part 21

1.8K 102 1
                                    

"Terimakasih Pak Dody, Bapak sudah bersedia mengantarkan saya pulang," ucap Cindy lembut, gadis itu tersenyum sangat manis sebelum meninggalkan Dody di depan loby apartment-nya.

Dody menunggu gadis itu sampai melewati pintu kaca loby, sebelum melajukan mobilnya kembali.

Dody sampai di rumah saat jarum jam hampir menunjuk ke angka 11.00 malam. Dody sempat menekan bel sebanyak dua kali sebelum seseorang membukanya.

"Hei Do udah pulang, kamu lembur?" Tanya Deny ramah yang di angguki samar oleh Dody.

Mereka melangkah dalam suasana hening sebelum Dody menghentikan langkahnya tiba-tiba dan berbalik.

"Ada apa?" Tanya Deny yang sedikit kaget.

"Apa kau sudah tanyakan tentang rumah sebelah?" ucap Dody balik bertanya.

"Oh masalah itu, Aku sudah menanyakannya Do, kebetulan belum ada calon pembeli, jadi kau bisa mengambil rumah itu," jawab Deny santai.

"Aku akan menemuinya besok pagi, sampaikan juga pada dia untuk langsung membawa surat perjanjian jual belinya."

"Kau akan langsung membelinya? Kenapa mendadak sekali," Tanya Deny heran.

"Memangnya kenapa? Lebih cepat lebih baik bukan. Aku juga tidak mungkin membiar-kan istriku tinggal satu rumah dengan lelaki lain walau itu sahabat baikku sendiri." Jawab Dody ketus, membuat Deny mengernyit tajam.

"Bukan apa-apa Den, Aku hanya ingin menghindari berita miring yang mungkin terjadi akibat kehadiran kami di rumahmu. Kau tahu bagaimana tajamnya lidah bukan," ucap Dody lagi melanjutkan kata-katanya.

"Iya aku mengerti, aku akan meminta Pak Yadi untuk menyiapkan berkas-berkas-nya besok. Kalau begitu aku langsung balik ke kamar Do, udah ngantuk," pamit Deny yang langsung di angguki oleh Dody.

Sepeninggal Deny lelaki itu langsung melangkah menuju ke kamarnya, Dody mendesah pelan melihat istrinya yang sudah terlelap dengan tumpukan bantal dan selimut yang menjadi pembatas pembaringan. Selama beberapa tahun mereka selalu tidur dengan pembatas seperti ini. Ah tidak, lebih tepatnya di hari pertama sejak mereka menikah.

Sebegitu menjijikkankah aku di matamu Rika, bahkan dalam tidurpun kau tidak ingin bersentuhan denganku.

+++

"Pagi semua," sapa Deny ramah pada Rika dan Dody yang sedang menikmati sarapan pagi mereka, Rika mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar pada Deny.

"Kak Deny mau sarapan apa, Rika ada bikin nasi goreng sosis sama roti bakar," ucap gadis itu sambil berdiri dari duduknya.

"Nasi goreng aja Ka, maaf ya ngerepotin," jawab Deny santai sambil duduk di kursinya, lelaki itu tersenyum ramah pada Dody yang hanya di balas senyuman getir dari lelaki bertubuh besar itu.

Dia bahkan lebih perhatian dengan lelaki lain dari pada aku.

"Ada apa Do?" tanya Deny heran. Dia bingung mendapati airmuka sahabatnya yang mendadak murung.

"Tidak ada apa-apa. Oh iya, kau sudah mengabari lelaki itu untuk datang kemari bukan?" tanya Dody tiba-tiba.

"Sudah, jam 9 nanti dia akan kemari," jawab Deny santai sambil menatap layar hand phone-nya.

"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Rika yang baru saja datang dari arah dapur, sambil membawakan sepiring nasi goreng milik Deny.

Deny kontan mendongak dan langsung menerima piring dari tangan Rika sambil tersenyum manis di selingi ucapan terimakasih. Meletak-kan sepiring nasi goreng itu di hadapannya, sebelum menjawab pertanyaan Rika.

Jangan pergi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang