"Hamba hanya sanggup mengajukan sebuah pendapat yang bodoh, semoga kongcu bersedia untuk memikirkan tiga kali sebelum mengambil suatu tindakan," kembali Ong Peng berkata.
Cu Siau hong manggut-manggut, dia lantas mengalihkan sorot matanya ke atas wajah nona berbaju hijau itu katanya pelan:
"Nona, bolehkah kau berbicara?"Nona berbaju hijau itu menggeleng lalu tersenyum, ibarat sekuntum bunga yang baru saja mekar, begitu cantik dan begitu menawannya.
"Kenapa? Kenapa kau enggan berbicara?"Kembali nona berbaju hijau itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
Agaknya dia telah mengambil suatu keputusan, yakni membungkam dalam seribu bahasa.
Selama hidup belum pernah Cu Siau hong menjumpai kesulitan seperti yang dijumpai hari ini, walaupun dia tahu kalau gadis itu dapat berbicara namun ia enggan untuk membuka suara.Berada dalam keadaan demikian, Cu Siau hong tak dapat memaksanya dengan kekerasan, tak dapt pula membujuk dengan cara yang halus, untuk sesaat dia tak tahu bagaimana caranya untuk membuatnya mau berbicara dengannya.
Ong Peng menghembuskan napas panjang, lalu berkata:
"Kongcu, aku lihat urusan ini makin lama semakin tidak beres, kongcu tak boleh bertindak secara gegabah, kau harus berusaha untuk mempertahankan hidupmu lebih jauh"Dia hanya tahu untuk membujuk Cu Siau hong agar tidak mengambil keputusan pendek, dia hanya tahu Cu Siau hong tak boleh mati, apa pun yang harus dikatakan, dia berusaha untuk mengutarakannya keluar.
Cu Siau hong tertawa lebar setelah mendengar perkataannya itu, mendadak dia bangkit berdiri kemudian berkata:
"Toa sianseng, aku telah berhasil memahami satu persoalan"
"Persoalan apa?"
"Benarkah kau mempunyai keyakinan dapat membinasakan diriku?"
"Seharusnya hal ini bukan suatu perbuatan yang sulit bagiku untuk melaksanakannya"
"Kau ataukah nona berbaju hijau ini?"
"Kedua-duanya dapat melakukan"Cu Siau hong segera berpaling kearah nona berbaju hijau itu kemudian serunya:
"Ji siocia kau tak berani berbicara karena takut aku dapat mengenali suaramu?""Cu Siau hong kau memang sangat cerdik" sahut nona berbaju hijau sambil ikut bangkit pula.
"Nona, bila Toa sianseng tidak memperingatkan kepadaku aku masih belum dapat menduga sampai kesana"
"Sayang sekali kau sudah ditakdirkan untuk mati disini"
"Betul aku mati karena mati dalam pertempuran, bukan mati karena menghantar nyawaku sendiri""Jadi kau sudah tidak ambil perduli lagi atas keselamatan jiwa dari anggota keluargamu?"
"Bila aku mati dalam pertempuran nanti kalian pun tidak usah mencelakai anggota keluargaku lagi, sebaliknya bila kami yang unggul hari ini, kalian lebih tak mampu untuk mencelakai mereka""Cu Siau hong berani bersikap kurang ajar?" tiba-tiba Toa sianseng membentak amat keras.
"Kalian hendak membunuhku sedang aku tak sudi menyerah dan mandah dibunuh dengan begitu saja, apakah tindakan semacam ini bisa dianggap sebagai suatu tindakan kurang ajar?"
"Cu Siau hong, aku sudah cukup bersabar terhadap dirimu, sekarang aku telah mengambil keputusan untuk membunuhmu lebih dahulu""Hampir saja aku bunuh diri didalam suatu perencanaan yang amat bagus dan sempurna, tapi sekarang akupun telah mengambil keputusan untuk melawan, aku bisa jadi mati di tangan kalian tapi yang pasti aku bukan mati karena bunuh diri"
"Baik, aku akan memenuhi pengharapanmu itu" seru Toa sianseng.Mendadak nona berbaju hijau itu bangkit berdiri, kemudian berkata dengan nyaring:
"Cu Siau hong, semula aku mengira kita dapat hidup bersama-sama secara damai dan bersahabat, siapa sangka kita harus saling bermusuhan dalam keadaan seperti ini""Bunuh dia, semakin cepat semakin baik" perintah To sianseng dengan marah.
Cu Siau hong meraba gagang pedangnya, kemudian berkata:
"Silahkan kau meloloskan pedangmu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Wasiat (Juen Jui Pi)
FanficDalam kitab Ping-ki-boh (catatan ilmu senjata) tercatat pelbagai ilmu silat kenamaan dalam dunia persilatan serta ulasan tentang senjata tajam, terutama tentang kegunaan istimewa pelbagai senjata aneh, barang siapa dapat membaca kitab Ping-ki-b...