part 23

1.8K 95 4
                                    

Sudah beberapa minggu ini Deny dan Rika selalu makan malam bersama, dan kini keduanya tengah duduk santai di teras depan sambil menikmati secangkir coklat panas.

Sebenarnya Deny ingin langsung pulang setelah acara makan malam rutin mereka, namun lebatnya hujan menghalangi niat lelaki itu. Dan di sinilah mereka sekarang, duduk diam sambil menatap curahan air yang tercurah dengan derasnya.

"Terimakasih ya, Kak Deny sudah mau menemani Rika," ucap wanita itu pelan, membuat Deny mengalihkan perhatiannya kembali ke arah Rika.

"Kamu adalah istri dari sahabat baikku, sudah sepatutnya aku menjagamu," Jawab Deny tenang sambil kembali menatap curahan air yang membasahi tanaman di halaman rumah Rika.

Tiba-tiba angin berembus cukup kencang, membawa hawa dingin yang langsung menerpa tubuh Rika yang hanya berbalut atasan Katun tanpa lengan, mengakibatkan tubuh ramping itu sedikit bergetar.

"Tubuh kamu sudah mulai menggigil Ka, lebih baik kita masuk saja," saran Deny dengan nada lembut.

Rika menggeleng pelan menanggapi ajakan Deny, gadis itu malah merapatkan tubuhnya dalam kehangatan pemuda itu, dengan sebelah tangan melingkari pinggang.

"Aku sudah merasa hangat sekarang," Jawab Rika santai, berbanding terbalik dengan keadaan Deny yang nampak  gelisah. Walau begitu Deny tetap membiarkan Rika menempel erat di tubuhnya, ikut merasakan kehangatan yang tidak hanya di rasakan oleh tubuh Deny, tapi juga hati dan perasaannya.

Mereka terlalu larut dengan perasaan masing-masing,  hingga tidak menyadari Dody yang terpaku di kejauhan dengan tubuh basah kuyup tertimpa hujan.

Lama lelaki itu terdiam  menatap tajam semua itu. kekecewaan dan rasa terluka jelas terpancar dari bola mata dengan manik sepekat malam milik Dody.

Dengan langkah gontai lelaki itu kembali ke mobilnya, Dody menempatkan tubuh basahnya ke sandaran jok, hanya duduk diam tanpa melakukan apapun. Pandangan matanya nampak kosong. Cukup lama lelaki itu terdiam dalam kesendiriannya, hingga tubuhnya kembali bergerak menstater mobilnya, melajukan kendaraan matic tersebut dengan kecepatan tinggi. Tujuannya hanya satu, kembali menemui Cindy. Membagi keresahan  hatinya lewat kata-kata, untuk sekedar mengurangi rasa sesak yang terasa menghimpit dada.

"Ya Tuhan Pak Dody!? Kenapa Bapak bisa sampai basah kuyup seperti ini," ucap Cindy cemas. Gadis itu segera menarik tubuh Dody masuk dan langsung menutup pintu apartemennya cepat.

"Saya akan ambilkan handuk bersih untuk Bapak," ujar Cindy sambil melangkah ke kamarnya. Tidak lama gadis itu kembali dengan sehelai handuk putih di tangannya.

Cindy menghampiri Dody yang kini sudah berada diantara ruang makan dan dapur, menyapukan handuk kering itu ke paras dan rambut basah Dody dengan penuh perhatian. Cindy tersenyum saat menyadari Dody yang terus menatapnya dalam diam.

"Kenapa di baju Bapak juga tercium aroma minuman keras, Pak Dody mabuk ya?" tanya Cindy lagi. Kali ini jemari gadis itu bergerak ke bawah, bermaksud untuk mengelap leher kokoh lelaki itu.

Dody yang masih dalam  pengaruh minuman keras langsung menahan pergelangan tangan gadis itu, membuat pergerakan Cindy terhenti. Mata keduanya saling menatap dalam keheningan. Di sana Cindy dapat melihat, ada begitu banyak luka dan kesedihan yang terpancar nyata di manik tajam lelaki itu yang kini terlihat sayu.

Cindy yang melihat kesempatan itu segera memanfaatkannya dengan baik.

Bagus, keadaan Dody sedang sangat tidak baik malam ini. Dia pasti akan mudah aku taklukan.

Perlahan Cindy mendekatkan tubuh seksinya pada tubuh Dody dengan gerakan menggoda, sebelum menyapukan bibirnya pada permukaan bibir lelaki itu.

Merasa tak mendapat penolakan dari atasannya tersebut, Cindy bertindak makin berani dengan mengulum bibir bawah Dody, jemari gadis itupun mulai merayap nakal, mengusap lembut dada terbuka Dody,  dari dua kancing milik lelaki itu yang memang tak terkancing sejak tadi.

Jangan pergi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang