Tiga tahun kemudian
Deny memarkirkan toyota yaris miliknya di halaman sebuah komplek perumahan dengan model minimalis, yang di beli Deny 2 tahun lalu.
Gurat kelelahan tampak di wajah tampannya tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, ia membawa bungkusan makanan yang di belinya di restoran tidak jauh dari tempat tinggalnya, dan meletakkannya begitu saja di atas meja makan berukuran mungil dengan 2 kursi yang saling berhadapan.Setelah mencuci muka dan tangannya, ia kembali duduk di salah satu kursi meja makan dengan masih mengenakan pakaian kantor.
Deny makan dalam keheningan, tanpa ada siapapun yang menemaninya. Sunyi, sepi dan sendirian....
Itu yang dirasakannya selama tiga tahun ini.Ibunya telah tiada sehari sebelum dirinya di wisuda, memaksanya untuk menunda acara wisudanya, dia bahkan belum sempat berpamitan pada Dody dan kedua orang tua Rika, hanya melalui pesan singkat ia memberi khabar pada temannya itu, sebelum berangkat dari tempat kosnya dini hari sekali.
Alunan dering nada di handphone-nya, menyadarkan Deny dari lamunan tentang masa lalunya dulu.
Deny:
HalloDody
Hallo Den, ini aku Dody...
Bagaimana khabarmu, kau ini benar-benar ya Den, tidak mau menghubungiku sama sekali. Kau sudah tidak menganggapku sahabat lagi ya. Aku bahkan mendapatkan nomer barumu dari anak tetangga kalian dulu, waktu nggak sengaja ketemu dia sama pacarnya di bioskop.Deny:
Maaf Do, bukan begitu. Aku kehilangan kontakmu, hand phone-ku hilang saat itu, dan aku sama sekali tidak ingat nomer telpon rumah Tante dan Om mu.Dody:
Setidaknya kau bisa main ke rumah kan? Apa kau juga lupa alamat rumah Om dan Tanteku.Deny:
Tentu saja aku ingat, aku sangat sibuk saat itu, setelah menyelesaikan kuliahku, sebulan kemudian aku langsung bekerja.Dody:
Ok, aku mengerti. Berikan alamat tempat tinggalmu yang sekarang, aku akan kesana mengunjungimu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.+++
Di sinilah Deny sekarang, setelah pembicaraannya dengan Dody seminggu lalu, dia memberanikan diri untuk mendatangi kota ini lagi, kota di mana terdapat Rika, wanita yang berusaha di hindarinya selama beberapa tahun ini, setelah pernyataan cintanya pada Deny 5 tahun lalu.
Tapi kini Deny terpaksa kembali lagi ke kota kembang ini, setelah Dody menyuruh dirinya untuk menyampaikan maksud dari sahabatnya itu. Sebenarnya Deny sudah berupaya mencari alasan untuk menolaknya, tapi dengan gencar pula Dody memaksanya.
Deny menarik napas sejenak, sebelum kendaraannya berhenti tepat di depan gerbang rumah tersebut.
Dua jam sebelum kedatangan Deny.
"Pah, sudah lama sekali ya Deny tidak pernah kemari, mama sangat merindukan anak itu." Ucap Irma, orang tua dari Rika.
"Iya Mah, Papa juga merindukannya. Bagaimana ya khabarnya sekarang." balas Hendri sambil menatap istrinya.
"Papa tidak merasa ya, perubahan anak kita semenjak Deny pergi, Mama rasa Rika menyukainya." Ucap Irma mengulum senyum.
"Betulkah! Itu sangat bagus. Sebenarnnya aku ingin sekali menjadikan Deny menantu di keluarga kita, tapi Papa takut Rika tidak setuju dan menolaknya." Ucap Hendri lagi.
"Papa benar ingin menjadikan Deny menantu!? Mama juga mempunyai keinginan seperti itu juga Pa," jawab Irma antusias.
"Tapi Pa, bagaimana jika Deny tidak menyukai putri kita." Balas Irma lagi khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.