Tiong Ling-kang sebagai seorang jago yang berpengalaman luas, tentu saja cukup mengerti kalau tindakan Liong Thian-siang ini bukan hanya terbatas karena kejumawaannya belaka.
Sambil menarik napas panjang ia mundur dua langkah, tubuhnya berkelebat ke samping untuk menghindarkan diri, kemudian pedangnya dibabat ke bawah menebas pergelangan tangan kanan lawan.
Liong Thian-siang mendengus dingin, sambil turunkan pergelangan tangannya ke bawah, ia putar badan, "Weess," sebuah pukulan digentarkan, menyusul kemudian tubuhnya melejit ke udara dan berputar satu lingkaran besar sejauh satu kaki lebih untuk menyelinap ke belakang punggung orang she Tiong itu.
Tiong Ling-kang membentak keras.
"Suatu jurus Pat-poh-hwe-gong (delapan langkah terbang di udara) yang amat bagus!"
Pedang Cing-peng-kiam digetarkan dan segera mengembangkan serangkaian serangan balasan.
Bayangan pedang segera berkelebat ke sana kemari memenuhi angkasa, pedang Cing-peng-kiam itu berubah menjadi selapis cahaya tajam yang melindungi tubuhnya rapat-rapat.
Menghadapi serangan ilmu pedang Cing-peng-kiam-hoat yang maha dahsyat itu, untuk sesaat Liong Thian-siang agak kateter, namun ia masih juga menghadapinya dengan tangan kosong belaka.
Ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna ternyata telah dikombinasikan dengan ilmu langkah Pat-poh-hwe-gong yang dahsyat, membuat ia dapat bergerak ke sana kemari dengan seenaknya sendiri, bahkan sepasang tangannya sebentar menotok sebentar memukul dan membacok ke sana kemari, semuanya ditujukan untuk mengincar jalan darah lawan.
Untuk sesaat lamanya posisi mereka tetap berada dalam keadaan seimbang alias sama kuat.
Secara beruntun Tiong Ling-kang telah melancarkan tiga puluh jurus serangan lebih, namun ia selalu gagal untuk merebut posisi yang menguntungkan karena semua serangannya sebagian besar dapat dihindari lawan.
Liong Thian-siang yang mendekam diri selama dua puluh tahun, kini betul-betul berubah menjadi lihay sekali, bahkan kehebatan ilmu silatnya sama sekali di luar dugaan Tiong Ling-kang.
Tapi dengan demikian justru telah memancing rasa ingin menang di hati Tiong Ling-kang. Ia berpekik nyaring, serangan pedangnya segera dilancarkan makin gencar.
Cahaya tajam tampak berputar kian kemari, cahaya pedang dari kecil berubah makin besar dan kemudian berkembang menjadi sebuah lingkaran besar seluas satu kaki persegi yang mengurung tubuh Liong Thian-siang di balik lingkaran cahaya pedang tersebut.
Menyusul kemudian lingkaran cahaya pedang itu dari besar menyusut semakin kecil seperti sebuah jala ikan yang ditarik ke atas, jaring tersebut makin lama makin kencang dan makin bertambah rapat.
Kali ini cahaya pedang tersebut berlapis-lapis dan lihaynya bukan kepalang.
Dalam keadaan demikian, sekalipun Liong Thian-siang memiliki ilmu langkah Pat-poh-hwe-gong yang lihay, di bawah kepungan cahaya pedang yang berlapis-lapis itu ia menjadi kewalahan juga sehingga tak sanggup berkutik lagi.
Dengan cepat cahaya pedang itu mengancam tiba dengan amat dahsyatnya.......
Menghadapi ancaman lawan yang begitu hebat dan mengerikan, Liong Thian-siang tidak menjadi gugup, ia masih dapat mempertahankan ketenangannya seperti sedia kala.
Mendadak pedang Cing-peng-kiam di tangan Tiong Ling-kang menusuk dada Liong Thian-siang dengan jurus Ciang-hong-hap-it (selaksa ujung pedang bersatu padu).
Tusukan tersebut bukan cuma disertai dengan tenaga serangan yang hebat, lagi pula dipakai tepat pada saatnya, tusukan itu menyerang tiba di kala Liong Thian-siang sedang bersiap-siap menarik kembali telapak tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Wasiat (Juen Jui Pi)
Fiksi PenggemarDalam kitab Ping-ki-boh (catatan ilmu senjata) tercatat pelbagai ilmu silat kenamaan dalam dunia persilatan serta ulasan tentang senjata tajam, terutama tentang kegunaan istimewa pelbagai senjata aneh, barang siapa dapat membaca kitab Ping-ki-b...