Sebuah rumah mewah bergaya modern langsung terlihat, kala Deny dan Dody keluar dari mobil sedan yang membawa mereka berdua ke kediaman Tante dan Om dari Dody tersebut.
Perasaan khawatir langsung melanda pikiran Deny, takut jika keluarga tersebut tidak bersedia menerima dirinya, yang notabennya hanyalah orang luar. Apalagi jika melihat betapa makmur dan kayanya kehidupan mereka, sangat berbanding terbalik dengan kehidupan keluarga-nya yang sederhana, walau tidak bisa di bilang susah, tapi jika di bandingkan dengan mereka, kehidupan Deny dan ibunya jelas jauh berbeda.
"Ayo Den," panggil Dody, sambil mengeluarkan koper miliknya dan milik Deny dari bagasi mobil yang di kendarai sopir Dody.
"Ah iya," jawab Deny gugup yang tersadar dari lamunannya, pemuda itupun turun menghampiri Dody yang sudah berdiri di depan pagar, dengan kedua koper mereka yang tergeletak di dekat kakinya.
Mobilpun kembali melaju menuju kediaman Orang tua Dody di Jakarta, setelah anak dari majikannya menyuruh sang supir untuk pergi.
Deny pun segera menarik koper miliknya, mengikuti langkah Dody yang tengah berjalan memasuki halaman rumah bercat putih tersebut, setelah melewati pagar yang kebetulan tak terkunci.
Sesekali Deny tampak membetulkan tas ransel yang hampir melorot dari bahunya,mengurangi rasa gugup yang saat ini lelaki muda itu rasakan.
Seorang lelaki berseragam satpam, berusia sekitar 40-an menghampiri mereka.
"Eh... den Dody sudah datang. Sudah lama banget aden gak main kesini," sapanya ramah. Perhatiannya pun langsung tertuju ke arah teman Dody dengan tatapan heran.
"Den Dody ini siapa ya?" Tanyanya bingung.
"Hahaha.... ini temanku Deny Pak, dia akan tinggal di sini juga bersamaku." Jawab Dody senang, dia lalu berpaling kepada Deny dan kembali berkata.
"Kenalin Den, ini pak Budi, dia udah 10 tahun kerja di sini. Pak Budi ini Deny teman Dody, dia mau kuliah di sini juga bareng saya." Terang Dody panjang lebar sambil menyerahkan koper dan ransel miliknya ke tangan pak Budi.
"Oh gitu, silahkan masuk den, kebetulan Ibu sama Bapak ada di dalam," jawabnya sopan, sambil menenteng koper dan tas milik Dody.
"Den Deny, biar kopernya pak Budy yang bawa," ucapnya, kala melihat Deny hendak mendorong kembali kopernya.
"Tidak apa-apa Pak, biar saya sendiri saja yang membawanya, terimakasih banyak atas tawarannya." Ucap Deny sopan sambil tersenyum kalem, membuat sang satpam bertubuh sedikit gemuk tersebut tercengang, atas kesopanan dari pemuda tampan bermata sayu yang berdiri di amping keponakan majikannya.
Satpam itu kembali melangkah dibelakang kedua pemuda tersebut, sambil membawa koper dan tas ransel milik Dody.
"Assalamualaikum," ucap Dody dan Deny hampir berbarengan.
Sepasang suami istri yang sedang asyik berbincang di ruang keluarga tersebut, kontan menoleh ke arah mereka.
"Walaikum salam, oh kau sudah sampai Do. Kenapa tidak mengabari kami dulu, Om kan bisa menyuruh supir Om untuk menjemput kalian berdua." Ucapnya ramah, sambil tersenyum pada kedua pemuda yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya.
"Hahahaha ... tidak perlu repot-repot Om, tadi juga kita berdua udah di antar supir Papah kemari. Oh iya, Rika di mana ya Om, kok nggak keliatan?" Tanya Dody lagi, ketika memperhatikan ruang tamu di depannya yang tampak sepi.
"Rika masih belum pulang, kamu lupa ya, kalau ini bukan hari libur?" Tanya Om Hendri dengan senyum geli.
"Oh iya yah Om." Ucap Dody malu, sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ayo masuk ke dalam, kok malah berdiri saja di depan pintu," ucap Tante Irma yang sejak tadi diam.
Mereka akhirnya masuk dan duduk di ruang tamu.
"Pak Budi tolong bawa tas Dody dan temannya ke kamar mereka masing-masing ya." Ucap Tante Irma pada satpan berkepala plontos tersebut.
"Iya bu." Jawab Pak Budi, dengan sigap ia segera mengangkat kedua koper tersebut menuju lantai atas, dengan ransel milk Dody yang kini tersampir dibahunya.
"Nama kamu siapa ya nak?" Tanya Pak Hendri pada teman Dody yang duduk tepat di samping keponakannya.
"Nama saya Deny Pak." Jawab Deny sopan.
"Kata keponakan Tante, kau hanya tinggal berdua dengan Ibumu yah?" Tanya Tante Irma.
"Iya Tante," jawab Deny singkat.
"Kau pastinya merasa sedih, karna harus terpisah jauh dari Ibumu dalam jangka waktu yang cukup lama, beliapun pastinya juga merasa demikian," ucap Irma lagi.
"Iya Tante," ucap Deny pelan, ia kembali teringat pada Ibunya yang kini tinggal sendiri jauh dari dirinya, membuat perasaan Deny kembali sedih.
"Irma kau ini bagaimana, temannya Dody jadi merasa sedih kan." Ucap Pak Hendri sambil menatap tajam ke arah istrinya, setelah mendapati kemurungan di paras teman keponakannya tersebut.
"Oh maafkan Tante yah nak Deny, Tante tidak bermaksud membuatmu sedih." Ucap Irma dengan nada menyesal.
"Tidak apa apa Tante." Balas Deny lagi.
Tidak lama terdengar suara motor memasuki halaman rumah, di iringi suara merdu seorang gadis muda yang sudah berdiri di ambang pintu dengan seragam putih abu-abunya.
"Assalamualaikum." Ucapnya sedikit lantang, yang langsung di jawab oleh keempat orang yang berada di ruang tamu tersebut.
"Walaikum salam." Jawab mereka serentak.
"Eh ada tamu ya," ucap Rika sedikit malu, ketika dirinya mendapati dua orang asing yang duduk dalan posisi membelakangi-nya di atas sofa kulit tersebut. Gadis itu lalu melangkah ke arah mereka, dan langsung mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
Rika kembali berdiri tegak sambil menatap kedua tamu orang tuanya tersebut.
Matanya seketika membulat lucu saat mengenali salah satu dari orang tersebut."Bang Dody!" Pekiknya senang, gadis itu langsung menubruk ke arah Dody yang masih dalam posisi duduk hingga nyaris terjungkal karena kaget akibat dari ulah sepupunya tersebut.
"Udah puas belum meluk abangmu yang ganteng ini." Ucapnya pede.
"Cih... Ganteng darimana, gantengan juga teman abang ini." Liriknya malu-malu, pada sosok pemuda tampan bermata sayu, yang sejak tadi hanya diam memperhatikan interaksi mereka berdua.
"Aduh dek, susah banget sih bilang bang Dodymu ini ganteng, seenggaknya buatlah gue senang dikit dong." Protes Dody yang berpostur tinggi besar dengan rahang tegas.
"Huh maunya, udah ah Rika mau ke kamar dulu." Ucapnya santai, sambil kembali melangkah menuju kamarnya yang masih berada di lantai dasar.
"Rika selesai ganti baju langsung ke ruang makan ya, kita makan siang bersama," ucap Irma lembut, kepada putri tunggalnya tersebut.
"Ok mah." Jawab Rika singkat, sambil meneruskan langkah-nya kembali.
TBC
Selasa 19/06/2018
Pkl. 02.37 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
عاطفيةSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.