"Kak Deny, kita makan dulu yuk," ajak Rika.
Deny hanya mengangguk pelan menuruti keinginan gadis di sampingnya, di tangan kanan Rika sudah tampak 2 kantong belanjaan berlogo merk terkenal.
"Kamu nggak jadi beli bahan buat prakarya Rika?" Tanya Deny kemudian, sebab sejak tadi Rika hanya membeli beberapa potong pakaian saja beserta aksesoris wanita.
Perkataan Deny membuat Rika gugup seketika, sebab dia berbohong mengatakan jika dia ada prakarya agar Deny tidak jadi pergi dengan Dody.
"Eh ... Itu, teman Rika tadi ngirim pesan, kalau dia udah beli'in bahan prakarya buat Rika juga waktu dia pergi ke mall tadi malam, dan udah di kerjain sekalian sama abangnya," jawab Rika sedikit ragu.
"Oh gitu ... teman kamu baik sekali ya," ucap Deny sambil terus melangkah di samping Rika, yang di balas gadis itu dengan ringisan samar.
Maafkan kebohonganku ini kak Deny ...
Kedua remaja itu terus melangkah menyusuri area mall yang semakin ramai.
Gadis itu sempat cemberut, waktu seorang wanita muda yang berpapasan dengan mereka tersenyum manis pada Deny, dan di balas tak kalah lembut oleh cowok yang berjalan di sampingnya ini."Kak Deny kenapa sih balas senyuman tuh cewek, emang kak Deny kenal?" Tanya Rika sebal, apalagi jika melihat tatapan penuh minat dari gadis seusianya tersebut pada Deny.
"Kak Deny tidak kenal, gadis itu tadi tersenyum pada kakak, jadi apa salahnya jika kak Deny membalas, senyum itukan ibadah Ka." Terang Deny dengan nada lembut.
"Jadi kalau nanti ada orang gak waras yang senyumin kak Deny, kakak balas juga gitu," ucap Rika asal.
"Ya, gak sampai gitu juga kali Ka, kamu ini ada-ada saja," balas Deny sambil tersenyum geli.
"Kita makan di situ aja yuk kak," ajak Rika pada Deny, sedikit tidak perduli atas jawaban Deny tadi. Pemuda itu kembali mengiyakan permintaan Rika, mereka berdua melangkah bersama menuju restoran yang terlihat sedikit sepi. Deny lalu mengajak Rika untuk duduk di pojok ruangan, dekat dengan kaca.
"Bagaimana kak suasana di kampus baru, apa meyenangkan? Tanya Rika antusias.
"Cukup menyenangkan, mereka semua baik." Jawab Deny setelah selesai menuangkan saos sambal ke dalam mangkuk mie miliknya.
"Sekolahmu sendiri bagaimana?" Ucap Deny balik bertanya.
"Biasa saja, tidak ada yang istimewa, seperti kegiatan remaja pada umumnya." Jawab Rika enggan, setelah selesai bicara Rika mulai menyuapkan sesendok mie lagi ke dalam mulutnya.
"Masa sih, bukankah saat SMA adalah masa yang paling menyenangkan, apalagi bila bertemu dengan kekasih hati." Ucap Deny dengan tersenyum kalem. Pemuda tampan bermata sayu tersebut mulai menyuap kembali mie ayam miliknya, tanpa menyadari tatapan Rika yang sejak tadi memperhatikan dirinya.
"Kak Deny, Rika mau tanya. apa kak Deny sudah punya pacar?" Tanya Rika was-was, ia takut sekali jika pemuda itu memiliki seorang kekasih.
Deny tersenyum manis sebelum menjawab pertanyaan gadis remaja di depannya, membuat kinerja jantung Rika kembali berdetak cepat.
"Niat kak deny datang ke kota ini kan buat menuntut ilmu, mana sempat untuk memikirkanya, apalagi untuk memiliki seoarang kekasih." Jawab Deny tenang.
"Bagaimana jika kak Deny jatuh cinta?" Tanya Rika penuh harap.
Deny menghela napas pelan sebelum menjawab.
"Aku tidak mau menjawab hal yang belum pasti, yang jelas kak Deny akan lebih memprioritaskan pendidikan kak Deny dulu dan membahagiakan ibu, hanya itu yang Kak Deny pikirkan untuk saat ini." Ucap pemuda itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan pergi (End)
RomanceSebagian alur ceritanya gue rombak, nggak jadi sad ending. Ternyata gue nggak bakat bikin cerita model begituan.