part 12

1.8K 115 1
                                    

Deny termenung di kamarnya beberapa saat setelah Rika pergi, ia masih duduk di tempat yang sama, menyentuh pelan bibirnya yang tadi di sentuh oleh kecupan hangat gadis itu.

Tidak... ini tidak boleh...
Rika tidak boleh menyukaiku
Dia adalah milik Dody.

Dengan cemas Deny berjalan mondar-mandir di dalam kamar, berpikir keras untuk menghadapi masalah yang secara tidak langsung melibatkan dirinya.

Mulai sekarang aku harus menghindarinya. Ya, itu harus ku lakukan....
Walau aku tahu sikapku ini akan sangat menyakiti Rika, tapi dia tidak boleh menaruh asa-nya padaku, tidak boleh.

Author pov

Sejak saat itu Deny sebisa mungkin terus menghindar dari Rika, dia lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah dan bersikap makin dingin pada Rika, membuat perasaan gadis itu semakin sedih.
+++

Deny yang baru saja mengeluarkan motornya dari garasi mendesah pelan, karna melihat Rika yang menghalangi langkahnya di kejauhan.

"Kak Deny bisa minta waktunya sebentar, Rika mau bicara," Ucap Rika yang berdiri menunggu dengan bahasa tubuh yang terlihat gugup.

"Maaf Rika, aku harus buru-buru ke kampus." Dusta Deny, tanpa menatap lawan bicaranya. Demi Tuhan, dia tidak tega jika harus melihat mata bening itu harus kembali berkaca-kaca karna ulahnya.

"Tolonglah kak, sebentar saja." Ucap Rika dengan suara yang mulai bergetar, membuat Deny terpaksa mengangguk lemah.

"Kita bicara di teras saja ya kak?" Tanya Rika sedikit lebih tenang.

"Iya," jawab Deny pasrah. Ia segera memarkir motornya kembali di depan garasi dan menghampiri Rika yang telah duduk menunggunya di teras depan.

Deny mendudukkan pantanya di kursi yang berdampingan dengan gadis itu, berbatasan sebuah meja kecil berbentuk bulat.

"Apa yang ingin kau bicarakan." Ucap Deny, berusaha untuk terlihat tenang di hadapan gadis itu.

"Kenapa kak Deny terus menghindar dari Rika?" Tanya gadis itu tajam.

Deny terkejut mendengar pertanyaan Rika yang langsung memprotes sikapnya pada gadis itu.

"Aku tidak menghindarimu Rika, itu hanya perasaanmu saja." Dusta Deny, pemuda itu terus menjaga sikapnya agar tetap terlihat tenang di mata Rika.

"Bohong! Kak Deny jelas-jelas menghindari Rika, apa karna pernyataan Rika waktu itu pada kak Deny. Rika seorang wanita kak, Rika dapat merasakan perubahan sikap kak Deny pada Rika sejak kejadian siang itu." Ucap Rika sedih, suaranya mulai kembali bergetar, membuat Deny semakin di liputi oleh perasaan bersalah.

"Aku tidak mrnghindarimu Rika, saat ini aku memang sangat sibuk, terserah kau mau percaya atau tidak." Jawab Deny tegas.

"Entahlah kak, Rika hanya merasa sikap kak Deny berbeda pada Rika." Ucap gadis itu kembali dengan wajah tertunduk, Deny tahu pasti, kalau gadis yang duduk di sampingnya ini berusaha keras agar airmatanya tidak tertumpah. Membuat perasaan pemuda itu juga tersayat pedih.

"Maaf Rika, aku harus pergi sekarang." Ucap Deny pelan, tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Deny segera menuntun motornya ke luar halaman, sebelum menutup gerbang itu kembali. Dari ekor matanya Deny sempat melihat Rika yang masih terduduk di sana dengan wajah tetap tertunduk.

Berusaha mengabaikan perasaannya yang kembali tersayat melihat kesedihan gadis itu, Deny segera memacu motornya meninggalkan tempat tersebut.

++++

3 bulan kemudian

Rika menatap marah ke arah Deny yang duduk berhadapan dengannya. Lelaki itu tampak tenang dan samasekali tidak terpengaruh oleh kemarahan Rika kepadanya.

Saat ini mereka sedang duduk berdua di sebuah Cafe, Rika sengaja meminta Deny untuk menemuinya di sini setelah mendengar kabar dari Dody kalau pemuda itu akan pergi dari kediaman orangtuanya.

"Apa maksud semua ini kak Deny?" Tanya Rika geram.

"Aku hanya ingin mencari suasana baru, lagipula tempat kos ku yang sekarang ini lebih dekat dari kampus." Jawab Deny tak acuh.

"Alasan yang sebenarnya karna kak Deny ingin menghindar dariku kan?" Tanya Rika lagi, kemarahannya telah berganti dengan kesedihan yang tergambar jelas di manik coklat gadis itu.

"Kamu bicara apa Rika, bukankah aku sudah jelaskan kepadamu alasanku yang sebenarnya." Ucap Deny lagi.

"Kak Deny pikir Rika akan percaya? Rika bahkan merasa kak Deny begitu membenci Rika, sebegitu menjijikkannya kah Rika di matamu kak, hingga kau bahkan tidak sudi untuk menatapku." Ucap Rika mulai terisak.

"Astaga Rika, aku tidak pernah punya pikiran seperti itu, bagaimana mumgkin kau menganggap dirimu menjijikkan." Ucap Deny marah sambil menatap mata gadis itu.

Ya Tuhan, bagaimana mungkin dia bisa menganggap dirinya sendiri sehina itu.

"Aku hanya ingin hidup mandiri Rika, apa itu salah.
Tolong jangan mempersulit keputusanku." Ucap Deny lagi dengan nada yang kembali pelan.

"Rika pasti akan sangat merindukan kak Deny." Lirih gadis itu dengan pipi yang mulai basah oleh air mata. Ingin sekali Deny merengkuhnya untuk dapat mengurangi beban gadis itu, mengusap kepalanya dengan lembut sambil mengucapkan
Kata-kata yang menenangkan untuk menghiburnya. Tapi dia tidak ingin harapan gadis itu semakin bertumbuh kepadanya, karna itu Deny hanya menyerahkan saputangan miliknya pada Rika.

"Ini..." ucap Deny singkat sambil menyerahkan saputangan putih dengan motif persegi miliknya.

"Terimakasih," lirih Rika pelan setelah menerima saputangan dari Deny.

"Maaf Rika aku harus pergi sekarang, temanku sudah menungguku," ucap Deny lembut, dia berkata jujur kali ini, karna teman sekampusnya Aldi beserta yang lain sudah menunggunya di cafe lain.

"Apa dia wanita?" Tanya Rika sendu, airmata gadis itu telah berhenti mengalir, tapi kesedihan masih nampak jelas di kedua manik coklatnya.

"Ya," jawab Deny pelan, entah kenapa dia berdusta pada gadis remaja yang duduk di hadapannya ini.

Yang jelas dia tidak ingin perasaan gadis itu semakin bertumbuh subur padanya, mungkin dengan memupus harapannya, Rika akan cepat melupakan perasaan itu pada dirinya.

"Kamu tidak ingin pulang sekarang, aku bisa mengantarmu dulu sebelum menemuinya. Kulihat
kau tidak membawa motor." Ucap Deny sebelum beranjak dari tempat duduknya.

"Aku masih ingin disini," ucap Rika dengan pandangan sedikit kosong.

Deny hanya dapat menatap
Gadis itu iba.

Apa yang telah kau lakukan Deny? Kau membuat perasaan gadis itu semakin terpuruk karenamu.

Dengan berat hati Deny terpaksa pergi meninggalkan Rika yang masih nampak sedih, berjalan cepat menuju parkiran motor, berusaha untuk melupakan kejadian tadi untuk menguatkan hatinya yang sedikit goyah akibat airmata gadis itu.

TBC

Rabu, 04/07/2018
Pkl. 08.46 WIB

Jangan pergi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang