part 38

1.6K 93 3
                                    

Desir angin pagi berembus dingin, menghalau lembut helaian rambut Rika yang berdiri cukup jauh dari  suaminya yang kini tengah berbicara serius dengan seorang pekerja.

Beberapa ekor kuda nampak berjalan santai sambil memakan rumput dalam area luas yang di pagari oleh kayu setinggi hampir satu meter.

"Maaf aku meninggalkanmu terlalu lama," ucap Deny yang sudah berdiri kembali di samping Rika.

"Peternakanmu besar juga," tanggap Rika santai.

"Sebetulnya peternakan ini adalah milik Ayahku, selama ini pamanku yang telah mengurusnya, karna jujur aku tidak terlalu tertarik dengan usaha Ayahku ini. Tapi aku tidak menyangka kalau aku akhirnya akan mengurus peternakan ini menggantikan tugas Paman Sam, di samping usaha perkebunan yang baru saja  aku rintis," ucap Deny sambil  menatap datar ke arah peternakan yang membentang luas.

"Sekarang waktunya melihat perkebunan, ayo!" Ajak Deny sambil meraih lengan istrinya lembut, berjalan  menghampiri pekerja berbeda yang sudah siap dengan kuda berpelana di sampingnya.

Pekerja itu menyerahkan kuda tersebut ke tangan Deny.

Deny naik lebih dulu ke atas kuda dan langsung membantu istrinya untuk naik dengan meraih tangannya, memeluk wanita itu dari belakang sambil memegang tali kekang, memandu kuda menuju arah yang di inginkannya.

Kuda yang mereka tunggangi berjalan santai melintasi  jalan yang lenggang, pemandangan sawah dan perbukitan menjadi latar yang sangat menyejukkan mata, hingga mereka berhenti sejenak di atas jembatan dengan sungai berbatu di bawahnya.

"Di tempat ini pertama kalinya Ayah bertemu dengan Ibu. Ibuku yang tengah melakukan traveling dengan keempat temannya bertemu secara tidak sengaja dengan Ayah yang tengah berjalan-jalan dengan kudanya. Saat itu mobil yang di kemudikan teman Ibuku mogok, dan Ayah yang kebetulan mengerti tentang otomotif membantu mereka. Kedua orangtuaku sempat bertukar nomer telpon saat mereka akan berpisah, dari situ mereka mulai dekat hingga perasaan lain perlahan tumbuh di antara keduanya, singkat kata mereka menikah dan memutuskan untuk menetap di Jakarta, memenuhi permintaan Ibuku yang  merupakan anak tunggal, agar tidak jauh dari kedua orangtuanya. Sejak saat itu, Pamanku lah yang menggantikan tugas Ayah mengurus peternakan, selama Ayah menetap di Jakarta," ucap Deny, saat menceritakan bagaimana pertemuan kedua orang tuanya dulu.

"Maaf kau pasti bosan mendengar ceritaku ini," ucap Deny saat tersadar.

Rika tersenyum, ia memegang Jemari Deny yang tengah bersandar di sisi jembatan.

"Aku senang mendengar kisah percintaan kedua  orangtuamu," jawab Rika lembut.

"Sepertinya kau sangat tahu sekali tentang histori  jalan ini, apa Ayahmu pernah membawamu kemari sebelumnya?" Tanya Rika penasaran.

"Sewaktu Ayah masih hidup beliau selalu mengajakku ke tempat ini, setahun sekali kami sekeluarga selalu menyempatkan diri mengunjungi peternakan milik Ayah pada saat aku liburan sekolah. Ayah selalu mengajakku melintasi jalan ini dengan kudanya, dan Ayah selalu nampak bangga saat menceritakan kisah mereka."

"Jodoh memang rahasia Tuhan, tidak ada yang tahu dengan siapa kita akan menghabiskan hidup kita kelak. Contohnya kita, sedikitpun aku tidak pernah menyangka kalau aku yang akan mendampingi hidupmu," ucap Rika sambil menerawang jauh ke masa lalu.

Deny merangkul bahu Rika membuat wanita itu menoleh.

"Aku juga tidak menyangka kalau kau yang akan menjadi jodohku, aku telah kehilangan harapan saat kau menerima lamaran Dody, tapi entah kenapa aku tetap menunggumu walau asa untuk itu hampir tidak mungkin untuk kugapai. Kita telah begitu banyak mengalami halangan dan hambatan dalam hubungan ini, kini setelah semuanya kita gapai, aku hanya berharap kita akan selamanya bersama mereguk kebahagian yang Tuhan berikan untuk kita." Ucap Deny sambil menatap mesra istrinya, ada binar penuh kehangatan dan kasih sayang di manik coklat Deny.

Jangan pergi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang