dwi - pecah

2.5K 446 11
                                    

*


ratimaya — dwi


*

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh saat Rajendra sudah selesai berkeliling di area stand-stand yang disediakan. Ia cukup puas dengan hasil bidikan kameranya. Banyak sekali potret-potret manusia dan benda mati yang terabadikan di dalam kamera milik Rajendra.

Kini laki-laki itu berjalan ke arah pintu masuk GBK saat Lingga memberitahunya bahwa ia sudah berada di dalam stadion dan menunggu Rajendra datang. Rajendra tidak bisa langsung masuk ke dalam stadion. Keadaan yang ramai dan sesak membuat badannya kesulitan untuk bergerak, bahkan Rajendra menutup hidung dan mulutnya untuk mengambil oksigen. Mungkin karena acara ini merupakan acara lima tahunan dan kebetulan gratis, massa membludak di setiap pintu masuk stadion. Anggota polisi dan TNI juga terlibat dalam menjaga keamanan. Situasi yang ramai memungkinkan terjadinya kerusuhan.

Setelah kakinya keram dan kehabisan napas, Rajendra berhasil masuk ke dalam stadion. Ekspektasi bahwa di dalam stadion Rajendra akan menemui angin yang berhembus di sekitarnya, justru yang Rajendra dapat adalah bau tak sedap.

Orang-orang di dalam stadion tak kalah rusuh, mereka sibuk berebut kursi di tribun. Banyak juga dari mereka yang kakinya terinjak secara tak sengaja, lalu merintih kesakitan karena tak ada petugas medis terdekat.

Rajendra mengecek kolom percakapannya dengan Lingga di WhatsApp. Ia mengetik dan menanyakan posisi laki-laki itu. Setelah dibalas, Rajendra berjalan ke arah seat temannya berada.

"Sesek banget." Rajendra berkomentar saat ia sudah duduk di kursi stadion. Ia melepas sepatunya dan memijat jemari kakinya yang kelelahan akibat berdiri terlalu lama.

Lingga yang berada di sampingnya hanya tertawa. "Namanya juga acara gratis, ya pasti banyak orang." Ia memberikan Rajendra sebotol minuman dingin dari dalam tas.

Rajendra dengan cekatan meraih dan menandaskan botol air mineral tersebut hingga tersisa setengahnya. "Haus banget gue." Satu tangannya mengipasi area leher.

"Kan lo belum minum semenjak kita sampai di sini."

"Btw, megah juga ya panggungnya?"

"Untuk ajang festival di tingkat nasional, emang udah sepatutnya dekorasi dan tata panggungnya megah dan mewah."

Obrolan mereka berdua terhenti karena suara dari speaker yang menyatakan bahwa acara akan segera dimulai. Lima menit setelah itu, kelompok paduan suara yang nama grupnya tidak diketahui itu naik ke atas panggung. Suara dari speaker kembali terdengar, ia menyuruh semua audiensi diharapkan berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.

Bak kerbau yang dicucuk hidungnya, semua audiens lantas berdiri dan bersiap menjadikan lagu kebangsaan Indonesia. Intro biola langsung terdengar, diikuti suara drum, terompet, piano, dan tentunya suara dari paduan suara dan audiens.

Saat sudah selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya, audiens dipersilahkan untuk duduk kembali. Suara drum dan terompet terdengar saat kedua pembawa acara naik ke atas panggung dengan senyum yang lebar. Mereka berdua pasti merasa bangga tampil di hadapan masyarakat Indonesia.

"Selamat malam Indonesia!" Pembawa acara laki-laki mulai bersuara. "Perkenalkan nama saya Andri Fatir, selaku pembawa acara festival budaya yang tahun ini bertakjub Gelora Nusantara. Suatu kebanggaan tersendiri bagi saya untuk menjadi bagian dari festival yang diadakan setiap 5 tahun sekali ini."

Pembawa acara perempuan di sampingnya ikut menyahut. "Ya, benar sekali Andri. Saya juga merasa sangat senang dan antusias karena bisa berdiri di sini, terutama di hadapan Pak Dewangga Mahapati beserta Ibu Negara, dan Pak Erta Yudha beserta Ibu."

RATIMAYA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang