Pena 60

2.7K 44 0
                                    

"Jangan!" cegah Kian Hui seng, "Bila kita mengusiknya, bukankah pada akhirnya hutang tersebut akan dilimpahkan kembali ke atas kepala Siau hong?
"Setiap kali aku teringat akan cara keji dan munafik yang mereka pergunakan, aku selalu merasa benci, gemas dan mendongkol"
"Kejadiannya toh sudah berkembang jadi begini, kita tak usah terlalu terburu-buru napsu lagi, dalam keadaan seperti ini, yang kita butuhkan sekarang adalah ketenangan, semakin tenang semakin baik."
On Peng segera menenangkan hatinya, kurang lebih seperminum teh kemudian, Tan sianseng itu baru tampak berlarian datang kembali.
Cu Siau hong segera maju menyongsong kedatangannya sembari menegur keras:
"Bagaimana? Sudah ada jawaban?"
"Belum ada, tak mungkin secepat itu"
Kemudian setelah tertawa seram, sambungnya lebih jauh:
"Cu Siau hong, tahukah kau bahwa kau sedang menyerempet bahaya...?
"Mungkin kau akan memperoleh jawaban yang memuaskan, namun kemungkinan juga akan mendatangkan bencana kematian untuk ayahmu sekeluarga.."
"Bencana kematian?"
"Benar, seandainya mereka beranggapan bahwa permintaan yang kau ajukan itu kelewat batas, kemungkinan besar ayahmu sekeluarga akan ketimpa akibatnya"
"Tan sianseng, terlepas berapa besarkah pengaruh dari organisasi kalian ini, namun yang penting adalah tahu aturan, bila tidak tahu aturan, lebih baik kita tak usah membicarakan persoalan ini lebih jauh..."
"Cu Siau hong" seru Tan sianseng kemudian dengan suara dingin, " Tahukah kau, berapa besar kesulitanku yang telah kau bawa bagi diriku..?"
"Tentang soal ini..aku tidak mengerti"
"Kalau begitu kaupun tak usah berpikir lagi, akan kuberitahukan kepadamu"
"Akan kudengarkan dengan seksama"
"kau telah menyebabkan aku mendapat teguran dan dampratan yang paling pedas, kau membuat aku merasakan kesulitan yang paling besar sepanjang hidupku."
"Kalau kau sampi mendapat umpatan atau dampratan, sudah pasti hal ini disebabkan ketidak becusanmu dalam mengurusi pekerjaan, kau tak mampu menaklukkan hatiku sedangkan mengenai kesulitan aku sedikit kurang mengerti"
"Sebelum tengah hari nanti kami harus membersihkan tempat ini dari setiap orang yang hadir"
"Sekarang kau tak bisa melakukannya?
"Yaa, karena kau, aku harus berada disini untuk menantikan jawabanmu itu"
"Tan sianseng, tiada persoalan ini pun kau sama saja tak akan mampu membebaskan daerah di sekitar tempat ini dari kami"
"Mengapa?"
"Karena tanpa adanya peristiwa ini pun, aku sama saja akan tinggal disini, bahkan jumlahnya mungkin akan jauh lebih banyak lagi"
"Cu Siau hong, orang yang berada disini tak akan bisa menyaksikan matahari terbenam nanti"
"Aku paling tidak percaya dengan segala takhayul" sela Kian Hui seng tiba-tiba, "Aku akan tetap tinggal disini untuk mencoba"
"Kian Hui seng, aku akan membuktikan hal ini untukmu" seru Tan sianseng dingin.
Mendadak Cu Siau hong tertawa.
"Tan sianseng, kemunculan Pena wasiat di dunia persilatan memang bertujuan agar orang lain melihat kemunculannya, mengapa kami semua tak boleh tinggal disini?"
"Karena ada sementara persoalan yang tak boleh terlihat orang lain.."
Kian Hui seng segera menghela napas panjang.
"Mungkinkah persoalan ini benar-benar ada sangkut pautnya dengan Pena wasiat?"
Seperti menjawab, namun bukan jawaban, Tan sianseng berkata:
"Cu Siau hong, kau pernah berkata tak akan mencampuri persoalan apa pun, bukankah demikian?"
"Benar, cuma aku harus menunggu sampai kalian memberikan jaminan sebelum nya, aku tak akan mencampuri persoalan apa saja!"
"Cu Siau hong, kau harus memahami keadaan sendiri, hal semacam ini akan berakibat masalahnya bertambah kalut"
"Kau toh sudah berkata, kau pun tak dapat mengambil keputusan, bagaimana pun jua suratmu sudah kau kirimkan, aku percaya kau pun tak akan membantu dengan mengucapkan kata-kata yang enak didengar, bukankah demikian?"
"Cu Siau hong, kau benar-benar tidak akan memperdulikan keselamatan dari keluargamu?"
Cu Siau hong tertawa.
"Aku akan perhatikan,bahkan memperhatikan dengan serius, bahkan akupun bersedia menggunakan keselmatan jiwaku sendiri untuk ditukar dengan keselamatan mereka, cuma aku harus mengetahui latar belakang yang sebenarnya, aku harus melihat dulu mereka, aku tak akan mendengarkan beberapa patah kata kalian dan mempercayainya dengan begitu saja"
"Hmmm! Nampaknya kau tak akan melelehkan air mata sebelum menyaksikan peti mati"
"Tan sianseng" ujar Cu Siau hong dengan serius, "Sebelum memperoleh jawaban yang pasti, lebih baik kau menganggap diriku sebagai musuh, aku dapat menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk mengganggu kalian sebisa-bisanya.
"Kau benar-benar seorang manusia yang tak tahu mati hidup, sekarang, bila tindakanmu kelewat keji, dikemudian hari kau akan bertambahan dengan sejumlah musuh"
Cu Siau hong tertawa dingin.
"Kau keliru besar" katanya, "Tan sianseng, cara Toa sianseng menggunakan orang hanya berdasarkan bakat, ilmu silat dan kemampuan yang dimilikinya, semakin tinggi ilmu silat dimiliki seseorang, semakin dihargai orang tersebut, bila aku bisa memperlihatkan kemampuan bersilatku yang jauh melebihi sekarang, dia akan semakin menghargai diriku, berbicara sampai disini, aku jadi turut memikirkan bagi dirimu"
"Apa yang kau kuatirkan tentang aku?"
"Walau pun rencana busuk yang memancing orang lain masuk jebakan bukan muncul dari benakmu, tapi hal ini sudah jelas ada sangkut pautnya dengan kau, oleh karena itu kaulah yang diutus untuk mengadakan pembicaraan denganku, perduli bagaimana pun juga yang jelas hutang ini telah kucatat atas dirimu, seandainya aku tak bisa melewati masalah ini secara menguntungkan, maka kaulah pertama-tama yang akan kubunuh lebih dulu, bila aku dipaksa untuk bergabung dengan organisasi kalian itu, kami pun akan berdiri dalam posisi permusuhan yang tiada akhirnya.."
"Sampai begitu dalamkah rasa bencimu terhadap aku?"
"Benar, aku membencimu, rasa benciku sudah merasuk sampai ke tulang sum-sum, kalau bisa aku ingin sekali membunuhmu saat ini juga"
Tan sianseng segera tertawa dingin.
"Baiklah, Cu Siau hong, akan kuterima ucapanmu itu di hati, sekarang kau harus segera mundur dari lembah ini sambil menunggu kabar, kalau tidak..."
"Kalau tidak, mau apa kau?" Cu Siau hong segera menyambung.
"Akan kubunuh kau!" ancam Tan sianseng dingin.
"Bila kau membunuhku, apakah kau tidak takut ditegur oleh toa sianseng?"
"Lebih baik aku mendapat dampratan dari toa sianseng daripada menerima penghinaan serta cemoohan darimu lagi!"
"Tan sianseng, sebelum kuperoleh keputusan dari toa sianseng aku pun tak akan tunduk pada perkataanmu"
Mendadak Tan sianseng mendongakkan kepalanya sambil berpekik sangat aneh.
Di tengah pekikan tersebut, tampak dua orang manusia berbaju putih dan dua orang manusia berbaju hitam meluncur datang dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Belum habis suara pekikan tersebut, keempat orang manusia tersebut tiba disamping Tan sianseng.
Keempat orang itu berdiri sangat rapi, delapan mata mereka yang tajam mengawasi Cu Siau hong sekalian dengan pandangan dingin.
Begitu beradu pandangan dengan keempat orang itu, Cu Siau hong merasakan hatinya bergetar keras.
Dengan pengalaman Kian Hui seng yang luas pun sewaktu beradu pandangan dengan mereka, hatinya turut bergetar keras.
Ternyata sorot mata keempat orang itu sama sekali tidak mirip dengan sorot mata manusia biasa, itulah sinar yang terpancar dari balik kematian, seperti seekor binatang buas yang senang mengincar mangsanya, mendatangkan perasaan yang tak sedap dan bergidik bagi siapa yang melihatnya.
Dengan suara lirih Hoa Wan segera berbisik:
"Seng Hong, pernahkah kau menyaksikan manusia seperti ini?"
Dengan cepat Seng Hong menggeleng.
"Belum pernah kujumpai, tapi tampaknya mereka seperti tidak mirip dengan manusia"
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang.
"Tan sianseng, mungkinkah mereka yang dimaksudkan sebagai pembunuh-pembunuh kematian?" tiba-tiba ia bertanya.
Sembari berkata, tangan kanannya menggenggam gagang pedangnya kencang-kencang.
"Betul!" Tan sianseng mengangguk.
Dengan cepat Cu Siau hong berseru:
"Seng Hong, Hoa Wan, Ong Peng, Tan Heng, kalian berempat segera membentuk barisan untuk menahan serangan musuh"
Keempat orang itu segera menggerakkan tubuh masing-masing membentuk sebuah barisan pertahanan.
Pelan-pelan Cu Siau hong mengalihkan sorot matanya mengawasi manusia berbaju putih yang bersenjata pedang itu, kemudian ujarnya lagi:
"Toako, lebih baik kita pun berdiri agak dekat sehingga masing-masing bisa saling membantu"
Sementara itu Kian Hui seng telah menghimpun segenap tenaga dalam yang dimiliki ke atas tangan kanannya yang menggenggam gagang golok, ibaratnya busur yang ditarik kencang-kencang, setiap saat serangan mautnya bisa dilancarkan.
Sekali pun begitu, dia toh bergeser juga secara pelan-pelan mendekati Cu Siau hong.
Dengan suara dingin Tan sianseng berkata:
"Tiada orang dapat melawan pembunuh-pembunuh kematian, asal mereka sudah turun tangan, maka pertarungan baru berakhir bila salah satu diantaranya telah tewas"
"Aku dapat menyaksikan hal itu dari sorot matanya, aku pun percaya serangan yang mereka pergunakan ganas sekali tapi mengapa mereka belum juga turun tangan?"
"Mereka sedang menantikan perintahku"
"Aku mengerti, mereka adalah sekelompok manusia yang telah kehilangan kesadarannya karena itu semua gerak-gerik mereka telah kalian kendalikan"
"Betul"
"Kalau begitu mereka adalah manusia-manusia yang tak perlu diajak berbicara lagi"
Mendadak dia melancarkan serangan kilat.
Cu Siau hong mengerti saat ini dia sedang berada dalam keadaan yang berbahaya sekali sedang musuh yang harus dihadapi adalah sekelompok manusia yang telah kehilangan kesadarannya ibarat pembunuh-pembunuh yang tak berotak tentu saja mereka pun tak bisa melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan dunia persilatan.
Serangan pedang yang dilancarkan olehnya dilancarkan bagaikan sambaran kilat, hebatnya bukan kepalang.
Dua orang pembunuh berbaju putih itu segera menjerit kesakitan dan roboh ke tanah.
Benar-benar sebuah serangan yang amat pesat.
Reaksi yang dilakukan Tan sianseng adalah mundur lima langkah lebih dahulu, kemudian baru memperdengarkan suara pekikan yang sangat aneh..."
Dua orang pembunuh berbaju hitam serentak meloloskan goloknya secepat kilat, kemudian maju kedepan sambil melancarkan serangan.
Kian Hui seng menyambut datangnya salah seorang pembunuh berbaju hitam itu, pertarungan pun segera berkobar.
Ong Peng, Tan Heng dan Hoa Wan serentak maju padu menyambut pembunuh berbaju hitam lainnya.
Oleh karena serangan Cu Siau hong yang sekali serangan berhasil membunuh dua orang pembunuh berbaju putih, hal ini menyebabkan kekuatan yang dimiliki pembunuh-pembunuh kematian tersebut menjadi berkurang setengahnya.
Ilmu golok Kian Hui seng lihay sekali, kepandaian tersebut termasuk kepandaian nomor wahid, namun pertarungannya melawan pembunuh berbaju hitam itu berlangsung seimbang dan ia gagal untuk meraih kemenangan dalam waktu singkat.
Perubahan ilmu yang digunakan pembunuh berbaju hitam itu sesungguhnya tidak termasuk luar biasa akan tetapi ilmu goloknya sendiri justru memiliki semacam bahaya pembunuhan yang mengerikan hati.....
Yang paling hebat lagi adalah sering kali tusukan golok yang dilancarkan Kian Hui seng ternyata disambut pula dengan sebuah bacokan lain tanpa mengindahkan keselamatan jiwa sendiri.
Tentu saja Kian Hui seng dapat membunuh pembunuh berbaju hitam itu dalam sekali bacokan, tapi serangan balasan dari pembunuh berbaju hitam itu meski belum tentu bisa membinasakan Kian Hui seng, paling tidak dapat pula membuat Kian Hui seng menderita luka parah.
Ilmu golok yang begitu ganas, serta caranya yang begitu nekad sudah cukup untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari perubahan ilmu goloknya.
Setiap kali Kian Hui seng melancarkan serangan maut dapat mengungguli lawannya, setiap saat pula pihak lawan mengeluarkan jurus serangan beradu jiwa untuk menyambut ancaman.
Pertarungan pun berlangsung dalam keadaan begini, ratusan gebrakan sudah lewat, namun belum juga kemenangan bisa ditentukan.
Ong Peng sekalian berempat yang bertarung melawan pembunuh berbaju hitam lainnya berlangsung pula dalam keadaan berimbang, untuk sementara waktu menang kalah pun sukar diketahui.
Akan tetapi kerja sama dari keempat orang itu dapat dilangsungkan secara amat sempurna, setiap kali mereka membendung serangan golok dari pembunuh berbaju hitam yang teramat ganas dan berbahaya itu.
Tetapi, sistim pertarungan yang begitu nekad dari musuhnya serta jurus-jurus adu jiwa yang setiap kali digunakan membuat keempat orang itu kerepotan juga untuk berusaha menaklukannya.
Cu Siau hong mengikuti jalannya pertarungan itu dari sisi arena, mendadak ia berkata dingin:
"Inikah pembunuh-pembunuh kematian yang kalian andalkan untuk menghadapi umat persilatan?"
"To Kok bu seng (Golok lewat tanpa suara) Kian Hui seng saja tak lebih hanya mampu bertarung seimbang dan sama kekuatan semacam ini masih belum cukup tangguh?"
"Padahal mereka mempunyai banyak titik kelemahan asal kutunjukka satu dua tempat kepada mereka maka dengan cepat mereka dapat terluka di tangan Kian Hui seng tayhiap"
"Saudara Cu, masa kau mempunyai kemampuan sehebat itu" setu Tan sianseng tidak percaya.
"Kau boleh saja tak percaya, tapi aku dapat segera membuktikannya untukmu"
Setelah berhenti sejenak dia menyambung.
"Toako, lancarkan serangan ke tengah jalan dan hadang tangan kanannya yang menggenggam golok"
Sementara itu Kian Hui seng sedang memutar otak untuk mencari akal bagaimana caranya didalam pertarungan yang sedang berlangsung menaklukkan lawannya.
Dalam pertarungan tadi dalam waktu singkat dia sudah menemukan dua puluh delapan macam cara untuk menaklukkan lawan akan tetapi tak satu pun dari cara-cara tersebut yang bisa dipakai untuk menaklukkan pembunuh nekad yang tidak memperdulikan mati hidup sendiri itu.
Ucapan Cu Siau hong sekarang segera menyadarkan kembali dirinya akan hal tersebut.
Sementara itu si pembunuh berbaju hitam itu masih saja melancarkan bacokan langsung ke hadapannya.
Kian Hui seng segera mengayunkan goloknya untuk menangkis, kemudian melancarkan sebuah serangan balasan.
Tanpa memperdulikan keselamatan sendiri cepat-cepat pembunuh berbaju hitam itu mengayunkan goloknya sambil melancarkan bacokan kembali kedepan dada.
Bila Kian Hui seng melancarkan serangannya, niscaya dia akan berhasil memapas kutung tubuh lawan menjadi dua bagian, tapi dia sendiripun tak akan mampu menghindarkan diri dari bacokan golok pembunuh berbaju hitam yang ditujukan keatas dadanya.
Jelas cara ini merupakan suatu sistim pertarungan beradu jiwa, atau dengan perkataan lain, inilah jurus ampuh yang diandalkan pembunuh kematian.
Sayang sekali, Kian Hui seng bertindak cerdik kali ini, goloknya dia sengaja menyisakan sedikit kekuatannya yang tidak dipancarkan keluar.
Begitu serangan golok tersebut mencapai di tengah jalan, mendadak saja dia membalikkan badan sambil balik membacok lengan kanan musuh, sementara tubuhnya pun ikut mengegos ke samping.
Dimana cahaya golok berkelebat lewat, terdengarlah jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan keheningan, lengan kanan lelaki tersebut segera terpapas kutung menjadi dua bagian.
Lengan kanannya yang kutung tampak masih menggenggam goloknya kencang-kencang dan terlempar sejauh satu kaki lebih.
Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya tenaga bacokan yang dipergunakan.
Meski lengannya terbacok kutung, ternyata pembunuh berbaju hitam itu masih tetap ganas dan buas.
Tangan kirinya segera diayunkan kedepan melancarkan sebuah pukulan yang keras.
Sambil tertawa dingin Kian Hui seng segera mengejek:
"Hmm, pingin mampus rupanya kau!"
Dengan mengayunkan goloknya sekali lagi dia melancarkan sebuah bacokan kilat.
Di tengah percikan darah yang memancar kemana-mana, tubuh si pembunuh kematian sudah terbabat kutung menjadi dua bagian.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertempuran berdarah, tampaknya pembunuh-pembunuh kematian tak akan mengakhiri serangannya sebelum mereka terbunuh.
Tan Heng, Ong Peng, Seng Hong dan Hoa Wan segera melancarkan pula serangan balasan secara bertubi-tubi, setelah melakukan pertarungan sekian lama, rupanya mereka telah berhasil menemukan suatu cara untuk menaklukkan lawan.
Dengan sekuat tenaga Tan Heng dan Ong Peng mengurung golok pembunuh berbaju hitam itu, mereka memaksakan suatu pertarungan keras lawan keras, sebaliknya Seng Hong dan Hoa Wan mengandalkan kelincahan jurus pedangnya menyerbu dan mendesak masuk kebalik kubu pertahanan lawan.
Secara beruntun manusia berbaju hitam itu sudah terkena delapan tusukan pedang, seluruh tubuhnya telah basah oleh darah, namun mereka tetap harus berjuang dengan sekuat tenaga.
Ong Peng dan Tan Heng yang menyaksikan kejadian tersebut sungguh merasakan hatinya bergetar keras, belum pernah mereka sangka kalau seseorang yang telah menderita luka separah ini pun masih bisa melanjutkan pertarungannya.
Mendadak Seng Hong memilih suatu sudut posisi yang paling tepat, kemudian sekuat tenaga melancarkan sebuah tusukan kedepan.
Tusukan tersebut tembus dari punggung hingga muncul didepan dada manusia berbaju hitam itu.
Tiba-tiba saja manusia berbaju hitam itu menghentikan perlawanannya dan roboh terkapar diatas tanah.
Selama pembunuh kematian masih memiliki sedikit sisa kekuatan, dia tak akan pernah menghentikan perlawanannya.
Sementara itu, Cu Siau hong telah mengerahkan sebagian besar semangat dan perhatiannya untuk menghadapi Tan sianseng, namun Tan sianseng bersikap cukup tenang dan mampu menahan diri hingga dua orang pembunuh berbaju hitamnya roboh binasa semua dia masih tetap berdiri tak bergerak di tempat semula.
Sesudah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan Cu Siau hong berkata:
"Saudara, kau memang benar-benar sangat lihay"
Dengan cepat Tan sianseng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Aku tidak menyangka kalau pembunuh-pembunuh kematian ternyata begini tak becus"
"Mereka telah menggunakan kemampuan yang dimiliki"
"Tapi mereka tak pernah dapat menyelesaikan tugas yang dibebankan diatas pundak mereka"
"Tan sianseng, seharusnya kau persiapkan lebih banyak pembunuh kematian, mungkin keadannya akan mengalami perubahan"
"Ehmmm..."
"Mengapa saudara tidak berbuat demikian?"
"Aku harus mencoba dulu kekuatan mereka, aku ingin tahu sesungguhnya berapa besarkah kemampuan yang mereka miliki dan bisa unggul sampai situasi yang bagaimana, namun kedua orang pembunuh berbaju putih telah kau bunuh secara tiba-tiba sehingga tak sempat bagiku untuk mengetahui sampai dimanakah taraf ilmu pedang yang dimilikinya, kejadian ini sungguh merupakan sesuatu yang patut kusesali."
"Tampaknya kau sama sekali tidak ambil perduli atas mati hidup mereka.."
Tan sianseng tertawa hambar.
"Tujuan dari pembunuh-pembunuh kematian adalah kematian, kalau mereka belum turun tangan masih mendingan, tapi begitu turun tangan, hanya ada dua kemungkinan bagi mereka, satu adalah kematian musuh atau kedua adalah kematian untuk mereka sendiri"
Mereka sangat pemberani, cuma keberaniannya kelewat batas, meski seluruh tubuh mereka sudah terkena tusukan, sekujur badan sudah bermandikan darah, namun mereka masih saja melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan"
Tan sianseng tertawa dingin.
"Walaupun keberanian mereka cukup mengerikan, namun ilmu silat yang mereka miliki masih belum sanggup untuk memikul tanggung jawab yang amat berat ini"
"Kalau didengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya kau sangat tidak puas terhadap mereka?"
"Tidak puas, benar-benar tidak puas"
"Tan sianseng, kalau toh tidak puas, mengapa kau tidak turun tangan sendiri?"
"Cu Siau hong, aku tidak takut kepadamu, namun saat ini bukan saat kita untuk bertarung"
"Lantas, kapankah Tan sianseng baru bersedia untuk turun tangan."
"Sudah hampir, asal kau bisa menunggu sebelum matahari terbenam sore nanti, kita berdua pasti akan melangsungkan suatu pertarungan yang amat seru"
"Oooh..seandainya aku menantangmu sekarang juga?"
"Cu Siau hong, aku tak bakal menyanggupi permintaanmu!"
Cu Siau hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh...haaah..haaah..kau pasti mengerti bukan, oleh karena secara tiba-tiba aku bisa membunuh dua orang pembunuh berbaju putih itu, berarti secara tiba-tiba pula aku bisa turun tangan untuk membunuhmu"
"Meski kenyataan di depan mata, namun aku tidak percaya"
"Baik, kalau begitu berhati-hatilah, aku akan segera turun tangan.."
"Sreeet...!" sebuah tusukan kilat segera dilontarkan kearah depan.
Tan sianseng segera menggerakkan tangan kanannya, sebilah pedang lemas melayang keluar dari ujung bajunya untuk menyambut datangnya serangan pedang dari Cu Siau hong.
Kalau kebanyakan pedang lemas dililitkan pada pinggang, maka pedang lemas Tan sianseng hanya dililitkan pada pergelangan tangan kanannya.
Setelah berhasil menerima sebuah serangan Cu Siau hong, Tan sianseng segera menarik kembali pedangnya, kemudian sambil mengayunkan tangan kanannya melancarkan serangan balasan.
Pedangnya yang berada dibalik ujung baju itu bisa diulur keluar, bisa juga ditarik kembali, panjang atau pendeknya menurut kehendak hati, senjata semacam ini sungguh merupakan sebuah senjata yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
Dengan suara dingin Cu Siau hong berseru:
"Pedang saudara sungguh aneh sekali!"
"Jurus serangannya juga sangat aneh" sambung Tan sianseng dengan cepat.
Sementara berbicara tangan kanannya digetarkan, tiba-tiba saja pedang lemasnya berubah menjadi serentetan cahaya tajam lalu secara beruntun melancarkan tujuh buah serangan dahsyat.
Jurus pedangnya memang sangat aneh, diantara jurus pedangnya tersebut tiba-tiba mengeras, tiba-tiba menjadi lunak, perubahan jurus serangannya sukar diraba.
Untung saja dari dalam kitab bu beng kiam boh, Cu Siau hong pernah mempelajari semacam ilmu pedang pelindung badan diantaranya kilatan cahaya pedangnya tampak selapis hawa pedang melindungi seluruh tubuhnya, ketujuh buah serangan tersebut hampir semuanya berhasil ditahan olehnya.
Tidak menanti Cu Siau hong melancarkan serangan balasan, begitu selesai dengan ketujuh serangan pedangnya mendadak Tan sianseng menarik kembali pedangnya sambil mundur.
Baik Kian Hui seng maupun Ong Peng sekalian tidak turun tangan, mereka hanya berdiri disamping sambil menonton jalannya peristiwa tersebut.
Tan sianseng ini bisa muncul dengan identitas dan wajah aslinya, hal ini membuktikan kalau organisasi tersebut agaknya sudah bersiap sedia melakukan suatu penyelesaian diatas tebing Yang jit gay.
Berpikir sampai kesitu, perasaan Kian Hui seng ibaratnya ditusuk dengan seilah pisau. Terhadap Pena wasiat, dia selalu menaruh perasaan hormat dan kagum, tapi sekarang berbagai kecurigaan telah menyelimuti Pena wasiat tersebut. Terhadap masalah ini, dia merasakan suatu penderitaan yang sangat mendalam.
Oleh sebab itu hatinya jauh lebih gelisah daripada Cu Siau hong, dia berharap bisa memahami latar belakang yang sesungguhnya.
Setelah menghembuskan napas panjang, Kian Hui seng berkata:
"Saudara, ilmu pedang yang dimiliki Tn sianseng ini bukan Cuma aneh, bahkan sangat ganas dan dahsyat, hakekatnya merupakan jurus pedang pembunuh, jangan kita lepaskan dirinya dengan begitu saja."
"Nah, Tan sianseng sudah kau dengar perkataan itu?" kata Cu Siau hong kemudian.
"Kenapa kalau sudah kudengar?"
"Dia suruh aku membunuhmu!"
Mendengar ucapan mana, Tan sianseng segera tertawa.
"Akhirnya aku berhasil juga membuktikan akan suatu persoalan"
"Persoalan apa?"
"Rasa percaya pada dirimu kelewat besar, sedemikian besarnya sehingga kau sendiri pun beranggapan apa saja mampu kau lakukan"
Cu Siau hong tersenyum, "Ucapan ini mmempunyai suatu makna yang mendalam, hanya manusia yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang sangat kuat baru tak akan terpengaruh oleh keseraman serta kesadisanmu, tak mungkin akan tunduk dan takluk oleh kekejian kalian"
"Itu mah keberanian seoarng jago silat kasaran, tindakan semacam ini berarti hanya ingin mencari kebinasaan bagi diri sendiri"
"Kau keliru besar, kepercayaan seorang terhadap diri sendiri bukan kepercayaan yang membabi buta, aku sendiri percaya dengan kemampuanku, percaya dengan ilmu silat yang kumiliki, kesemuanya ini menimbulkan rasa percayaku pada diri sendiri.
Kemudian, setelah tertawa, sambungnya lebih jauh:
"Cuma yang terpenting adalah pandangan seorang terhadap mati hidup, ada yang mati seberat bukit Thay san, ada yang mati seringan bulu, bila masalah mati hidup sudah dipahami, maka orang itu tak akan terpengaruh lagi oleh ancaman gertakan mau pun bujuk rayu"
"Kalau begitu, Cu siauhiap, terhadap keselamatan keluargamu yang berjumlah tiga puluhan orang, kau sama sekali tidak ambil perduli?"
"Bukan begitu maksudku, mereka kalau anggota persilatan, tentu saja aku tak akan ambil perduli, tapi mereka bukan, maka aku merasa cara yang kalian pergunakan terlalu rendah dan tak tahu malu"
"Bila ucapan-ucapan tersebut kusampaikan kepada Toa sianseng, dia tak akan membicarakan persoalan ini lebih lanjut"
"Persoalan amat memusingkan kepalaku, dan selama ini aku tak pernah berhasil melakukan suatu penyelesaian secara benar-benar, namun aku rasa aku tak akan terlalu tunduk kepada kehendakmu, apalagi menerima syarat-syarat yang kau ajukan"
"Bagus, rupanya kau berniat untuk mengorbankan keluargamu demi kepentingan umum"
"Tan sianseng, bila kau adalah orang yang bisa mengambil keputusan, aku bersedia pula untuk membicarakan persoalan ini secara baik-baik, sayang sekali kau tidak dapat!"
"Tapi aku bisa menyampaikan kata-katamu itu, mungkin akibat dari ucapanmu itu bisa mempengaruhi mati hidup mereka"
Cu Siau hong tertawa dingin.
"Tan sianseng, tak usah menggertak aku, paling tidak kau bukan orang yang sanggup mengambil keputusan, sekarang aku harus melancarkan serangan lagi"
Pedangnya diangkat, kemudian melancarkan sebuah serangan dahsyat kedepan.
Suatu pertarungan sengit pun segera berkobar kembali.
Kali ini Cu Siau hong tidak berbelas kasihan lagi, pedangnya segera melancarkan serangan-serangan berantai.
Bukan saja jurus serangannya berubah menjadi sangat ganas dan buas, bahkan perubahannya hampir boleh dibilang sama sekali tak mampu diraba.
Setelah menerima lima belas jurus serangan pedang, Tan sianseng telah dipaksa mundur sejauh lima langkah.
Tatkala pertarungan mencapai saat yang paling menguntungkan baginya, tiba-tiba Cu Siau hong berhenti menyerang.
Dengan keheranan Kian Hui seng segera bertanya:
"Saudaraku, mengapa kau? Mengapa kau tidak mendesak lebih jauh?"
"Aku hendak memberi sebuah kesempatan baginay?
Tiba-tiba Tan sianseng menghela napas panjang.
"Aaaai, Cu Siau hong tahukah kau ilmu pedang yang kau pergunakan itu apa namanya?"
Cu Siau hong memang tidak mengetahui apa nama ilmu pedang yang dipergunakan olehnya, sahutnya sambil tertawa:
"Tan sianseng, apakah kau kenal dengan jurus pedang tersebut?"
"Tay lo cap ji si.."
Mendadak paras mukanya berubah menjadi amat serius, katanya lagi:
"Cu siauhiap, aku pun pernah mempelajari jurus pedangmu itu, Cuma aku hanya sempat mempelajari dua jurus, ilmu pedang semacam ini kehebatannya terletak pada perjalanan selama berlatih pedang, makin keatas kedahsyatannya bertambah besar. Cu siauhiap, mungkin kau benar-benar tidak tahu, sesungguhnya jurus pedang tersebut ada sangkut pautnya dengan kemajuan tenaga dalam seseorang, setiap kita berlatih ilmu pedang tersebut satu kali, maka tenaga dalam yang kita miliki akan bertambah lebih dahsyat"
Kejadian semacam ini belum pernah dijumpai dalam dunia persilatan, bahkan manusia yang berpengalaman luas seperti Kian Hui seng pun belum pernah mendengar tentang persoalan ini.
Cu Siau hong sendiri pun baru pertama kali ini mendengar tentang hal tersebut, untuk beberapa saat dia menjadi tertegun.
Tapi setelah dia mencoba untuk memikirkan kembali jurus-jurus pedang tersebut dengan lebih seksama, segera terasa olehnya kalau keadaan yang sebenarnya memang demikian.
Terdengar Tan sianseng berkata lebih jauh:
"Cu Siau hong, kau dan toa sianseng sesungguhnya mempunyai hubungan apa?"
"Apa kau bilang?" Cu Siau hong merasakan hatinya bergetar keras.
"Tay lo cap ji si merupakan salah satu ilmu sakti dari Toa sianseng.." ilang Tan sianseng lagi.
Seperti ada orang yang tiba-tiba menghantam dada Cu Siau hong dengan martil-martil yang besar, merasakan kepalanya menjadi pening dan hampir saja roboh terjengkang keatas tanah.
Setelah berhasil menenangkan hatinya, pelan-pelan Cu Siau hong berkata lebih jauh:
"Bagaimana mungkin aku bisa mempelajari ilmu pedang dari Toa sianseng kalian? Terus terang saja aku sama sekali tidak kenal dengan dirinya.."
"Aku mengenal ilmu Tay lo cap ji si tersebut, bahkan pernah mempelajari dua gerakan diantaranya, setelah kau menggunakannya tadi dengan cepat aku bisa mengatakan yakin bahwa kau pernah mempelajari ilmu Tay lo cap ji si kiam pula"
"Sekali pun aku pernah mempelajari ilmu pedang Tay lo cap ji si, tapi apa sangkut pautnya dengan Toa sianseng kalian?"
"Kepandaian tersebut merupakan ilmu sakti dari Toa sianseng, tidak mungkin ada orang kedua di dunia ini yang bisa mempelajari ilmu pedang tersebut"
"Aku bisa ilmu tersebut dan aku tidak kenal dengan Toa sianseng, buktinya tanpa mengenal dia pun aku bisa mempelajari kepandaian mana.."
Tan sianseng menghela napas.
"Saudara Cu, aku bukannya sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk membinasakan dirimu, cuma Toa sianseng ingin menarikmu agar turut serta dalam organisasi ini, oleh sebab itu kami tidak menggunakan cara yang kelewat keji terhadap dirimu"
"Sebenarnya kalian bermaksud hendak menggunakan cara keji apakah untuk menghadapi diriku?"
"Akan kuterangkan salah satu cara diantaranya kepadamu, asal kami menyemburkan semacam air obat keatas tubuhmu, maka akan muncul banyak sekali lebah beracun serta beberapa macam serangga lainnya yang akan menguntilmu kemana pun kau pergi"
"Aaah, masa begitu?"
"Belum, saudara Cu akan kuterangkan sebuah cara keji lagi kepadamu.."
"Akan kudengarkan dengan seksama"
"Ada semacam racun keji yang bisa diundur masa bekerjanya hingga tiga hari kemudian, apa lagi racun itu disebarkan dengan meminjam sesuatu benda"
-------ooo-------  

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang