Dody beserta sang istri nampak menunggu di depan ruang operasi dengan mimik cemas.
Tidak lama kemudian kedua orang tua Rika datang dengan di antar kedua sepupu Dody yang lain.
"Bagaimana keadaan mereka?" Tanya Irma cemas. Irma tidak dapat menyembunyikan tatap khawatirnya, bahkan tubuh wanita paruh baya itu masih terlihat bergetar akibat serangan rasa panik.
"Mereka berdua masih menjalani operasi Tante, kita doakan saja semoga semuanya berjalan lancar dan kondisi mereka membaik," ucap Dody sambil menggenggam telapak tangan Irma, dengan maksud menguatkan Tantenya tersebut.
Dody lalu mengalihkan perhatiannya pada Hendri yang berdiri di belakang istrinya.
"Apa khabar Om," sapa Dody sopan, sambil melemparkan senyum pada kedua sepupunya.
"Baik Do, Om akan duduk di sana sebentar ya, kaki Om tidak kuat berdiri terlalu lama," ucap Hendri yang memang gampang lelah pasca operasi bypass yang di jalaninya dulu.
"Iya Om, silahkan." Dody memperhatikan sebentar Omnya yang di apit oleh kedua sepupunya menuju jejeran kursi, sebelum mengalihkan perhatiannya kembali pada Irma yang masih berdiri di depannya.
"Aku tidak habis pikir, bagaimana mungkin gadis itu bisa melukai anak dan menantuku dengan begitu brutal," ucapnya getir setelah beberapa saat diam, dengan kedua manik yang telah basah oleh air mata.
Dody tidak bisa menjawab, dia tidak dapat menghakimi Mira dengan perbuatannya itu, karena Dody juga pernah ikut andil menanamkan luka non fisik di hati Rika hanya demi memenuhi keegoisan hati dan hasrat memiliki, yang membuatnya mampu melakukan hal licik dan tak berperasaan untuk memisahkan keduanya
"Tante maafkan aku, jika aku tidak memaksakan kehendakku saat itu, Deny tidak akan mungkin bertemu dan mengenal Mira, dan semua kejadian ini tidak akan menimpa mereka berdua, sepupuku itu pasti sudah hidup bahagia Dengan Deny sekarang." Ucap Dody penuh sesal.
Irma menyentuh bahu Dody lembut, membuat kepala lelaki itu terdongak.
"Tante dan Om tidak menyalahkanmu nak, kau hanya terlalu mencintai Putri kami, hingga tak sanggup melihatnya bersama dengan orang lain. Lagipula siapa yang akan menjamin di kedepannya, jika Deny tidak bertemu gadis itu setelah bersama Rika. Kita anggap saja ini sebagian kecil dari ujian untuk cinta mereka sebelum menuju kebahagiaan."
"Iya Tante," jawab Dody pelan.
"Tante hanya dapat berharap, semua permasalahan ini akan semakin memperkokoh kadar cinta di antara mereka," ucap Irma bijak.
+++
Cindy menghampiri Hendri yang tengah duduk menunggu bersama kedua sepupu suaminya Reksa dan Ando.
"Apa kabar Om, maaf saya belum sempat mengunjungi kediaman Om dan Tante," sapa Cindy sopan sambil duduk di sebelah lelaki itu setelah mencium punggung tangannya.
"Tidak apa-apa Cyn, Om ngertiin kok. Lantas bagaimana dengan usia kehamilanmu, apa semua berjalan lancar?" Tanya Hendri yang tampak lebih tenang dan sabar menghadapi berita tentang putri dan menantunya yang masih berada di ruang operasi.
"Alhamdulillah baik Om, kemungkinan 6 bulan lagi bayi ini akan lahir," ucapnya dengan wajah bahagia.
Perkataan Cindy terhenti saat mendengar suara pintu terbuka, di susul oleh munculnya sesosok lelaki yang masih mengenakan seragam hijaunya, lengkap dengan masker dan penutup kepala.
Serentak Dody dan yang lainnya berdiri menghampiri sang dokter yang baru saja melepas masker dari wajahnya.
"Bagaimana operasi menantu dan anak saya dok?" Tanya Irma tidak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.