Pena 51

1.9K 38 0
                                        

  Paras muka kakek berjenggot putih itu segera berubah hebat.
"Kakek keleningan emas pengejar sukma, apakah nama ini cukup bagiku untuk bersikap demikian kepadamu?", serunya.
"Oohhh, rupanya benar-benar kau."
"Ayo sebutkan sekarang siapa namamu?", desak kakek berjenggot putih lagi dengan suara dingin.
"Cu Siau Hong, seorang anak muda dari angkatan muda yang tidak punya nama besar sekalipun, sudah kusebutkan juga belum tentu akan kau ketahui..."
Kakek keleningan emas pengejar sukma tertawa hambar.
"Lohu mah sudah pernah mendengar akan namamu itu."
"Ooh ..hal ini benar-benar diluar dugaan boanpwe."
"Cu Siau Hong, lohu datang untuk minta orang kepadamu," seru kakek keleningan emas pengejar sukma dingin.
"Aku toh berada disini !"
"Bukan kau yang kucari, lohu menghendaki orang lain, seorang dayang kecil."
"Locianpwe, lebih baik bekuklah aku lebih dahulu sebelum mengerahkan sasaranmu kepada orang lain."
Mendadak kakek keleningan emas pengejar sukma mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haah,..haah...haahh..Cu Siau Hong, setiap orang yang pernah berjumpa dengan lohu pasti tak akan melepaskan kau dengan begitu saja."
Cu Siau Hong tertawa dingin.
"Heehh..heeh..heehh..setiap orang yang pernah berjumpa dengan kau pasti mati..?"
"Benar."
"Aku telah berjumpa dengan dirimu, tapi sekarang bukankah aku masih tetap berada dalam keadaan hidup?"
"Sebentar lagi, kau akan segera menerima hakmu itu."
"Ooh kalau begitu akan kunantikan segala pemberianmu tersebut, kalau kau merasa punya kemampuan, keluarkan saja semuanya tanpa harus sungkan-sungkan."
Kakek keleningan emas pengejar sukma segera mengayunkan tangan kanannya, tapi mendadak ia berhenti lagi seraya berkata:
"Cu Siau Hong, nama buas lohu sudah amat termashur dalam dunia persilatan, setiap orang yang bertemu denganku rata-rata merasa takut kepadaku."
Cu Siau Hong segera tertawa.
"Apa sih yang menakutkan dengan dirimu,?" katanya.
Pertanyaan tersebut segera membuat kakek keleningan emas pengejar sukma menjadi tertegun.
"Apa kau bilang?"
"Aku bilang, kau adalah manusia, sedikitpun tidak menakutkan orang lain lain takut kepadamu karena merasa takut mati.."
"Jadi kau tidak takut mati?" tukas kakek keleningan emas pengejar sukma.
"Tidak, aku tidak takut, lagi pula kau toh belum tentu mampu untuk membinasakan aku."
Kakek keleningan emas pengejar sukma segera tertawa dingin, katanya kemudian:
"Cu Siau Hong, sebenarnya lohu masih mempunyai beberapa patah kata yang hendak diberitahukan kepadamu, tapi oleh karena sikapmu begitu kurang ajar, maka lohu merasa tidak perlu untuk banyak berbicara lagi denganmu."
Mendadak dia merangkap sepasang telapak tangannya, serentetan cahaya tajam segera meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Dalam selisih jarak yang demikian dekatnya itu, entah siapa saja pasti akan merasa sulit untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Tapi Cu Siau Hong telah membuat persiapan.
Disaat sepasang telapak tangan lawan mulai bergerak itulah, tubuhnya sudah melejit ketengah udara.
Serentetan cahaya tajam yang berkilauan itulah segera menyambar lewat persis melalui bawah kakinya.
Padahal Cu Siau Hong sama sekali tidak tahu kalau musuhnya hendak melancarkan serangan dengan menggunakan senjata rahasia, namun hatinya selalu waspada dan mempertinggi rasa was-wasnya, apalagi dia pun sudah menduga kalau kakek keleningan emas pengejar sukma ini pasti mempunyai berbagai teknik membunuh yang lihay dan luar biasa.
Itulah sebabnya baru saja pihak musuh menggerakkan tangannya, dia lantas melejit ke tengah udara untuk menghindar diri.
Setelah tertegun untuk beberapa saat l;amanya, tiba-tiba kakek keleningan emas pengejar sukma mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haah...haah..haaah..bagus sekali ! Cu Siau Hong, kau memang benar-benar memiliki suatu kepandaian yang sangat hebat."
Tubuhnya melesat ketengah udara bagaikan sebatang pena yang dibidikkan lewat busur, dia langsung meluncur kedepan dan mengejar kearah Cu Siau Hong.
Belum lagi orangnya tiba, tangan kanannya sudah digetarkan keras, serentetan cahaya pelangi kembali meluncur kemuka dengan kecepatan bagaikan samparan petir.
Kakek keleningan emas pengejar sukma ini memang benar-benar merupakan seorang manusia yang luar biasa, pedangnya bergerak mengikuti gerakan tubuh, pedang lemasnya secepat sambaran petir sudah meluncur kemuka.
Disaat Cu Siau Hong melejit ketengah udara tadi tangan kanannya sudah mengggenggam gagang pedangnya.
Maka dia segera meloloskan pedangnya sambil menyerang kearah bawah.
"Traaang !," sepasang senjata segera saling membentur sehingga menimbulkan suara benturan yang nyaring.
Diantara dentingan nyaring itulah terlihat dua sosok bayangan manusia itu saling berjumpalitan sejauh tujuh depa kearah samping.
Lalu dari selisih jarak sejauh tujuh depa inilah, kedua belah pihak sama-sama saling menyerang sebanyak tujuh jurus serangan.
Ketujuh serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan gerakan yang nyata dan kekuatan yang sesungguhnya.
Alhasil Cu Siau Hong tidak menderita kerugian apa-apa, namun diapun tidak berhasil meraih keuntungan apa-apa.
Sesudah melayang turun keatas tanah, Cu Siau Hong segera melintangkan pedangnya didepan dada sambil bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Tapi kakek keleningan emas pengejar sukma berdiri tanpa senjata lagi, pedangnya entah telah disimpan kemana.
Tergerak hati Cu Siau Hong setelah menyaksikan kejadian tersebut, serunya tanpa terasa.
"Pedang dibalik ujung baju, jari raja langit?"
Kakek keleningan emas pengejar sukma segera manggut-manggut.
"Tepat sekali, sungguh luas pengetahuanmu," pujinya,"pedang lohu jarang yang dikenal orang, tak nyana kau berhasil menebak secara jitu, kau orang pertama yang bisa menebak ilmuku ini secara jitu sekali."
Sesungguhnya Cu Siau Hong pernah melihat benda semacam itu didalam catatan Bu beng kiam boh, oleh karena itu dia bisa menyebutkan nama senjata lawannya secara tepat.
Kembali Cu Siau Hong berkata:
"Jarum raja langit bisa membunuh orang disaat musuh tak siap, pedang dibalik ujung baju mempunyai tiga jurus serangan kilat pengejar nyawa perenggut sukma, bukankah demikian?"
Paras muka kakek keleningan emas pengejar sukma segera berubah sangat hebat.
"Kau..."
"Rupanya kau membunuh orang dengan mengandalkan jarum pedang tersebut...," sela Cu Siau Hong lebih jauh.
Mendadak terdengar Thian Pak liat menimbrung.
"Jarum raja langit menempati urutan ketiga didalam urutan senjata rahasia, jarum itu disebut pula sebagai Bu im ciam (jarum tanpa bayangan), sungguh tak pernah kusangka kalau kakek keleningan emas pengejar sukma juga merupakan seorang ahli didalam mempergunakan senjata rahasia."
Kakek keleningan emas pengejar sukma manggut-manggut.
"Baik !. setiap orang yang hadir di arena hari ini, jangan harapkan ada yang bisa pergi meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup."
"Saudara, untuk melukai aku seorangpun kau belum tentu mampu, apa gunanya kau mesti sesumbar terlampau awal?", sela Cu Siau Hong sambil megejek dingin.
Pedangnya segera digetarkan, lalu secara tiba-tiba dia melancarkan tiga puluh dua jurus serangan pedang secara beruntun.
Ketiga puluh dua jurus serangan itu dilepaskan secara beruntun dan tanpa berhenti, kedahsyatan maupun kehebatannya sungguh mengerikan hati siapa saja.
Ternyata kakek keleningan emas pengejar sukma kena terdesak oleh rangkaian serangan itu mundur terus sejauh satu kaki lebih dari posisi semula,
Kini paras muka kakek keleningan emas pengejar sukma telah berubah menjadi hijau membesi, dia sedang berusaha keras untuk merebut posisi dan melancarkan serangan balasan.
Akan tetapi ketiga puluh dua jurus serangan berantai dari Cu Siau Hong itu telah menciptakan selapis cahaya pedang yang amat kuat dan tebal, sedikitpun tidak memberi setitik ruang kosong pun yang dapat dimanfaatkan olehnya untuk melepaskan serangan balasan.
Menanti Cu Siau Hong sudah selesai mempergunakan ketiga puluh dua jurus pedangnya, barulah kakek keleningan emas pengejar sukma mendapat kesempatan untuk berbuat demikian, tiba-tiba saja dia melancarkan serangan balasan.
Kali ini dia belum sampai mengeluarkan senjata andalannya, melainkan meneter dan menyerang dengan mempergunakan serangan tangan kosong.
Namun Cu Siau Hong mengerti, rupanya si kakek keleningan emas pengejar sukma sedang menantikan kesempatan yang baik.
Kesempatan baik yang dirasakan cocok begitu muncul, sudah pasti dia akan melancarkan serangan dahsyat dengan pedang dalam ujung baju serta jarum raja langitnya secara berbarengan.
Semakin tidak gampang kakek keleningan emas pengejar sukma itu menggunakan pedangnya, semakin tinggi kewaspadaan Cu Siau Hong didalam menghadapinya.
Oleh karena itu Cu Siau Hong segera mengambil posisi bertahan, gerakan pedangnya diputar dan dimainkan secara ketat dan rapat sekali untuk melindungi seluruh badan.
Walaupun perubahan jurus pukulan dari kakek keleningan emas pengejar sukma terhitung banyak sekali, akan tetapi selama ini dia tak pernah berhasil untuk menyarangkan serangannya kebalik cahaya pedang lawan.
Seseorang, apabila bisa bertarung seimbang dengan kakek keleningan emas pengejar sukma tanpa berhasil menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, boleh dibilang hal ini merupakan suatu peristiwa besar yang akan menghebohkan seluruh dunia persilatan.
Padahal disitu hadir banyak sekali jago-jago kelas satu dunia persilatan, setiap orang dapat melihat walaupun Cu Siau Hong memainkan jurus pedangnya dengan perubahan yang tak terduga, namun sama sekali tidak menyerang dengan sepenuh tenaga.
Sebaliknya si kakek keleningan emas pengejar sukma justru memutar sepasang telapak tangannya bagaikan roda, sekuat tenaga dia melancarkan desakan yang amat gencar.
Tapi dia selalu gagal untuk melontarkan daya tekanan pukulannya itu kebalik cahaya pedang lawan yang sangat rapat itu.
Dalam waktu singkat, kedua belah pihak sudah saling bertarung puluhan gebrakan banyaknya, akan tetapi keadaan masih tetap seimbang, siapapun tidak berhasil meraih kemenangan apapun.
Menyaksikan sampai disitu, dengan suara lirih Oh Hong cun segera berbisik:
"Thian lote, bagaimana menurut pendapatmu tentang ilmu pedang yang dimiliki Cu Siau Hong ini?"
"Kelihayannya sama sekali diluar dugaan siapapun."
"Aaai..tampaknya ombak belakang sungai Tangkang memang selalu mendorong ombak didepannya, orang baru akan selalu menggantikan generasi yang lama, dengan kepandaian silat yang dimiliki Cu lote sekarang, sesungguhnya dia bisa membuat orang benar-benar kagum padanya."
"Memalukan, sungguh memalukan sekali," sambung Tham Ki wan pula, "padahal usia saudara Cu paling muda diantara kita, namun dalam kenyataan ilmu silatnya sepuluh kali lipat jauh lebih hebat daripada kita semua."
Si Eng tertawa.
"Sepuluh kali lipat mah tidak sampai, hanya saja dia memang lebih tangguh daripada kita semua, terutama sekali dalam permainan pedangnya, aku melihat terdapat banyak sekali titik kelemahan."
"Saudara Si, menurut kau, dimanakah terdapat banyak sekali titik kelemahan dalam permainan pedangnya itu?", tanya Thian pak liat sambil tertawa.
"Walaupun ilmu pedang yang dimiliki saudara Cu sangat lihay, tapi ada beberapa jurus diantaranya sudah jelas dapat memapas kutung sepasang tangan si kakek keleningan emas pengejar sukma, tapi kenyataannya dia sama sekali tidak melepaskan serangan mautnya."
"Aku pikir, dibalik kesemuanya itu sudah pasti ada sebab-sebabnya.."
"Apabila sisa kekuatan yang ada diujung pedang sudah habis terpakai, maka kemungkinan besar akan mempengaruhi perubahan selanjutnya dari jurus-jurus pedangnya sehingga berakibat serangan tidak bisa menuruti kemauan perasaan lagi. Tapi menurut pendapatku, kemungkinan besar dia bisa berhasil dengan serangannya itu untuk memotong sepasang telapak tangan dari kakek keleningan emas pengejar sukma."
Sementara itu Seng Hong, Hoa Wan, Tan Heng dan Ong Peng juga telah menyusul datang, mereka semakin mendekati arena pertarungan, melewati Tham Ki wan dan Ho Hou poo sekalian seakan-akan orang-orang tersebut ada maksud untuk terjun ke arena memberi bantuan.
Thian Pak liat yang menyaksikan kejadian tersebut segera berteriak keras:
"Berhenti !"
Ong Peng sekalian segera berhenti.
Sambil berpaling Seng Hong berseru:
"Thian yaa.."
"Aku tahu," tukas Thian Pak liat dengan cepat, "kalian pasti menguatirkan keselamatan jiwa dari saudara Cu bukan? Namun lebih baik kalian jangan mengganggu dia. Kalian tak bakal bisa membantu apa-apa, malahan sebaliknya bisa mengakibatkan pikirannya dan perhatiannya menjadi bercabang-cabang"
Ong Peng segera mengiakan dan mundur sejauh delapan depa lebih ke belakang.
Sementara itu pertarungan sengit yang berlangsung antara Cu Siau Hong dengan kakek keleningan emas pengejar sukma masih berlangsung dengan amat ramainya, kedua belah pihak sama-sama belum berhasil menentukan keunggulan untuk pihaknya.
Namun kalau dilihat dari sikap maupun mimik wajah kedua belah pihak, bisa diketahui kalau pertarungan yang sedang berlangsung itu sudah memasuki tahap yang sangat tegang.
Paras muka kakek keleningan emas pengejar sukma berubah menjadi berat sekali, sedangkan paras muka Cu Siau Hong berubah menjadi amat serius.
Mendadak terdengar Thian Pak liat berbisik lirih:
"Saudara Si, sudah kau lihat ?"
"Melihat apa?"
"Selama ini kakek keleningan emas pengejar sukma tak pernah mempunyai kesempatan untuk mencabut keluar pedangnya."
"Ya, hal ini memang merupakan kejadian yang amat sulit dimengerti, padahal dia melancarkan serangan dengan ngotot dan bertenaga sekali, tapi anehnya mengapa dia tak mau meloloskan pedangnya untuk meneter lawan?"
"Selama ini dia masih menunggu dan menunggu terus, menunggu sampai Cu Siau Hong membuat suatu kesalahan, nah pada saat itulah dia akan melancarkan sergapan mautnya untuk mencabut nyawa pemuda itu."
"Apakah selama ini Cu Siau Hong tak pernah membuat suatu kesalahan apapun?", tanya Si Eng.
"Inilah merupakan sebab utama mengapa selama ini dia tak mau menggunakan pedang secara sembarangan."
"Dan ini pula yang menjadi alasan mengapa Cu Siau Hong selama ini tak berani menyerempet bahaya untuk mencari kemenangan."
"Sesungguhnya pertarungan yang sedang berlangsung saat ini merupakan suatu pertarungan yang amat seru sekali, kedua belah pihak sama-sama merupakan jago lihay yang berilmu tinggi didalam dunia persilatan, dalam pertarungan adu jiwa ini, tak bisa dihindari lagi adu kecerdasan pun perlu dilakukan."
"Padahal bila kita mau mengamati jalannya pertarungan dari sisi arena, mungkin kitapun akan memperoleh suatu hasil yang besar sekali."
Mendadak dari tengah arena berkumandang suara pekikan nyaring yang memekikkan telinga.
Jenggot panjang yang terurai sepanjang dada dari kakek keleningan emas pengejar sukma itu tahu-tahu beterbangan dengankencangnya semuanya meluncur bagaikan sebuah duri yang keras.
Serentetan cahaya putih tiba-tiba saja ikut meluncur keluar dari balik ujung baju dari kakek keleningan emas pengejar sukma tersebut.
Cahaya putih itu meluncur sambil menggulung kedepan, seketika itu juga seluruh tubuh Cu Siau Hong digulung dibalik cahaya putih yang tajam tersebut.
Tiada orang yang melihat jelas jalannya pertarungan di antara kedua belah pihak.
Sebab kedua-duanya sama-sama melancarkan gerakan mereka dengan kecepatan yang luar biasa, kecepatan sama sekali tak bisa diikuti dengan pandangan mata.
Sewaktu mereka berhasil melihat jelas keadaan yang sebenarnya ditengah arena, pertarungan tersebut telah berakhir.
Tampak Cu Siau Hong berdiri sambil menggenggam pedangya erat-erat, paras mukanya pucat pias, sementara didepan dadanya telah bertambah dengan dua buah mulut luka, darah segar masih mengucur keluar dengan amat derasnya.
Sedangkan si kakek keleningan emas pengejar sukma sudah membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Dia pergi dengan langkah yang amat tergesa-gesa, gerkan tubuhnya cepat sekali bagaikan sambaran petir, didalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Hoa Wan dan Seng Hong segera maju kedepan untuk membimbing tubuh Cu Siau Hong.
Sementara itu Cu Siau Hong sudah melepaskan pedangnya dan pelan-pelan duduk ke atas tanah.
Seng Hong segera berbisik:
"Majikan, kau.."
Cu Siau Hong menggelengkan kepalanya berulang kali tanpa menjawab sepatah katapun, dia hanya pelan-pelan duduk keatas tanah kemudian bersila dan mengatur pernapasan.
Thian Pak liat dating mendekat, kemudian serunya:
"Lebih baik jangan mengganggu dia, biarlah dia duduk sambil mengatur pernapasan, sekarang dia memerlukan waktu untuk beristirahat.."
Seng Hong, Hoa Wan, Ong Peng dan Tan Heng tidak banyak berbicara, serentak mereka mundur kebelakang.
Tapi merekapun tidak mundur terlampau jauh, melainkan menyebarkan diri diempat penjuru untuk melindungi keselamatan dari Cu Siau Hong.
Dari penampilan wajah mereka, terlihat jelas betapa kuat dan setianya mereka terhadap si anak muda tersebut.
Sambil manggut-manggut Oh Hong cun lantas berkata:
"Bagus ! Bagus sekali !," sejak terjun ke dalam dunia persilatan, mungkin baru pertama kali ini si kakek keleningan emas pengejar sukma tidak berhasil membunuh orang yang pernah berjumpa dengan raut wajah aslinya, juga untuk pertama kalinya dia dipukul sampai melarikan diri terbirit-birit."
"Heran," kata Ho Hou poo kemudian, "aku dengar keleningan emasnya merupakan senjata yang sangat ganas, buas dan tangguh, mengapa selama pertarungan berlangsung dia sama sekali tidak pernah mempergunakannya?"
"Seandainya dia masih berkemampuan untuk mengeluarkan ilmu sakti keleningan emasnya, aku percaya tak akan melarikan diri, sudah pasti dia akan berusaha membunuh Cu Siau Hong dahulu, kemudian membunuh kita semua," kata Thian Pak liat cepat.
"Maksud saudara Thian?"
"Dia sudah terluka parah !"
Ho Hou poo segera berpaling, dia melihat paras muka Cu Siau Hong masih nampak amat serius, dua buah mulut luka membekas diatas dadanya, sementara darah kental masih nampak mengucur keluar dengan amat derasnya.
Sesudah menghembuskan napas panjang, Ho Hou poo segera berbisik:
"Saudara Thian, luka yang dideritanya sangat parah, kemungkinan besar mulut lukanya itu selain besar juga amat dalam."
"Ya, dia memang terluka parah, namun tidak sampai membahayakan keselamatan jiwanya."
"Aku lihat keadaan luka yang diderita oleh Cu Siau Hong itu harus kita sembuhkan secepatnya."
"Oooh..."
Dia sudah berbicara setengah harian, namun semua orang masih belum memahami maksud tujuan yang sebenarnya.
Dengan kening berkerut, Thian Pak liat segera berkata:
"Saudara Ho, sudah setengah harian lamanya kau berbicara, tapi aku masih belum memahami maksud hatimu itu."
Ho Hou poo segera tertawa.
"Sesungguhnya hal ini gampang untuk mengerti, dalam sakuku terdapat semacam obat yang merupakan obat mujarab untuk menyembuhkan pelbagai luka bekas tusukan atau bacokan, seandainya luka yang dideritanya tidak terlampau parah, tentu saja tidak perlu mempergunakan obatku ini, sebab terlampau sayang, oleh sebab itu aku ingin mengetahui dengan jelas lebih dahulu bagaimanakah keadaan luka dari saudara Cu sekarang.."
"oohhh..rupanya begitu."
"Saudara Ho," Si Eng segera menyela, "seandainya kau benar-benar mempunyai sesuatu obat yang amat mujarab, sudah sepantasnya bila kau keluarkan sedari tadi, tak usah mencla mencle macam begitu."
Thian Pak liat tertawa, katanya pula:
"Aku pikir obat mestika yang dimiliki saudara Ho itu sudah pasti tak ternilai harganya, oleh karena itu merasa sayang untuk mengeluarkannya.."
"Saudara Ho, bila kau tak mau mengeluarkannya secara sembarangan, dapatkah kau terangkan obat mestika apakah itu?", seru Si Eng pula.
"boleh saja, apakah kalian berdua mengetahui tentang po mia san..?"
Paras muka Thian pak liat segera berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, serunya tanpa terasa.
"Po mia san? Kau mempunyai bubuk pelindung nyawa?"
"Benar ! Aku mempunyai po mia san, bahkan hanya satu bungkus, satu bungkus po mia san ini sudah puluhan tahun lamanya berada dalam sakuku, selama ini aku tak pernah mempergunakannya."
"Konon po mia san dibuat dari hati gajah empedu ular, hati badak dan ditambah dengan ramuan obat lainnya sebelum menjadi obat mestika tersebut, entah perkataan ini benar tidak?"
"Empedu gajah, hati badak merupakan bahan-bahan obat yang sukar diperoleh tapi kalau empedu ular memang merupakan bahan yang paling mudah diperoleh dan lagi kecuali ketiga macam bahan utama tersebut harus disertai juga dengan dua belas macam ramuan obat lainnya."
"Kini, orang yang bisa membuat obat tersebut sudah mati, konon dia meninggalkan dua belas bungkus obat tersebut, dalam saku siaute terdapat sebungkus, berarti dalam dunia persilatan beredar sebelas bungkus lainnya, hanya tak seorang manusia pun yang tahu obat-obatan itu sudah terjatuh ketangan siapa."
Pada saat itulah mendadak Cu Siau Hong membuka matanya lalu berkata:
"Saudara Ho, bila obat tersebut mahal harganya, lebih baik jangan dipergunakan secara sembarangan, apalagi luka yang siaute derita sekarang tidak terlampau parah."
Seraya berkata, pelan-pelan dia bangkit berdiri.
"aahhh, benar, seandainya luka yang tidak terlampau parah, memang kelewat sayang untuk mempergunakannya."
Mendadak dia menutup mulutnya rapat-rapat sebelum ucapan tersebut selesai diucapkan.
Bukan Cuma Ho Hou poo saja yang menemukan hal itu bahkan Thian Pak liat serta Si Eng pun segera mengetahui kalau gelagat tidak beres.
Ternyata dari kedua mulut luka didada Cu Siau Hong tersebut mereka saksikan darah berwarna merah tua meleleh keluar.
Bukan begitu saja, bahkan paras muka Cu Siau Hong yang semula pucat pun kini sudah dilapisi oleh hawa hitam.
Inilah gejala dari keracunan hebat.
"Aduh celaka !" Oh Hong cun segera berseru tertahan, rupanya si kakek keleningan emas pengejar sukma adalah seorang jago yang mempergunakan racun."
"Darimana Oh tua bisa tahu?," tanya Thian Pak liat cepat.
"Sudah banyak tahun dia tak pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, terhadap persoalan tua Bangka itu pun sudah banyak yang kulupakan, dalam kenyataan setiap orang yang terluka ditangannya, jenasah yang ditemukan selalu berada dalam keadaan rusak dan busuk, bahkan seringkali sudah berubah menjadi segumpal darah."
Dengan langkah lebar dia berjalan menghampiri Cu Siau Hong, mencengkeram baju pemuda itu dan serunya:
"Lote, jangan kelewat keras kepala, biar kuperiksa dahulu keadaan dari lukamu itu."
Dengan cepat dia merobek pakaian yang dikenakan Cu Siau Hong tersebut.
Tampaklah dua buah mulut luka memanjang diatas dada Cu Siau Hong, mulut lukanya tidak terlampau lebar, hanya empat lima hun, akan tetapi dalamnya mencap;ai setengah inchi lebih.
Tiada seorang manusia pun yang sempat melihat senjata tajam apakah yang telah dipergunakan untuk melukai pemuda itu.
Kini kedua mulut luka mana telah berubah menjadi semu hitam.
Darah masih mengalir keluar, hanya saja darah yang meleleh keluar itupun sudah berubah menjadi hitam pekat.
Oh Hong cun menghembuskan napas panjang, kemudian menegur.
"Lote, dengan cara apakah dia telah melukaimu?"
Cu Siau Hong tertawa getir.
"Aku telah melepaskan sebuah tusukan ke tubuhnya dan menghadiahkan sebuah pukulan ke dadanya, akan tetapi dadaku kena dihajar pula oleh sambaran ujung jarinya."
"Tapi jelas yang tertera diatas dadamu bukan bekas jari, melainkan semacam senjata tajam."
"Seharusnya jari tangannya memang tak mungkin bisa mengenai diriku tapi secara tiba-tiba jari tangannya itu dapat memanjang lima inci dari keadaan semula."
"Kalau begitu yang digunakan semacam panah jari tangan, dia selalu mengenakan panah itu dalam kukunya dan sukar untuk ditemukan bila tidak diperhatikan dengan seksama, sungguh tak kusangka si kakek keleningan emas pengejar sukma yang begitun termashur namanya juga akan mempergunakan panah kuku untuk melukai orang."
Kalau berbicara dari mulut luka tersebut, sesungguhnya luka yang diderita oleh Cu Siau Hong ini tidak terhitung seberapa.
Tapi karena kuku tersebut mengandung racun yang amat jahat, maka keadaannya menjadi sama sekali berbeda.
"Lukanya meski tidak terlampau parah, namun rasanya sukar ditahan lagi...", kata Cu Siau Hong kemudian.
Thian pak liat segera berpaling dan memandang sekejap kearah Ho Hou poo, kemudian ujarnya:
"Saudara Ho, tampaknya aku harus minta kepadamu untuk mengorbankan bubuk Po mia san tersebut."
Sementara itu Tham Ki wan telah maju mendekat dengan langkah cepat, lalu serunya:
"Mari kuperiksa dulu keadaan mulut lukanya."
"Racun yang berada diujung panah kuku tersebut pasti amat ganas dan aku rasa tak bakal salah lagi," seru Cu Siau Hong.
Dengan amat seksama Tham Ki wan memeriksa sekejap keadaan luka dari si anak muda itu, kemudian manggut-manggut.
"Benar, diujung panah kuku memang ada racunnya, inilah yang disebut bubuk penghancur tulang, semacam racun yang cukup menggetarkan perasaan setiap orang yang terkenanya."
"Sungguh menggemaskan, sungguh menggemaskan, seharusnya aku bisa menduga hal ini sedari tadi," seru Oh Hong cun.
"Racun semacam ini memang tidak akan bekerja dengan segera, namun kehebatannya sangat mengerikan hati, racun itu akan menyebar mengikuti peredaran darah dan menyusup kedalam seluruh organ tubuh manusia, kemudian baru mulai bekerja dari dalam badan, kemudian setelah organ tubuh didalam badan korbannya mulai rusak, dia baru menjalar keseluruh bagian tubuh lainnya sampai orang itu mati, konon sebelum mati, sang korban akan merasakan suatu penderitaan dan siksaan yang luar biasa sekali hebatnya.."
"Tampaknya kau seperti memahami sekali akan sifat racun itu," kata Thian pak liat tiba-tiba.
"Yaa, karena ayahku juga tewas oleh bubuk penghancur tulang tersebut.."
Jawaban tersebut segera membuat Thian Pak liat menjadi tertegun, serunya kemudian:
"Apakah diapun tewas ditangan si kakek keleningan emas pengejar sukma?"
"Entahlah, tapi setelah menyaksikan keadaan luka yang diderita oleh saudara Cu sekarang, sembilan puluh persen kemungkinan besar memang dibunuh olehnya.
Thian Pak liat berpaling dan memandang sekejap kearah Ho Hou poo, bibirnya bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu tetapi akhirnya niat itu diurungkan.
Terdengar Tham Ki wan berkata lagi.
"Keganasan racun penghancur tulang itu amat jahat sekali, lebih baik kalau pertolongan diberikan sedini mungkin, sehingga racunnya belum sampai tersebar luas keseluruh bagian tubuh lainnya."
Ho Hou poo tertawa hambar, dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebungkus bubuk obat dan pelan-pelan diangsurkan kedepan kemudian katanya:
"Saudara Thian, setelah minum obat ini paling tidak harus bersemedi selama satu jam lamanya sebelum racun yang mengeram dalam tubuh bisa didesak keluar."
Ketika menerima bubuk obat itu, mendadak satu ingatan melintas dalam benak Thian Pak liat, segera pikirnya:
"Aneh, mengapa orang she Ho ini tidak mau menyerahkan obat ini secara langsung kepada Cu Siau Hong sendiri? Entah apa maksud dan tujuannya memberikan obat itu kepadaku?"
Kemudian setelah termenung sejenak, dia berpikir lebih jauh.
"Seandainya isi bungkusan ini adalah obat beracun dan aku yang menyerahkan ketangan Cu Siau Hong, andaikata pemuda itu sampai keracunan dan tewas, bukankah aku yang bakal dituding sebagai pembunuhnya?"
Meskipun dia merasa amat curiga akan tetapi keadaan Cu Siau Hong membuatnya tak bisa menunda-nunda waktu lagi, maka sambil membuka pembungkus obat tersebut, katanya :
"Saudara Cu, telanlah obat ini."
Agaknya Cu Siau Hong juga merasa kalau waktu tidak mengijinkan dirinya untuk menunda waktu lagi, maka dia segera telan bubuk obat berwarna putih itu.
Thian pak liat segera mengambil sebagian kecil dari bubuk obat tersebut dan ditaburkan disekitar mulut luka dari Cu Siau Hong.
Setelah membuang kertas pembungkus obat itu ke tanah, sambil berpaling kearah Ho Hou poo dia lantas berseru:
"Saudara Ho, moga-moga saja obat po mia san pemberianmu ini masih belum kehilangan daya kerjanya."
Ucapan mana sudah jelas mengandung arti ganda, dan sebagai seorang jagoan yang berpengalaman sudah barang tentu Ho Hou poo dapat menangkap arti lain dari ucapan tersebut, sambil tertawa dingin segera serunya cepat :
"Apa maksudmu berkata demikian?"
Thian Pak liat tertawa.
"Bila sesuatu benda sudah kelewat lama disimpan, bukankah ada kalanya akan berubah bentuk?"
"Benar, po mia san ini memang sudah berusia belasan tahun lamanya, kemungkinan besar memang sudah berubah warna, apalagi kemungkinan besar memang bukan po mia san yang sesungguhnya," seru Ho Hou poo dengan perasaan mendongkol.
"Kalau bukan po mia san, hal ini berarti obat tadi adalah obat beracun yang amat ganas."
"Pendapat saudara Thian memang benar."
Thian Pak liat tertawa.
"Baik, kita adalah dua belalang yang diikat kakinya menjadi satu, kau tak bisa meninggalkan aku dengan begitu saja, akupun bisa terbang seorang diri, apabila saudara Cu Siau Hong sampai mati akibat dari keracunan, kita berdualah yang akan mengganti selembar nyawanya itu."
Dalam pada itu, Cu Siau Hong sudah duduk bersila diatas tanah dan mengatur pernapasan.
Ho Hou poo mendengus dingin, kemudian dengan langkah cepat berjalan menuju kedepan.
Thian Pak liat berkerut kening, dengan langkah cepat pula dia mengikuti dibelakangnya.
Setelah berjalan sejauh dua tiga kaki, Ho Hou poo segera berhenti, kemudian sambil berpaling serunya:
"Thian pak liat, mengapa kau terus menguntil dibelakangku?"
"Seandainya saudara Ho benar-benar mempunyai rencana untuk melarikan diri, terpaksa akupun harus mengikuti saudara Ho untuk kabur pula dari sini."
"Hmm, seandainya aku tak berhasil meracun Cu Siau Hong, kenapa harus meninggalkan tempat ini? Kalau aku hendak membunuhnya, pasti akan kutunggu sampai dia mampus."
"Terhadap manusia seperti Ciu Siau Hong, sebelum menyaksikan jiwanya putus dan tubuhnya dikubur kedalam tanah, belum bisa dikatakan kalau dia sudah mati."
"Berapa lembar jiwa yang dimiliki Cu Siau Hong?"
"Hanya selembar."
"Kalau hanya mempunyai selembar jiwa, mengapa tidak bisa dibunuh? Kalau dibilang maka kita hanya bisa mengatakan untuk membunuhnya mungkin jauh lebih sulit daripada membunuh orang lain.'
"Betul, tampaknya dia memang bukan seorang manusia berumur pendek."
"Kenapa?"
"Biasanya orang yang terkena bubuk penghancur tulang, jiwanya tak pernah tertolong lagi, tapi siapa tahu justru kau masih mempunyai sebungkus po mia san untuk menyelamatkan jiwanya, bukankah hal ini merupakan kemujurannya?"
Ho Hou poo segera tertawa.
"Ucapanmu memang benar, ada dua kali kesempatan hamper saja kupergunakan obat tersebut, tapi akhirnya toh tak pernah kugunakan, seakan-pakan po mia san itu sedang menunggu kedatangan pemiliknya yang sebenarnya."
"Inilah salah satu alasan mengapa dia tak akan mati," kata Thian pak liat kemudian.
Ho Hou poo tertawa.
"Ada sementara persoalan, tampaknya memang sudah diatur segala sesuatunya oleh sesuatu kekuatan yang tak Nampak dari atas langit sana, seandainya bubuk p;o mia san tersebut telah kupergunakan semenjak dahulu, bukankah selembar jiwa Cu Siau Hong pada saat ini tak bisa tertolong lagi?"
Thian Pak liat tertawa, mendadak dia membalikkan badan dan melayang kearah tengah lembah.
Pada saat itulah ada dua sosok bayangan manusia yang melayang turun dari atas bukit yang curam diseberang sana dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.
Dengan suatu gerakan yang cepat sekali mereka langsung menerjang kearah Cu Siau Hong yang sedang duduk bersemedi itu.
Thian Pak liat segera membentak keras, tangannya diayunkan kedepan dan dua batang hui piau segera meluncur kedepan dan menyambar kedua orang tersebut.
Bersamaan itu pula tubuhnya ikut menerjang kearah lelaki tersebut.
Gerakan tubuh yang dilakukan kedua orang lelaki itu benar-benar amat cepat, piau terbang yang dilepaskan oleh Thian Pak liat tadi segera menjadi sasaran yang kosong.
Dalam pada itu, manusia berbaju hitam itu sudah menyambar lewat melalui sisi tubuhnya.
Thian Pak liat melancarkan pula sebuah pukulan, namun kembali gagal untuk menghajar manusia berbaju hitam itu.
Dalam pada itu Tham Ki wan dan Si Eng masih tetap berada disamping tubuh Cu Siau Hong.
Serentak kedua orang itu meloloskan senjata masing-masing dan menyongsong datangnya kedua oarng manusia berbaju hitam tadi.
Senjata yang dipergunakan Tham Ki wan dan Si Eng adalah dua bilah pedang panjang.
Sebaliknya senjata yang digunakan oleh kedua orang lelaki berbaju hitam itu adalah dua bilah golok besar.
"Traang, traang, traang, traaang...", empat kali dentingan nyaring yang memekakkan telinga berkumandang memecahkan keheningan tahu-tahu kedua bilah golok tersebut sudah berhasil menghantam sepasang pedang tersebut hingga tergetar kesamping.
Sementara kedua orang lelaki berbaju hitam itu tetap melanjutkan terjangannya kearah Cu Siau Hong.
Sekarang keadaan sudah mulai jelas, rupanya tujuan dari kedua orang lelaki berbaju hitam ini adalah untuk membunuh Cu Siau Hong.
Tapi ilmu silat yang dimiliki kedua orang yang berbaju hitam itupun lihay sekali, buktinya dengan kekuatan bacokan golok mereka, serangan pedang dari Tham Ki wan dan Si Eng berhasil dipukul mundur sampai mencelat kesamping.
Setelah kedua belah pihak saling bergebrak satu kali dalam hati Tham Ki wan dan Si Eng pun sudah mempunyai perhitungan yang masak, agaknya kepandaian silat yang dimiliki kedua orang lelaki berbaju hitam itu cukup untuk memaksa mereka harus melangsungkan suatu pertarungan yang amat seru.
Tapi tujuan dari kedua oarng berbaju hitam tersebut tidak berada disitu, mereka berusaha menembusi cegatan-cegatan yang ada dan berusaha sepenuh tenaga untuk membinasakan Cu Siau Hong.
Ilmu meringankan tubuh yang dimilki kedua orang ini benar-benar lihay sekali, gerakan tubuh mereka pun sangat cepat, sewaktu Tham Ki wan melepaskan senjata rahasia, mereka berdua sudah berhasil menerjang kehadapan Cu Siau Hong.
Berada dalam keadaan demikian, meskipun Tham Ki wan menggenggam senjata rahasia ditangan, dia tak berani menyambitnya kedepan, kuatir salah melukai Cu Siau Hong.
Sementara itu kedua orang manusia berbaju hitam itu sudah mengangkat sepasang golok mereka dan membacok kebawah secara amat ganas, mata golok yang berkilauan disertai hawa serangan yang dahsyat langsung menyambar keatas batok kepala Cu Siau Hong.
Disaat cahaya golok sudah hampir menyentuh tubuh si anak muda itulah, mendadak Cu Siau Hong menjatuhkan diri bergelinding kearah samping.
Dengan demikian maka bacokan golok dari kedua orang manusia berbaju hitam itupun mengenai sasaran yang kosong.
Dalam detik yang bersamaan itulah, Seng Hong, Hoa Wan, Ong Peng dan Tan Heng telah menyerbu kemuka.
Kedua belah pihak sama-sama membentuk selapis jaring pedang yang kuat dan rapat untuk membendung terjangan kedua orang manusia berbaju hitam itu kearah depan.
Berada didalam keadaan seperti ini mau tak mau kedua orang manusia berbaju hitam musti memberikan perlawanan.
-------OOOOOO--------  

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang