Deni yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun saat mendengar alarm jam digitalnya berbunyi nyaring. Dalam keadaan yang masih mengantuk Deny bergerak untuk mematikan alarm yang terdapat di atas nakas samping tempat tidurnya, mengakibatkan selimut tebal yang menutupi tubuh lelaki itu melorot hingga sebatas pinggang.
Mengapa pagi ini udaranya dingin sekali.
Deny perlahan bangkit dari posisi tidurnya. Tubuh lelaki itu bersandar sejenak di kepala ranjang sambil memperhatikan ruang tidurnya yang sedikit gelap, karena tirai tebal kamarnya yang masih tertutup rapat.
Lelaki itu masih belum menyadari keadaan dirinya yang tak berpenutup tubuh. Dengan kesadaran yang masih belum sepenuhnya hadir, Deni menyibak selimut tebal yang membungkus separuh tubuhnya. Rasa shock langsung menyerang Deny, saat mendapati keadaan dirinya yang polos tanpa penutup tubuh.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi denganku," ucap Deny panik, matanya semakin membeliak lebar, saat menyadari bukan hanya dirinya yang berada dalam selimut tersebut.
Posisi Rika yang tidur memunggunginya, membuat Deny tidak dapat mengenali sosok wanita yang kini tengah terbaring di sampingnya.
Paras Deny memucat seketika, saat melihat keadaan wanita yang tidur di sebelahnya tidak jauh berbeda dengan dirinya.
Ya Tuhan! wanita itu juga ...
"Siapa kau?" ucap Deny dingin, tanpa berani menyentuh lengan wanita yang tengah terbaring di sampingnya.
Suara tajam Deny menganggu tidur wanita itu, membuat tubuh Rika berbalik menghadapnya dengan kelopak mata yang masih tertutup rapat.
"Ri ... Rika?!" ucap Deny tak percaya, saat melihat paras wanita yang berbalik ke arahnya.
"Ba ... Bagaimana kau bisa berada di sini?" tanya Deny kembali shock.
Rika terbangun oleh suara Deny yang mengeras karena terkejut, membuat manik coklatnya bertemu dengan manik Deny yang sedikit lebih gelap dari miliknya.
"Apa kak Deny lupa dengan apa yang kakak lakukan padaku semalam?" tanya Rika sedih, penampilan Rika juga tak kalah kacaunya dengan lelaki itu.
Deny tertegun, sepintas kejadian semalam berkelebat dalam ingatanya.
"Ya Tuhan, jadi malam itu kita benar-benar telah melakukannya," ucap Deny panik, membuat Rika terisak pelan.
Secara repleks Deny memeluk tubuh Rika erat, membiarkan wanita itu menumpahkan semua airmatanya, tanpa memperdulikan keadaan mereka berdua yang tak terbalut sehelai benangpun.
"Maafkan aku Rika, aku benar-benar minta maaf," ucap Deny penuh sesal, sambil tetap merengkuh tubuh Rika erat.
Pemuda itu segera melepaskan pelukannya, mengusap lembut bulir airmata yang membasahi pipi wanita itu, sebelum pandangannya tanpa sengaja jatuh ke arah tubuh Rika yang masih dalam keadaan polos.
Deny segera mengalihkan tatapannya dengan muka merah padam, tidak menyadari Rika yang juga merona saat tidak sengaja menatap tubuh bawah Deny yang tak tertutupi apapun.
Dengan gugup Deny kembali menarik selimut putih tersebut, mengenakan CD dan celana miliknya cepat, sebelum bangkit untuk menyambar kemeja biru yang tercecer di sudut kaki ranjang.
Deny melangkah menuju kamar mandi sambil mengancingi kancing kemejanya, meninggalkan Rika yang masih terbaring di sana.
Setelah Deni menghilang di balik pintu, Rika bergegas mengenakan pakaiannya kembali, dan langsung keluar dari kamar Deny untuk kembali ke kamarnya sendiri. Rasa canggung dan malu, membuatnya tidak sanggup untuk kembali bertatap muka dengan pemuda yang selalu mengisi relung hatinya sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.