Dody melirik Rika ketika wanita itu memakan sarapan paginya dalam diam tanpa sedikitpun menatap Dody. Bersikap tak acuh padanya, walau kini mereka berdua tengah duduk berhadapan di sebrang meja.Ya, selalu seperti itu. Rika akan kembali bersikap dingin dan tak acuh jika mereka hanya berdua saja di rumah tersebut, sama persis dengan kelakuan wanita itu dulu sewaktu mereka masih tinggal bersama dengan kedua orang tua Rika di Bandung.
Dody sudah tidak tahan lagi dengan semua situasi ini, kesabarannya habis sudah. Dengan kasar lelaki itu menghempaskan peralatan makan di piringnya hingga menimbulkan suara gaduh yang cukup keras, dan langsung bangkit menghampiro Rika yang masih terlihat cuek.
Dengan kasar Dody menarik pergelangan tangan Rika hingga tubih wanita itu ikut tertarik ke atas.
"Beraninya kau menyentuhku sialan!" bentak Rika murka.
"Kau milikku," ucap Dody dingin sambil mendekatkan tubuh besarnya dengan tatapan tajam.
"Aku bukan milikmu berengsek!" jerit Rika lagi tak terima, sambil mendorong tubuh lelaki di hadapannya.
Dody menggeram marah, emosi semakin menguasai lelaki itu, akibat dari penolakan-penolakan yang kembali di diterimanya.
Dengan kasar Dody mencengkram rahang Rika, mencium secara membabi buta wanita yang terus meronta dalam dekapannya.
PLAK...
Tamparan itu teramat kencang, hingga menciptakan bayangan merah telapak tangan Rika di pipi Dody, sedang gadis itu tersenggal dengan bahu naik turun menahan emosi.
"Kau... " ucap Dody geram.
Dody menatap murka Rika, bibirnya terkatup rapat dengan rahang mengeras, dengan masih di penuhi emosi lelaki itu langsung pergi, meninggalkan suara bedebum pintu yang di tutupnya secara kasar.
Dody melajukan kendaraannya dengan laju cukup kencang. Kemarahan masih tampak jelas di wajah lelaki itu, Tanpa berfikir panjang Dody memutar balik kendaraannya, dia memutuskan untuk kembali menemui Cindy.
++++
Tanpa terasa tiga bulan telah berlalu. Dody yang makin Frustasi dengan segala penolakan Rika, membuatnya semakin dekat dengan Cindy. Mereka berdua bahkan sudah tidak sungkan-sungkan lagi mempertontonkan kemesraan keduanya di muka umum.
Dody tidak sadar secara tidak langsung telah menjadikan Cindy sebagai pelarian cintanya, akibat dari rasa sakit dan putus asa, di karnakan penolakan sepupunya tersebut, cinta pertamanya.
Seperti saat ini, Dody dan Cindy terlihat sedang jalan berdua sambil berpegangan tangan, tak jarang Dody mengaitkan lengan-nya di pinggang sekretarismya itu, ketika berhenti sebentar untuk melihat-lihat gaun dan segala macam tetek bengek yang berhubungan dengan wanita.
"Sayang, menurut kamu ini bagus nggak?" tanya Cindy manja layaknya seorang kekasih, sambil memperlihatkan sebuah gaun santai bermotif floral dengan bagian bawahnya yang sedikit mengembang.
"Bagus banget sayang, aku suka," jawab Dody pada wanita yang telah menjadi teman ranjangnya itu.
"Kamu coba dulu gih di ruang ganti, aku tunggu di sini," ucap Dody lembut. Membuat Cindy tersenyum senang mendengar-nya, ia langsung mengecup pipi Dody sekilas, sebelum bergegas menuju fiting room dengan beberapa stel pakaian lain yang berada dalam kantong transparant yang di pegangnya.
Dengan sabar Dody menunggu di sudut, sambil memainkan hamd phone-nya untuk mengusir rasa bosan, tidak lama kemudian, pemuda itu tersenyum simpul sebelum mendongakkan wajahnya, saat menyadari bayangan seseorang yang berdiri di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.