Suara pluit dari air teko yang telah mendidih, membangunkan Elmira dari tidur tidak nyamannya. Gadis itu memijat pangkal hidungnya pelan untuk mengurangi rasa pusing yang mendera.
"Kau sudah bangun rupanya," ucap Cindy bernada santai. Gadis itu nampak membawa nampan berisi teh melati, dengan asap putih yang masih mengepul di atasnya.
Mira tidak memperdulikan perkataan Cindy barusan, perhatiannya kini malah tertuju ke arah gelas transparan dengan cairan putih pekat yang juga berada di atas nampan yang di bawa Cindy.
"Sejak kapan kau mulai menyukai susu?" tanya Elmira heran, sebab sahabatnya itu sangat antipati terhadap minuman tersebut,
Cindy menghela napas pelan sebelum menjawab.
"Aku terpaksa meminumnya, semua ini kulakukan semata-mata demi janin yang ada di kandunganku ini," ucapnya pasrah.
"Apa?! kau hamil," tanya gadis itu dengan ekspresi luar biasa kaget.
"Iya," jawab Cindy tak acuh, sambil meletakkan nampan berisi teh itu ke meja kaca di hadapan Elmira.
"Dan kau pasti ingin bertanya anak siapa yang ku kandung ini bukan? Dia anak Dody," ucap Cindy tenang sambil duduk menghadap Mira yang terkesima.
"Bagaimana kau bisa bertindak seceroboh itu Cyn, ayo! Ikut aku ke klinik, kau harus secepatnya menggugurkan janin itu sebelum terlambat," ucap Elmira sambil bangkit untuk meraih lengan Cindy.
"Tidak!" jawab Cindy tegas sambil menepis pelan uluran tangan Mira.
"Apa!?" Ucap Mira semakin shock, "kau sadar dengan apa yang kau ucapkan tadi Cyn," jawab Mira tak percaya.
"Aku sungguh-sungguh dengan keputusanku Mira," jawab Cindy tanpa keraguan.
"Apa Dody tahu tentang kehamilanmu?" tanya Mira cemas.
"Aku belum memberitahu Dody tentang masalah ini," jawab Cindy pelan.
"Aku tidak mengerti jalan pikiranmu Cind, kau selalu hati-hati dalam bertindak, mengapa kau bisa melakukan kesalahan sebesar ini, dan janin itu." ucap Mira sambil menunjuk perut sahabatnya. "Kurasa kau sudah tidak waras!'
"Aku mencintainya."
"Apa?!" teriak Mira lebih keras lagi sambil berjingkat dari duduknya.
"Aku sangat mencintai Dody Mir,aku tidak tahu kapan persisnya aku mulai tertarik pada lelaki itu. Apa aku egois jika berfikir untuk menjadikan bayi ini sebagai pengikat hubungan kami," ucap Cindy sendu.
+++
Author pov
Tanpa terasa sudah hampir sepekan hubungan Deny dan Elmira berakhir. Lelaki itupun sudah tidak lagi bekerja di perusahaan Orang tua Elmira. Deny kini hanyalah seorang staf kantor biasa di perusahaan kecil dengan gaji dan pasilitas yang jelas sangat berbeda dengan perusahaan tempat lelaki itu bekerja dulu, tapi setidaknya kepindahannya kini membuat Deny merasa lebih tenang dan tidak lagi terbebani oleh perasaan tidak nyaman, karna dirinya merasa sudah tak mungkin lagi terus bekerja pada atasannya tersebut, di saat hubungannya dengan putri tunggalnya yang bernama Elmira telah berakhir.
Pov end
"kak Deny, makan malamnya sudah siap!" Ucap Rika sedikit lantang dari balik pintu kamar lelaki itu, mengagetkan Deny yang masih sibuk dengan beberapa berkas di mejanya.
"Iya, aku akan kesana sebentar lagi." jawab Deny setengah berteriak, sambil merapikan berkas-berkas pekerjaannya yang masih tercecer di atas meja.
Deny tersenyum pada Rika yang sudah duduk manis di kursinya.
"Kamu masak sayur lodeh ya Ka, baunya harum sekali, wah aku bisa nambah dua kali nih kalo kayak gini, " ucap Deny santai, setelah mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi meja makan untuk empat orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.