Pagi ini Rika telah terlihat rapi dengan pakaian olahraganya, kebetulan sekarang hari minggu, jadi dia memutuskan untuk bangun lebih pagi agar bisa berolah raga.
Di halaman rumah Rika melihat Deny yang sedang melakukan pemanasan. Tubuh tegap Deny yang proposional, semakin memberi nilai plus pada penampilannya.
Tanpa sadar Rika sudah berada tepat di depan Deny yang sedang melakukan push up, pemuda tampan itu sedikit terkejut ketika menyadari kehadiran Rika, senyum manis segera tercetak dengan jelas di wajah tampan Deny.
"Kamu mau olahraga juga Ka?" Tanya Deny sopan.
"Iya kak Deny, kita joging bareng yuk, keliling komplek sini aja." Balas Rika antusias.
"Aduh, gimana ya... sebenarnya, kak Deny udah janjian kemarin sama Sintia buat main sepeda bareng." Jawab Deny tak enak hati, terlebih ketika melihat wajah Rika yang berubah tidak suka.
"Ya udah batalin aja, gampang kan." Jawab Rika jutek, Rika kesal sekali mendengar Deny yang janjian dengan cewek centil di kompleks sebelah itu.
"Ayo kak kita joging," ujar Rika yang menarik tangan Deny untuk joging bersamanya.
"Tapi..."
"Kak Deny.... !" suara centil seorang gadis seumuran Rika memotong perkataan Deny yang hendak menjawab ucapan Rika.
Sintia segera menghampiri Deny dengan sepeda pink-nya, gadis itu mengenakan kaos ketat dan celana olahraga pendek sebatas paha, dengan sepatu kets berwarna putih.
"Ayo kak," ucap Sintia manja, sambil memeluk lengan Deny erat yang segera di tepis Rika kasar.
"Kamu kecentilan amat sih pake meluk-meluk tangan kak Deny segala." Ucap Rika marah.
"Kenapa bahasamu pake nyolot gitu sih, suka-suka aku dong mau meluk tangan kak Deny atau enggak. Lagian, kak Deny juga nggak marah tuh, kenapa malah kamunya yang jadi marah." jawab Sintia tak mau kalah.
Deny menarik napas jengah melihat kedua cewek manis tersebut saling melempar kata-kata pedas di antara mereka.
"Sudah-sudah jangan bertengkar, lebih baik kita olahraga sama-sama aja ya." Ucap Deny dengan nada lembut, bermaksud untuk menenangkan kedua gadis tersebut.
"Nggak bisa...! Kak Deny mesti olahraga bareng Rika, kak Deny kan tinggalnya di rumah Rika, kenapa sih mesti nurut sama cewek kecentilan macam dia." Jawab Rika semakin tinggi.
"Ya udah, kalo gitu kak Deny tinggal di rumah Sintia aja, daripada serumah sama cewek galak macam kamu." Jawab Sintia tak mau kalah, membuat kepala Deny semakin pusing. karna capek melerai kedua mahluk berjenis kelamin perempuan di hadapannya, yang seringkali bertengkar jika bertemu muka, akhirnya Deny memutuskan untuk pergi berolahraga sendiri saja, meninggalkan kedua wanita muda yang masih asyik beradu mulut tanpa menyadari kepergian Deny yang mulai mengayuh sepeda sport-nya.
Dody yang tidurnya terganggu karena perang mulut di teras depan, segera bangkit dari sofa bed ruang tamu.
"Elo berdua ngapain sih, pagi pagi udah perang mulut aja," ucapnya sambil mengucek-ucek matanya yang masih terlihat mengantuk.
"Sintia nih bang Dody, pagi -pagi udah cari masalah." Adu Rika pada sepupunya Dody.
"Enak aja, kamu tuh yang cari masalah, ngelarang kita pergi sepeda'an bareng." Bela Sintia marah, tidak terima atas tuduhan Rika padanya.
"Kita...?" Tanya Dody heran.
"Iya kita, bener kan kak... loh kak Deny nya mana? Ucap Sintia heran.
"Ini semua gara-gara kamu tau nggak!" Ucap Sintia sambil melangkah pergi dan kembali melaju dengan sepeda pink-nya.
Rika hanya mendengus kesal mendengar omelan Sintia, gadis remaja itu kembali masuk ke dalam rumah dengan menutup pintu sedikit kencang. Mengacuhkan Dody yang berdiri bengong sambil mengaruk-garuk kepalanya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.