Pena 24

2.5K 38 0
                                    

"Nona, tolong tanya apa sebabnya ibumu tidak datang sendiri?"

"Ibuku tak bisa kemari lantaran masih ada urusan lain, itulah sebabnya aku diutus untuk mewakilinya, tapi Cianpwe tersebut telah mengingkari janjinya."

"Dalam sepuluh tahun yang panjang, pelbagai perubahan besar mungkin saja bisa terjadi, siapa tahu Ui Thong seperti juga ibumu, lantaran ada urusan lain sehingga tak bisa datang."

"Sekalipun ia tak bisa datang, sepantasnya kalau mencari seseorang untuk mewakilinya, ibuku berkata Ui Thong pandai melihat kejadian di masa mendatang, apa yang dia katakan sudah pasti tak bakal salah lagi."

"Nona," kata Tan Tiang-kim pula, sepuluh tahun belakangan ini belum pernah kudengar tentang kabar berita Ui Thong, terus terang saja hal ini merupakan suatu kecurigaan yang besar sekali, bila ia tinggal di sekitar sini, aku si pengemis tua percaya jejaknya pasti dapat ditemukan."

Ngo-tok-giok-li tampak tertegun untuk sesaat lamanya, kemudian bisiknya agak ragu,

"Maksudmu....... maksudmu........ dia sudah mati."

"Aku hanya bisa mengatakan, sudah lama tak pernah kudengar kabar beritanya lagi."

"Mungkin ia sedang melakukan semadi, mungkin juga ia benar-benar sudah ketimpa musibah yang di luar dugaan, dalam hal ini apakah nona telah memikirkannya?" ujar Pek Bwe pula.

Ngo-tok-giok-li segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Belum, ibuku tak pernah memberitahukan hal-hal sebanyak itu kepadaku, seratus persen dia percaya dengan apa yang pernah diucapkan oleh Ui Thong."

"Aku tahu Ui Thong memang memiliki banyak kepandaian yang melebihi orang lain," kata Tan Tiang-kim lagi, "tapi nona, orang yang pandai meramal sering kali tak sanggup untuk meramal nasib sendiri."

Sekali lagi Ngo-tok-giok-li dibikin tertegun.

"Jadi kalau begitu, dia benar-benar sudah mati," demikian ia berbisik lirih.

"Sekalipun belum mati, sudah pasti penghidupannya harus dilewatkan dalam keadaan yang kurang menyenangkan," Pek Bwe menambahkan.

"Dari mana kau bisa tahu?"

"Oooh, aku kan cuma menduga-duga sendiri."

"Mengapa kau tidak menduga kalau penghidupannya dilewatkan dalam keadaan baik dan senang?"

"Jika dia bisa melewatkan kehidupannya dengan baik dan senang, masa dia bisa sampai mengingkari janji?"

"Soal ini, soal ini...." Ngo-tok-giok-li menjadi tergagap dan tak mampu meneruskan katanya.

"Menurut apa yang kuketahui, dia adalah seorang lelaki yang amat memegang janji, seorang yang bisa dipercaya perkataannya," Tan Tiang-kim menegaskan.

"Kalau dia bisa dipercaya dan amat memegang janji, kenapa tidak datang memenuhi janji?"

"Itulah yang musti banyak dipikirkan dan dipertimbangkan, Nona."

"Apalagi yang musti kupertimbangkan?"

"Mengapa Ui Thong tidak datang?"

Ngo-tok-giok-li menghembuskan napas panjang.

"Kalau urusan jadi begini, bagaimana caranya aku memberi pertanggungan jawab kepada ibuku nanti?" keluhnya.

Setelah mendengar sampai di situ, diam-diam Pek Bwe menghembuskan napas lega, pikirnya,

"Kalau begitu, bocah ini bukan berasal dari satu komplotan dengan Ouyang Siong sekalian."

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang