part 22

1.7K 100 5
                                    

Dody tertegun sendiri saat  menyadari kendaraannya yang berhenti tepat di depan gedung apartemen Cindy.

Mengapa aku malah kesini?

Cukup lama lelaki itu berdiam diri di dalam kendaraannya, hingga Dody memutuskan untuk turun menemui Cindy. Dody menunggu di ruang tunggu loby apartment setelah menghubungi Cindy karna tidak tahu nomer apartemen gadis itu.

Cindy meminta Dody untuk menunggunya di loby apartment karna ia sedang keluar.

Tidak lama Cindy mendatangi Dody dengan mengenakan baju kaos tanpa lengan dan celana pendek berbahan jeans.

"Pak Dody ada apa Bapak mencariku?" tanya Cindy heran.

"Cindy aku... "

"Ya udah, kalau gitu kita ke atas saja ya, Bapak sepertinya tidak terlihat baik malam ini," ucap Cndy bernada khawatir, saat melihat keadaan Dody yang kacau dan kusut. Dody mengikuti langkah Cindy memasuki lift. Keduanya saling diam saat benda persegi itu mulai bergerak,  membawa mereka menuju lantai atas, hingga akhirnya berhenti pada angka 20.

"Silahkan masuk Pak," ucap Cindy sambil membukakan pintu, berjalan lebih dulu ke dalam ruangan.

"Silahkan duduk Pak," ucap Cindy kembali, sambil terus melangkah ke arah dapur yang masih terlihat dari tempat Dody duduk. Apartmement ber-type  studio itu nampak mungil namun terlihat bersih dan rapi. Dody merasa nyaman berada di ruangan bernuansa lembut tersebut.

Cindy kembali dengan 2 cangkir kopi di tangannya, melangkah sambil tersenyum manis pada Dody sebelum menempatkan bokongnya di sebelah sang atasan, yang duduk di atas sofa panjang berwarna gading.

Mereka berbincang panjang lebar walau Dody lebih banyak diam dan menanggapi ucapan Cindy seadanya, sampai akhirnya Cindy memberanikan diri untuk bertanya hal yang sejak tadi mengusik rasa ingin tahunya.

"Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu fikiran Pak Dody sejak tadi, apa Bapak ingin menceritakannya padaku, mungkin aku dapat mengurangi sedikit beban anda Pak," ucap Cindy lembut. Gadis itu mengusap pelan punggung tangan Dody sambil tidak lupa memasang senyum terbaiknya.

Dody tertegun menatap senyuman Cindy. Ada dorongan kuat dalam dirinya untuk membagi beban yang di tanggungnya selama ini.

"Apa aku terlalu egois, jika memaksa seorang wanita hidup bersamaku dengan alasan cinta, aku bahkan sadar kalau mereka saling mencintai. Tapi demi alasan 5 huruf itu aku telah melakukan tindakan gila untuk membuatnya tetap berada di sisiku." ucap Dody tiba-tiba dengan suara rendah.

Cindy mengernyit bingung mendengar perkataan tiba-tiba Dody yang masih belum di pahaminya, namun gadis itu tetap diam. Membiarkan Dody terus berbicara,  mengungkap-kan segala keluh kesah lelaki itu.

"Aku sangat mencintainya, pertamakali menatap wajahnya menimbulkan getaran di hatiku, tapi sayang dia tidak pernah melihatku, Rika bahkan begitu takut padaku, dia bilang aku adalah kakak sepupu paling buruk yang dia miliki, aku tidak menyalahkannya atas ucapan kasarnya itu, Gadis itu bahkan lebih senang berinteraksi dengan sepupu-sepupuku yang lain daripada denganku. Selama ini aku tidak pernah perduli atas perkataan orang lain tentang sifatku yang mudah meledak dan kasar. tapi mengapa, saat Rika yang mengatakan semua itu, timbul perasaan sedih dan terluka di hatiku."

Cindy mengangguk-angguk mengerti, ia kembali bertanya karna penasaran.

"Apa  yang Bapak ceritakan sekarang ini adalah wanita  yang kini telah menjadi istri Bapak?" tanya Cindy tepat sasaran

Dody sedikit kaget atas pertanyaan Cindy, lelaki itu mengangguk pelan dengan ekspresi tak terbaca.

"Bapak sangat beuntung."

Jangan pergi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang