Suara ketukan di pintu, menghentikan Deny sejenak dari aktifitas pekerjaannya.
"Permisi Pak Deny, ada teman anda yang bernama Pak Dody ingin menemui Bapak, beliau sekarang berada di luar," ucap sekretarismya sopan.
"Persilahkan dia masuk," jawab Deny sedikit gugup. Tidak lama sesosok pemuda seusianya memasuki ruang kerja Deny, penampilannya sudah terlihat lebih baik dari pertemuan mereka dua hari lalu.
"Apa khabar Den," ucap Dody datar sambil menjabat tangan sahabatnya yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Baik Do, silahkan duduk," ucap Deny canggung, Deny langsung mempersilahkan tamunya untuk duduk di sofa hitam dalam ruangannya.
"Ada Apa Do?" tanya Deny, setelah mereka duduk di atas sofa tersebut. Insiden yang terjadi beberapa hari yang lalu telah membuat sikap keduanya menjadi tegang dan kaku.
"Aku hanya ingin melihat tempatmu bekerja, kau tidak keberatankan?" Tanya Dody sambil menumpu salah satu kakinya dengan gaya santai.
"Tentu saja tidak, dan aku yakin tujuanmu kesini pasti juga karna hal lain," balas Deny datar.
"Selalu sama, tidak suka berbasa-basi," gumam Dody sedikit sinis.
"Baiklah aku akan langsung menyampaikan maksudku, tapi sebelum itu aku ingin minta maaf atas sikap burukku yang tak bisa mengontrol emosi, hingga sampai memukulmu tanpa sebab." ucap Dody sedikit bersalah.
"It's ok, tidak masalah," balas Deny datar.
Dody menghela napas pelan sebelum kembali berkata-kata, sikap datar Deny tentu saja membuat Dody tak suka.
"Kau pastinya menyadari kalau hubunganku dengan Rika Terus memburuk sejak kejadian di malam. ..."
"Itu semua salahmu," potong Deny sinis.
"Aku tidak akan berselingkuh jika
dia mampu bersikap layaknya istri," balas Dody geram."Kurasa Rika sudah bersikap sebagai seorang istri yang baik," balas Deny keberatan.
"Kau sekarang telah menjadi sekutunya ya?" sindir Dody sinis.
"Aku hanya membela apa yang aku anggap benar." jawab Deny tak terima.
"Oh ya, bukan karena Rika yang mencintaimu sejak dulu, saat kau tinggal bersamaku di Bandung? Pasti kau merasa senang karena perasaanmu terbalas."
"Kau sudah tahu?" tanya Deny kaget.
"Ya, Karna itu aku segera memberitahukan perasaanku tentang Rika padamu sebelum semuanya terlambat," jawab Dody sinis.
"Tapi tetap saja aku tidak bisa meraih hatinya, karna kau sudah mengambil semuanya tanpa menyisakannya sedikitpun untukku," ucap Dody lagi dengan nada kesal.
"Jangan bawa-bawa tentang perasaan Rika hanya untuk membenarkan penghianatanmu itu!" geram Deny mulai emosi.
"Perasaan kalian!" bentak Dody tak terima. "Apa kau pikir itu tidak mengangguku dan membuatku tersiksa setiap harinya?" ucapnya lagi dengan suara yang kembali rendah.
"Bukankah aku sudah mengalah demi persahabatan kita, seharusnya kau berusaha mendapatkan hatinya, bukan malah bertindak bodoh seperti imi, kau mempersulit kehidupan percintaanmu sendiri Do," ucap Deny kesal.
"Aku khilap, mendapat penolakan terus-menerus membuatku putus asa, kehadiran dan perhatian Cindy bagai oase dalam hatiku yang gersang, membuatku lupa diri dan terperangkap semakin jauh dalam permainan terlarang kami."
"Aku kecewa padamu Do, kupikir pengunduran diriku adalah pilihan terbaik dari persahabatan kita, namun ternyata aku salah telah memberikan kepercayaanku untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.