besar manusia untuk mencari kayu api dan membuat api unggun, sedang saudara Cu dengan membawa serombongan manusia melakukan pemburuan binatang, semoga saja di dalam waktu yang relative singkat bisa mendapatkan cukup banyak babi hutan untuk mengisi perut"
"Rencana dari saudara Thian ini bagus sekali, mari kita segera melaksanakannya" seru Cu Siau hong.
Thian Pak liat segera membacakan daftar nama jago yang turut didalam perburuan ini.
Dibawah cahaya matahari, berangkatlah para jago untuk melakukan tugas masing-masing.
Ternyata rencana tersebut cukup sempurna, hasil perburuan pun amat menggembirakan, tak sampai setengah hari, mereka telah berhasil mendapatkan lima belas ekor babi hutan, empat puluh delapan ekor kelinci ditambah pula dengan ratusan ekor burung.
Diluar dugaan, sepanjang hari itu tak tampak seorang manusia pun yang melakukan serangan terhadap mereka.
Sementara itu Kian Hui seng, Cu Siau hong dan Pek bi taysu pun menggunakan waktu yang relative singkat itu untuk mewariskan ilmu golok, ilmu pedang dan ilmu pukulan kepada para jago.
Setelah tersedia rangsum yang cukup untuk mengisi perut mereka selama beberapa hari, semua jago merasakan semangatnya berkobar kembali.
Selama ini Si Ih nio masih berada bersama-sama Cu Siau hong, wajahnya selalu tampak murung dan sedih.
Dia seakan-akan sedang berusaha keras untuk mengendalikan perasaan sedih yang mencekam dalam hatinya, namun tak dapat menutupi rasa sedih yang terbias keluar diatas wajahnya.
Sebagai seorang gadis yang amat cantik, kerutan dahi serta wajah yang selalu murung itu menambah suasana iba bagi perempuan tersebut.
Selama ini, dia mengikuti terus kemana pun Cu Siau hong pergi, seakan-akan bila meninggalkan si anak muda itu maka tiada tempat untuk berteduh lagi baginya di dunia ini.
Kian Hui seng menghembuskan napas panjang, lalu bisiknya dengan suara lirih:
"Saudara Cu, kau sudah seharusnya bertanya kepada nona Si, bagaimana dia hendak membereskan maslah sendiri?"
Ucapan tersebut merupakan perhatian, juga merupakan peringatan, Cu Siau hong segera meningkatkan kewaspadaannya, sambil berpaling katanya tertawa:
"Nona Si, mari duduk kemari!"
Pelan-pelan dia berjalan menuju ke sebuah batu besar dibawah bukit sana.
Si Ih nio menurut dan mengikuti pula di belakangnya, kemudian dengan lembut duduk disamping Cu Siau hong.
"Nona, apakah kau sudah mempunyai sesuatu rencana?" tanya Cu Siau hong kemudian.
Si Ih nio segera menggeleng.
"Tidak ada, bagi seorang anak gadis yang sudah kehilangan kedua orang tuanya dan hidup sebatangkara, rencana apa pula yang bisa kupikirkan?"
Cu Siau hong tertawa.
"Nona, benarkah kakakmu keluar rumah bersama-sama nona?"
"Di saat ayah ditawan orang dan aku sedang merasa kebingungan pergi mencari ayah, begitulah kami pun lantas melakukan perjalanan bersama-sama."
"Tulen tidaknya kakakmu masa tak bisa nona bedakan secara pasti?" kembali Cu Siau hong bertanya.
"Si Han kerap kali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, dia jarang pulang, apalagi setelah berhasil memperoleh sedikit nama dalam dunia persilatan, meski kami sebagai kakak beradik, namu didalam kenyataan sedikit sekali kesempatan bagi kami untuk berkumpul."
Kemudian sesudah menghembuskan napas panjang, katanya lebih jauh:
"Ilmu menyaru muka yang dimiliki orang itu sungguh lihay, pada hakekatnya sulit bagiku untuk mengenalinya secara pasti, sebab seingatku, memang begitulah tampang mukanya."
"Nona, apakah suara serta dialeknya sama seperti suara kakak kandungmu?"
"Ya, mirip sekali, mirip sekali, aku benar-benar tak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu.."
Kembali dia menghembuskan napas panjang sebelum menyambung kembali kata-katanya.
"Yang menimbulkan kecurigaan dalam hatiku adalah perbuatannya di suatu malam hari itu dia minum sedikit arak lalu mulai menggerayangi sekujur badanku, meski setelah peristiwa tersebut aku jadi curiga, namun kecurigaanku itu segera lenyap oleh tipu muslihatnya"
Cu Siau hong tersenyum.
"Ooooohh...kasihan benar" serunya kemudian, " Kakak beradik yang bertemu ternyata tidak saling mengenal, hal ini kalau dibicarakan sungguh-sungguh membuat orang tidak percaya!"
"Cu Siau hong, apakah kau rada tidak percaya dengan perkataanku itu?"
"Nona, sesungguhnya kejadian ini memang sulit membuat orang untuk mempercayainya."
Pelan-pelan Si Ih nio bangkit berdiri kemudian katanya:
"Aku mengerti sekarang, rupanya kau kuatir aku pun merupakan orangnya, bukan begitu? Baiklah, kalau memang demikian aku akan mohon diri saja."
Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
"berhenti!" Cu Siau hong segera membentak.
Si Ih nio berhenti dan pelan-pelan membalikkan badannya, setelah itu ujarnya:
"Cu Siau hong, apakah kau baru merasa lega apabila menahanku disini..?"
"Nona Si, dapatkah mereka lepaskan dirimu dengan begitu saja?"
"Entahlah!"
Cu Siau hong turut bangkit berdiri.
"Kalau begitu biar kuantar dirimu sampai tengah jalan sana" serunya.
"Terima kasih banyak Cu kongcu"
Pelan-pelan dia melanjutkan perjalanannya menuju kedepan sana.
Dengan cepatnya mereka berdua sudah berada di tengah sebuah hutan yang lebat.
Oh Hong cun yang menyaksikan kejadian tersebut, segera berseru dengan cemas:
"Saudara Kian, bagaimana kalau kita menyusul kesana untuk menyambut kedatangannya?"
"Tak usah tergesa-gesa" cegah Kian Hui seng, "Orang yang dibawa olehnya sudah lewat, semoga saja dari 'budak' tersebut dapat memancing munculnya orang-orang mereka"
Kawanan jago yang dibentuk dalam keadaan bahaya tersebut, setelah melalui berbagai kesulitan dan hadangan, tiba-tiba saja mereka saja mereka berubah sangat kompak, kuat dan bersatu, kelompok manusia yang dahulunya ibarat sebaki pasir, kini telah bersatu padu dibawah pimpinan Oh Hong cun bagaikan segumpal semen.
Diantara sekian banyak jago yang berkumpul disitu, sebagian besar mereka adalah kawanan busu biasa, tapi sekarang mereka semua telah mempelajari beberap jurus ilmu silat yang sangat lihay, ada yang mempelajari ilmu pedang, ada yang mepelajari ilmu golok, ada pula yang mempelajari ilmu pukulan.
Kendati pun hanya terdiri dari beberapa jurus serangan saja, namun sudah cukup untuk menimbulkan keyakinan mereka terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi serangan musuh yang tangguh.
Sementara itu, Si Ih nio sudah melalui dua lapisan hutan yang lebar, mengangkat kepalanya sambil memandang matahari yang tenggelam di langit barat, ia tertawa dan berkata:
"Saudara Cu, mengantar kekasih seribu li, akhirnya toh akan berpisah juga, harap kau berhenti mengantar samapi disini saja!"
"Benarkah nona sama sekali tidak merasa takut?"
"takut, aku merasa takut sekali, namun tiada pilihan lain bagiku kecuali berbuat demikian"
Cu Siau hong tertawa hambar.
"Nona, walau pun lagakmu mirip sekali namun toh tetap ada titik kelemahannya juga."
"Saudara Cu, aku sudah hidup sebatang kara tanpa sanak tanpa keluarga, janganlah kau siksa diriku lagi!"
"Aku lihat nona memang berbakat untuk bermain sandiwara, jauh lebih pandai dari pada Yu Sam khi yang memerankan Si Han gadungan."
"Cu Siau hong" seru Si Ih nio gusar, "Bila kau enggan menerimaku ya sudahlah, buat apa mesti berlagak dengan ucapan-ucapan yang menyudutkan posisi orang itu? Buat apa kau mesti menyiksaku dengan cara semacam ini?"
"Nona, perlukah kuutarakan semua titik kelemahanmu yang telah kau perlihatkan?"
"Baik, katakanlah!"
"Pertama, perubahan sikapmu terlalu cepat, kau pandai sekali bertingkah mengikuti perubahan keadaan, lagipula serangan senjata rahasia yang dilepaskan Yu Sam khi itu juga bukan ditujukan kepada nona, seandainya serangan pedangku tidak berhasil merontokkan semua senjata rahasia yang dilepaskan olehnya, orang yang bakal terkena senjata rahasia juga bukan nona, melainkan aku."
Si Ih nio segera tertawa dingin.
"Caramu berbicara sungguh amat sukar membuat orang menjadi percaya"
"Baik, kalau begitu akan kuucapkan sebuah persoalan lagi, tahukah kau apa yang diucapkan Yu Sam khi sebelum dia pergi meninggalkan kami tempo hari?"
"Tentunya dia tak akan sekomplotan dengannya bukan?"
"Itu mah tidak, namun dia telah memberitahukan kepadaku, lebih baik jangan membiarkan kau pergi meninggalkan dirinya?"
"Mengapa?"
"Mengapa? Seharusnya nona jauh lebih paham daripada diriku"
"Dia mengaco belo saja!"
"Nona, aku tidak membongkar rahasiamu dihadapan orang banyak, tahukah kau mengapa aku berbuat begitu?" kata Cu Siau hong tiba-tiba dengan wajah serius.
"Aku tidak tahu"
"Karena bila kubongkar rahasia tersebut, maka kau tak akan bisa meninggalkan tempat ini lagi."
"ooh, kalau begitu kau masih menyayangi diriku ini?"
"Itu mah tidak, aku hanya merasa lebih baik melepaskan dirimu daripada membunuhmu."
"Kau pun tak bisa membuktikan dengan jelas bahwa aku bukan Si Ih nio bukan?"
"Nona, aku rasa hal ini sudah tak perlu dibuktikan lagi, mustahil kalau sesama saudara kandungnya bisa tidak saling mengenal satu sama lainnya, apalagi peristiwa diculiknya ayahmu kedengarannya terlalu sederhana, terlalu gampang, maka sulit untuk membuat orang lain jadi percaya.."
Si Ih nio segera tersenyum.
"Cu Siau hong, jadi kau sudah menaruh curiga sedari tadi?" tegurnya kemudian.
"Sewaktu kami mencurigai Si Han, pada saat yang bersamaan pun mencurigai dirimu, ketika Si Han ketahuan ekor rasenya, dia justru berusaha untuk menahan dirimu disini, nona, walaupun aku orang she Cu masih terhitung seorang anak muda terjun ke dunia persilatan, namun dalam hal ini aku sudah cukup berpengalaman."
"Oooh, rupanya begitu!"
"Nyali nona pun kelewat besar, tindak tandukmu terlalu berhati-hati, sudah cukup lama kami menahan diri tanpa membongkar rahasia nona, ternyata kau pun berperan semakin bersungguh-sungguh saja"
"Cu Siau hong, nampaknya kau adalah seekor rase kecil, buka anakan rase yang baru lahir."
"Nona terlalu memuji!"
"Entah kau benar-benar berhasil mengenali identitasku atau kau hanya kemudian menjebakku dengan akal cerdikmu, tapi aku memang pantas memuji dan mengagumi akan kecerdasan otakmu itu."
"Nona pun tak usah terlalu menyanjung diriku"
"Sekarang, kau sudah mengetahui dengan jelas tentang rahasiaku, apakah kau berniat untuk menahanku disini?"
"Ini mah tidak, Cuma..aku harap nona sudi membawakan pesanku "
"Pesan untuk siapa?"
"Bagi orangmu, orang yang bisa mengambil keputusan dalam persoalan ini!"
"Apa pesanmu?"
"Beritahu kepadanya bahwa ekor si rase kalau sudah ketahuan wujudnya, mereka pun tak akan bersandiwara terus menerus, kami sangat berharap bisa bertemu muka dengannya dan melakukan suatu pemyelesaian secara baik-baik"
Si Ih nio termenung sambil berpikir beberapa saat lamanya, kemudian dia mengangguk.
"Baiklah! Aku akan menyampaikan pesan itu, cuma ..Cu Siau hong, aku lihat tak ada gunanya."
"Mengapa?"
"Kau anggap aku dapat bertemu dengan majikanku yang sesungguhnya?"kata Si Ih nio.
"Apakah kau pun hanya seorang prajurit tanpa nama yang melaksanakan perintah belaka?"
"Memang kedudukanku rada tinggi, itulah sebabnya kami masih boleh mempertahankan raut wajah asliku."
"Aaah, benar-benar menakutkan sekali.."seru Cu Siau hong.
Setelah berhenti sejenak, katanya lagi:
"Yang membuat aku tidak habis mengerti adalah mengapa kalian begitu rela diperalat oleh mereka?"
"Sesungguhnya hal ini semua bukan dikarenakan ancaman atau tekanan, lebih tepat untuk dikatakan sebagai suatu teknik mengenadalikan manusia yang hebat."
"Kalau begitu terpaksa kami pun hanya bisa beradu untung saja, harap nona menyampaikan pula pesanku, katakana bahwa aku orang she Cu menantangnya untuk berduel"
"Kepada siapa?" tanya Si Ih nio sambil tersenyum.
Cu Siau hong menjadi tertegun.
"Tentang soal ini...tentang soal ini..."
Kembali Si Ih nio menghela napas panjang, katanya lagi.
"Saudara Cu, ada satu hal entah kau pahami atau tidak."
"Soal apa?"
"Walaupun kehebatanmu agak membuat orang lain membenci namun kau pun mendatangkan kenangan yang mendalam sekali terhadap kami kaum wanita, aku adalah salah seorang diantaranya."
"Soal itu mah tidak kurasakan cuma aku tahu nona adalah seorang yang pintar, aku percaya dalam hati kecilmu sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, hanya kau tidak berani untuk mengakuinya saja, bukan begitu?"
"Aku...aku masih belum sempat untuk membedakan mana yang benar mana yang salah akupun tidak seharusnya melakukan pembedaan tersebut, aku hanya tahu untuk melaksanakan pekerjaan yang pantas kulakukan."
"Nona, apa yang hendak kau lakukan?"
"Berulangkali kau telah menggagalkan operasi kami, kehebatanmu itu sudah menimbulkan rasa kuatir serta perhatian khusus dari toa sianseng.."
"Siapakah toa sianseng itu?" buru-buru Cu Siau hong menimbrung.
Si Ih nio menatap wajah Cu Siau hong dalam-dalam, kemudian mengangguk pelan.
"Saudara Cu, toa sianseng hanya sebuah sebutan, siapakah dia yang sebenarnya sama sekali tidak kuketahui."
"Nona, mungkin kau benar-benar tidak mengetahui siapakah toa sianseng itu, namun aku masih cukup mengerti dia pastilah pentolan yang berkedudukan paling tinggi didalam organisasimu"
"Kedudukan toa sianseng luas sekali"
"Aku mengerti toa sianseng adalah suatu tingkatan sedang sianseng juga merupakan suatu tingkatan dimana terhimpun mereka yang wajahnya tidak ikut dimusnahkan, mungkin kalian semua mempunyai kedudukan yang sederajat dalam organisasi itu bukan? Aaaa...berbicara tentang soal ini, mau tak mau aku harus mengagumi juga semua susunan yang diatur olehnya itu.."
"Apa yang kau kagumi?"
"Dia telah membuang sebutan sebagai Kaucu atau Buncu dan lain sebagainya dengan menggantikan sebutan sianseng untuk membedakan tingkat kedudukan sebutan tersebut mendatangkan perasaan sederhana bagi siapa pun yang mendengarnya, tapi mendatangkan pula suatu perasaan yang membuat orang seakan-akan melihat namun tidak menyaksikan apa-apa. Cuma saja, serahasianya seseorang asal dia masih saja melakukan kejahatannya terus menerus, suatu ketika rahasianya bakal terbongkar juga seperti si rase yang ketahuan ekornya dia tak bakal bisa menghindarkan diri dari suasana seperti ini."
"Aku sangat mengagumi dirimu, usiamu masih muda namun memiliki keberanian untuk menanggulangi masalah sebesar ini, bahkan dengan cepat berhasil meraih keberhasilan seperti ini, hal mana benar-benar merupakan suatu kejadian yang tidak gampang. Cuma Cu Siau hong, kau tak akan berhasil, tiada orang yang bisa mengungguli toa sianseng."
"Nona" kata Cu Siau hong dengan wajah serius, "Yang bakal bertarung soal kecerdikan maupun soal pengalaman masih belum pantas pun untuk melawan dia?"
"Kalau bukan kau, lantas siapa?"
"Seluruh umat persilatan yang memperhatikan keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan sejak seribu tahun berselang, semua orang persilatanlah yang mempertahankan serta melindungi kebebasan, keadilan dan kebenaran bagi dunianya."
Si Ih nio kembali mendengus dingin.
"Hmm, Cu Siau hong, kau anggap kami masih belum dapat menelusuri rahasiamu dengan jelas? Sesungguhnya yang menunjang dirimu selama ini adalah Kay pang dan Pay kau, selama ini toa sianseng sudah cukup bersabar dan mengalah kepadamu, sungguh tak nyana kalau mereka berani menampilkan dirimu untuk memusuhi kami, lihat saja nanti! Dalam tiga bulan mendatang, Pay kau dan Kay pang merasakan pembalasan yang setimpal atas perbuatan mereka itu."
"Seandainya di dunia ini masih berlaku hukum karma, maka yang seharusnya memperoleh pembalasan adalah Toa sianseng kalian itu."
"Aaai, bila paham berbeda memang sukar untuk menempuh perjalanan di satu garis yang sama, bila pembicaraan tidak cocok, sukar untuk dilanjutkan lebih jauh, kalau begitu biarlah siaumoay mohon diri lebih dahulu..."
"Nona, asal kau bersedia mengucapkan satu hal, kau boleh segera pergi dari sini!"
"Jangan kelewatan batas, Cu Siau hong, apakah kau benar-benar hendak memaksa aku untuk beradu jiwa denganmu?"
Cu Siau hong segera tertawa setelah mendengar perkataan itu.
"Sebelum berbicara, lebih baik bayangkan dulu orang lain seperti diri sendiri, andaikata aku Cu Siau hong yang berada dibawah kekuasaan kalian, apa yang hendak kalian lakukan terhadap diriku?"
Si Ih nio termenung sejenak, kemudian katanya:
"Baiklah! Kau boleh bertanya, cuma jangan terlalu mengharapkan banyak dariku, apa yang tak bisa kukatakan tak nanti akan kukatakan, yang tidak kuketahui tentu saja lebih-lebih tak bisa kukatakan."
"Kau pasti tahu, sebab kau ingin tahu siapakah dirimu itu?"
Si Ih nio menjadi tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, sahutnya dengan cepat:
"Aku adalah Si Ih nio yang tulen dan sesungguhnya."
"Siapa itu dengan Si Han mengapa Yu Sam khi harus berperan sebagai kakakmu?"
"Sebab dia adalah suamiku, mengerti kau sekarang?"
"Aaaah, tidak aneh kalau begitu..." seru Cu Siau hong kemudian sambil tertawa.
Setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh.
"Yu hujin, sekarang apakah kau sangat menguatirkan keselamatan jiwa dari suamimu?"
"Aku tak usah menguatirkan keselamatan jiwanya, dia adalah seorang yang cukup berkemampuan untuk melindungi diri sendiri."
"Yu hujin, mungkin kalian dengan Toa sianseng mempunyai suatu hubungan khusus, maka jalan pemikiran kalian lebih riil dan kenyataan, mungkin juga suamimu merasa dengan meninggalkan kau disini maka kau bisa mewakilinya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum sempat dilakukan, maka dia merasa sangat berlega hati. Tapi sekarang identitasmu pun ikut ketahuan, tentang hal ini mungkin dia sendiri pun merasa sama sekali di luar dugaan bukan?"
"Cu Siau hong, sudah banyak yang kukatakan, mau apa kau sekarang? Apakah ingin berubah ingatan dengan menahanku disini?"
"Tidak, apa yang telah kusetujui, selamanya tak pernah kusesali kembali."
"Ooooh, kalau begitu aku boleh pergi sekarang?"
"Boleh, silakan berlalu dari sini Yu hujin !"
"Cu Siau hong, sudah banyak yang kau tanyakan kepadaku, sebelum aku pergi dari sini, bolehkah aku pun mengajukan beberapa buah pertanyaan kepadamu?"
"Boleh saja, katakana hujin!"
"Kau adalah anak murid Bu khek bun, sedangkan anak buahmu selain terdiri dari anggota Bu khek bun juga terdiri dari manusia pilihan Pay kau dan Kay pang, bukankah begitu?"
"Soal ini harap hujin pikirkan sendiri" sahut Cu Siau hong sambil tersenyum.
"Cuma kami tetap merasa heran, agaknya kawanan manusia tersebut jarang sekali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, bahkan usianya tidak begitu besar, ilmu silatnya hebat lagi, jarang sekali kami jumpai manusia semacam mereka dalam dunia persilatan."
"Apabila hujin ingin memperoleh suatu bukti yang jelas dari mulutku, hanya ada satu cara yang bisa kau lakukan."
"Bagaimana caranya?"
"Benarkah Bu khek bun hancur di tangan kalian? Mengapa kalian harus menghadapi kami? Bagaimana dengan beberapa orang suhengku yang telah mengkhianati perguruan? Apakah mereka semua adalah orang-orang kalian?"
"Aku tak sanggup menjawab semua pertanyaan yang kau ajukan itu."
"Kalau begitu, silahkan hujin untuk segera pergi dari sini"
"Kau hendak mengusirku pergi?" seru Si Ih nio sambil tertawa.
Dengan cepat Cu Siau hong mengulapkan tangannya.
"Apabila hujin tak mau pergi, biarlah aku saja yang memohon diri dari sini"
Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Memandang bayangan punggung Cu Siau hong yang menjauh, tiba-tiba saja paras muka Si Ih nio menunjukkan suatu perubahan yang sangat aneh.
Si Ih nio cukup cekatan, dengan cepat dia menemukan ada orang sedang melakukan pengepungan dari kedua sisi hutan tersebut.
Bila dia tidak segera pergi, mungkin sulit baginya untuk pergi lagi dari situ.
Berpikir demikian, mendadak dia melejit ke tengah udara dan berjumpalitan beberapa kali, sekali melompat dia sudah berada tiga empat kali jauhnya, begitu mencapai tanah ia segera kabur meninggalkan tempat tersebut dengan langkah cepat.
Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya memang cukup sempurna, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan lebat sana.
"Saudara Cu, kau telah melepaskannya pergi?"
"Yaa, menahan dirinya tak akan berguna."
"Saudara, apakah dia telah memmberitahukan sesuatu persoalan kepadamu?" tanya Kian Hui seng sambil tertawa.
"Yaa, dia adalah Si Ih nio yang sesungguhnya, istri Yu Sam khi."
"Istri Yu Sam khi?"
"Dugaan kita tidak meleset, orang yang menyaru sebagai Si Han tersebut memang Yu Sam khi."
"kalau begitu sudah cukup, sekarang kita sudah mengetahui tempat tinggalnya asal kita pergi mencarinya, dia tak bakal kabur, atau bagaimana kalau kita kabarkan hal ini kepada Ui pangcu dari Kay pang?"
"Untuk sementara waktu tak usah terburu napsu.."kata Cu Siau hong cepat.
Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Cuma mereka pun telah berhasil menyelidiki keadaan kita dengan jelas sekali"
Sementara itu, Oh Hong cun tetap berjalan mendekati dia lantas berseru:
"Barusan, ada dua orang memberitahukan kepadaku bahwa mereka mengetahui ada sebuah jalan tembus yang bisa mencapai puncak Yang jit gay dalam dua hari saja"
"Kalau begitu, kita teruskan perjalanan siang malam" seru Cu Siau hong cepat.
"Waktu yang tepat hanya membutuhkan delapan jam, kita bisa melaluinya dalam dua hari, tak usah tergesa-gesa, tak usah pula menempuh perjalanan terlalu awal"
"Benar, kalau begitu kita lanjutkan perjalanan sewajarnya saja"
Oh Hong cun segera tertawa.
"Betul, Cu lote, sehari berselang aku masih berharap agar kedua belah pihak jangan sampai saling bertemu lagi, daripada terjadinya suatu pertempuran sengit yang mengorbankan banyak jiwa tapi sekarang jalan pemikiranku ini sudah mengalami perubahan yang besar sekali."
"Bagaimana perubahannya?"
"Aku malah berharap bisa bertemu dengan mereka melangsungkan pertarungan secara besar-besaran, hidup mati manusia berada di tangan Thian, aku berharap persoalan ini bisa dibikin jelas sehingga penyelesaiannya bisa dilakukan secara tuntas."
--------------oooooooooo-----------  

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang