part 11

1.9K 112 0
                                    


"Kamu kenapa Rika?" Tanya Vira, yang baru saja membawa dua botol teh dingin bermerk di meja sudut kantin, yang kini di duduki sahabatnya yang bernama Rika.

"Aku pusing Vir," jawab Rika dengan mimik lesu.

"Hah! Kamu sakit ka, ayo ikut aku ke ruang UKS buat minta obat." Jawab Vira cemas.

"Bukan pusing yang itu Vira, tapi pusing pikiran." Jawab Rika sebal.

"Mikir apa'an lagi hm... pasti mikirin cowok yang bernama Deny itukan?" Tebak Vira dengan akurat.

"Heh.. iya," jawab Rika sambil mendesah malas.

"Terkadang aku hampir putus asa buat mendapatkan hati kak Deny. Cowok itu terlalu tertutup. Sikap tenang dan datarnya membuatku semakin bingung tentang perasaan dia yang sesungguhnya ke aku," ucap Rika tak bersemangat.

"Dan entah kenapa, aku juga merasa kalau akhir-akhir ini sikap Kak Deny berubah menjadi dingin dan tak acuh padaku," ucap Rika lagi sambil menatap kosong ke depan.

Flashback

"Kak Deny..." panggil Rika manja, di saat Deny baru saja keluar dari kamarnya pagi ini. Pemuda itu sudah tampak rapi dengan kemeja lengan pendek berwarna soft blue. Sebuah ransel hitam tersampir di bahu kokohnya.

Kebetulan di rumah sedang tidak ada orang, dan Dody masih belum pulang juga dari acara ngumpulnya bersama teman-temannya, sesama pecinta alam.

Rika menghampiri Deny yang telah berada di salah satu kursi meja makan, lalu duduk di sebelah pemuda tersebut di bangku yang menghadap langsung ke taman belakang, berbatasan dengan pintu geser terbuat dari kaca. Saat ini Deny terlihat sedang asyik menikmati sepiring nasi goreng yang di buat Rika tadi.

"Gimana kak Deny, nasi gorengnya. Enak nggak?" Tanya Rika antusias.

"Enak.." jawab Deny datar, sambil menyendok kembali nasi gorengnya dengan tenang.

"Rika yang buat loh..." jawab gadis itu senang.

"Oh gitu," jawab Deny sedikit tak acuh.

"Bener kak, dan nasi goreng itu Rika buat khusus buat kak Deny seorang." Jawab Rika dengan mata berbinar.

Deny terlihat berhenti menyuapkan nasi gorengnya, kepala pemuda itu masih tertunduk membuat Rika mengernyitkan alisnya heran.

"Makasih ka." Ucap pemuda itu pelan tanpa menatap Rika, Deny segera mengeluarkan hand phone dari saku bajunya dan mulai memainkannya, hingga keheningan kembali tercipta diantara mereka berdua.

Rika menatap sedih Deny yang kembali bersikap dingin dan tak acuh, setiap pertanyaannya pun hanya di balas Deny dengan deheman dan gerakan kepala saja.
Seperti saat ini, Deny hanya menggeleng pelan ketika Rika menawarkan secangkir teh pada pemuda yang duduk di sampingnya tanpa mau mengalihkan pandangannya dari layar hand phone.

Kenapa sikap kak Deny berubah jadi dingin selama 2 hari ini ya, apa aku ada berbuat salah.

"Kak Deny... !" Panggil Rika yang kembali tak di acuhkan oleh pemuda tersebut.

"Kak Denyyyyyyy..... !" pekik Rika kesal, membuat pemuda itu terpaksa mengalihkan pandangannya ke arah Rika yang kini menatapnya jutek.

"Ada apa?" Tanya Deny datar.

"Kak Deny nggak denger ya, dari tadi Rika panggil-panggil nama Kak Deny," ucap gadis itu kesal.

"Sorry Ka, aku lagi serius baca artikel di hand phone ini, memangnya kamu tadi mau nanya apa?" Tanya Deny dengan nada sabar.

Jangan pergi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang