Sesampainya di kamar Rika langsung merebahkan tubuhnya. Suasana romantis yang sempat dia bayangkan tadi hancur seketika, membuatnya enggan untuk bertemu muka dengan Deny.
Ia tahu dan sadar betul kalau Deny samasekali tidak bersalah dalam hal ini, tapi moodnya sedang tidak baik sekarang, dan Rika tidak mau melampiaskan kekesalannya tersebut pada anggota keluarganya yang lain, termasuk Deny tentunya."Rika sedang tidak ingin makan bersama kita malam ini, mungkin moodnya sedang tidak bagus karna masalah di sekolah, dia memang seperti itu sejak dulu, itu sudah menjadi kebiasaannya, nanti dia juga akan biasa lagi jika perasaannya telah membaik. Sudah kita lanjutkan saja makannya. Bi ijah tolong bawakan makan malam ke kamar Rika yah." Ucap Mama Rika santai, sambil mulai menyuapkan nasi beserta sayur ke mulutnya.
Deny hanya terdiam dengan perasaan tidak enak, karna dia tahu, dirinyalah penyebab mood Rika menjadi jelek malam ini.
+++++
PRIIIIIIIT.....
"Waktunya istirahat," ucap Tedy guru olahraga mereka.
Rika segera menghempaskan tubuhnya di pinggir lapangan, duduk pada sebuah tangga bertingkat yang biasa di gunakan untuk pengibaran bendera sewaktu upacara. Kebetulan sore ini cuacanya tampak mendung di tambah semilir angin yang berembus pelan, semakin memberikan kenyamanan pada tubuhnya yang berpeluh sehabis berolah raga tadi.
Beberapa siswa siswi lain ada yang duduk bergerombol di pinggir lapangan, di sana ada badukan memanjang setinggi 30cm yang di gunakan sebagai pagar pembatas antara lapangan dan beberapa jenis tanaman yang berada di sekitarnya. Beberapa pohon besar tampak diantara tanaman hias tersebut, sehingga memberikan kesejukan pada tempat yang di naunginya.
"Rika, kamu kenapa? Beberapa hari ini kau terlihat lebih pendiam dari biasanya?" Tanya Vira heran, gadis tomboy berpotongan bondol tersebut lalu duduk di sebelah Rika, yang kini sedang menatap hampa ke tengah lapangan.
Rika menghela napas pelan sebelum bicara.
"Vir, lo pernah ngerasain jatuh cinta nggak?" Tanya Rika seperti bergumam, membuat temannya melotot kaget. Rika lalu menolehkan kepalanya ke arah Vira.
"Aku sedang jatuh cinta Vir, tapi aku tidak bisa membaca perasaannya, dia selalu bersikap baik dan ramah pada wanita manapun." Ucap Rika pelan.
"Maksudmu, dia perayu ulung," jawab Vira.
"Bukan begitu maksudku, semua perhatiannya, kelembutan sikapnya dan senyumannya tidak hanya di tujukann padaku tapi pada wanita lain juga, dan itu membuatku kesal, karna dulu aku mengira hanya diriku yang mendapat perhatian dan kebaikannya selama ini." Jawab Rika dengan mimik sedih.
"Lantas sekarang apa yang kau inginkan?" Tanya Vira penuh perhatian.
"Tentu saja aku ingin cintanya, perhatiannya, dan aku ingin semua itu hanya untukku, bukan untuk wanita lain." Jawab Rika kesal.
"Kalau begitu kau ungkapkan saja keinginanmu padanya, katakanlah kalau kau mencintainya dan ingin selalu berada di sisinya. Kau itu wanita yang sangat menarik Rika, aku yakin dia tidak akan menolak gadis secantik dan semanis dirimu." Ucap Vira lagi menyemangati sahabatnya yang tengah Di landa kegalauan.
"Apa kau sudah tidak waras, kau ingin aku yang menyatakan cinta duluan padanya, mungkin jika dia menerimaku aku tidak akan malu mengatakannya, tapi jika dia sampai menolakku bagaimana, terlebih kami tinggal dalam rumah yang sama." Jawab Rika gusar.
"Apa?!" Kalian satu rumah, bagaimana bisa." Jawab Vira shock.
"Dia teman sepupuku Dody yang datang dari kota lain dan tinggal di rumahku, karena mereka melanjutkan kuliahnya di kota ini." Jelas Rika lagi.
"Jadi kau jatuh cinta dengan teman sepupumu," ucap Rika sambil manggut-manggut dengan menekan salah satu jarinya di dagu, seolah berfikir.
"Kau seharusnya beruntung karna kalian satu rumah, setidaknya kesempatan untuk mendekati pria pujaanmu itu jauh lebih besar dari gadis lain." Jawab Vira lagi.
"Emm... begini saja, kau tidak mungkin kan menyatakan cinta lebih dulu. Bagaimana kalau kau mengkodenya saja, yah... semisal mengucapkan kata-kata yang membuatnya berpikir dan mengerti perasaanmu padanya selama ini," jawab Vira penuh semangat ketika Dia mengemukakan pendapatnya.
"Kau benar juga," jawab Rika sambil tersenyum senang.
"Jangan lupa memberikan perhatian lebih padanya, agar ia semakin berkesan padamu." Usul gadis itu lagi.
"Yups, terimakasih Vir, kau memang teman yang paling baik." Ucap Rika dengan mata yang seketika berbinar senang. Membuat Vira hanya mengulum senyum melihat sahabatnya kembali ceria.
+++++
Dengan penuh semangat Rika mengendarai motor miliknya, ia ingin sekali cepat sampai di rumah agar dapat segera bertemu dengan pemuda tampan bermata sayu tersebut.
Mata gadis itu berbinar senang karna tanpa sengaja melihat pujaan hatinya sedang berjalan seorang diri di trotoar.
"Kak Denyyyyy!" teriak gadis itu penuh semangat, ketika jarak motor yang di kendarainya sudah dekat dari pemuda tersebut.
Deny tampak terkejut ketika namanya di panggil, ia segera berhenti dan menoleh ke arah sumber suara. Pemuda itu langsung tersenyum lembut ketika pandangannya menangkap sosok Rika yang masih duduk di atas motor, tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Apa kabar Ka, kamu baru pulang?" Tanya Deny lembut, ketika telah sampai di hadapan gadis manis berkulit kuning langsat tersebut.
"Iya kak, kak Deny sendiri mau kemana?" Gadis itu balik bertanya.
"Kak Deny juga mau pulang kok." Jawab pemuda tersebut sopan.
"Kok jalan kaki kak?" Tanya Rika lagi.
"Sebenarnya tadi kak Deny nunggu angkot, tapi kayaknya penuh semua, karna itu kak Deny mau ke ujung jalan sana, ke tempat di mana biasanya ojek mangkal," Jawab Deny lagi menjelaskan.
"Kenapa kak Deny nggak bareng Rika aja, Rika kan juga mau pulang ke rumah, ayo kak." Ajak gadis itu.
Deny kembali tersenyum pada Rika, pemuda tersebut hendak naik ke boncengan Rika, tapi sebelum sempat Deny mendudukkan pantatnya di jok belakang motor Rika, gadis itu lebih dulu mengintrupsinya.
"Kak Deny dong yang boncengin Rika, masak cowok di bonceng ama cewek, aneh kan keliatannya." Protes gadis itu.
"Maaf," jawab pemuda tersebut sopan, ia kembali tersenyum lembut pada Rika membuat hati gadis itu berbunga-bunga, mereka akhirnya bertukar tempat, dengan perasaan senang Rika memeluk erat pinggang Deny. Tapi gadis itu sedikit kecewa melihat reaksi Deny yang tampak biasa-biasa saja, dan tidak merasa terganggu samasekali oleh pelukan Rika.
Apa kak Deny sudah terbiasa ya, di peluk sama cewek.
Aaaaaaah.... aku nggak rela, kalau kak Deny ampe benar di peluk cewek-cewek. Bener-bener nggak rela!Seketika bayangan Deny di peluk cewek lain melintas di pikirannya dan kembali membuat moodnya menjadi jelek.
Sesampainya di depan pagar rumah, gadis itu segera turun dengan wajah cemberut dan langsung masuk ke halaman rumah, meninggalkan Deny yang tampak kebingungan dengan sikap Rika yang berubah drastis kepadanya.
Aku salah apa ya?
Ah mungkin saja dia sedang bertengkar dengan pacarnya Ya, pasti itu penyebabnya....TBC
Rabu, 20/06/2018
Pkl 21.58 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.