*
ratimaya — ekadasa
*
Sudah hampir satu setengah tahun Rajendra bergabung dengan komunitas Buka Buku. Awalnya, komunitas ini cuma sekelompok orang yang suka membaca di perpustakaan kampus. Entah itu mencari referensi untuk tugas atau hanya sekedar melenyapkan keringat karena AC perpustakaan yang cukup dingin. Tripta, penggagas dari Buka Buku pada awalnya hanya berniat iseng mengumpulkan orang-orang yang suka nongkrong di perpustakaan dengan tujuan sekedar sharing buku bacaan. Tapi lambat-laun, Buka Buku mulai merambat ke jalanan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak kecil. Tujuannya biar meningkatkan literasi kaum muda, apalagi anak-anak.
Proses awal terjun ke jalanan juga tidak mudah. Buka Buku pernah ditolak, dihiraukan, dan diusir dari lokasi peningkatan literasi. Masing-masing anggota komunitas Buka Buku pernah membawa beberapa komik, majalah Bobo, dan novel-novel fiksi maupun non-fiksi untuk dibagikan secara gratis ke masyarakat. Namun, belum juga menggelar tikar, buka buku harus kembali melipatnya.
Memang benar kalau setiap ada pahit, pasti akan ada manis. Berjalan setengah tahun, komunitas Buka Buku mulai berkembang dan anggotanya bertambah. Perkembangan teknologi juga membantu mereka dalam proses promosi. Bahkan komunitas ini sudah memiliki aplikasi online yang bisa diunduh di
Playstore atau Google Play dengan nama yang serupa.Rajendra dan Janita sudah sampai di lokasi literasi, yang biasanya disebut Markas Baca. Markas itu terdiri dari satu ruangan besar yang sudah pasti di dalamnya terdapat banyak buku yang berjejer dan menumpuk di rak.
"Gue baru tau lo suka baca." Janita membantu Rajendra memilah buku komik dan novel di bagasi mobil laki-laki itu.
"Nggak terlalu suka sih sebenarnya. Kalau novel yang berat-berat, gue juga nggak mau baca. Tapi kalau kumpulan cerpen, sajak, atau slice of life, baru gue suka."
"Terus kenapa lo bawa buku-buku ini?"
"Nganggur di rumah, nggak gue baca lagi. Daripada dimakan rayap, mending gue sumbangin. Daripada lapuk dan nggak keurus, mending gue kasih ke orang lain. Buku-buku yang gue bawa ini belinya pake uang sangu gue pas sekolah, sayang aja kalau harus lengkap buat santapan rayap." Rajendra membawa setengah tumpukkan buku ke dalam Markas Baca, sebab setengahnya lagi ada di Janita.
Markas Baca lebih besar dan nyaman dibanding yang Janita pikirkan sebelumnya. Ruangan itu tentu jauh lebih besar daripada ruang baca kesayangan Mama. Koleksi-koleksi bukunya pun jelas lebih banyak dibanding yang Janita punya.
"Kalau Mama diajak ke sini, kayaknya Mama bakal senang banget." Janita tersenyum, matanya mengelilingi markas buku dengan semangat.
"Sini." Rajendra mengulurkan kedua tangannya untuk mengambil buku yang Janita bawa. "Itu bisa jadi opsi proses penyembuhan trauma Mama lo. Nanti, kalau gue ada waktu, lo ada waktu, dan Mama lo siap, gue bakal bawa dia ke sini," katanya setelah menaruh tumpukkan buku itu di atas meja.
"Lo seserius itu ya, Raj, ngebantu Mama gue buat sembuh?"
"Kenapa enggak?" Rajendra berbalik tanya, kemudian ia pergi menghampiri seseorang yang tengah membacakan Majalah Bobo keluaran lama ke hadapan anak kecil.
"Widih, Mas Tripta. Lagi baca cerita apa nih?" sapa Rajendra yang kemudian ikut duduk di lantai.
"Biasa." Tripta menunjukkan sampul majalah Bobo ke Rajendra. "Majalah Bobo. Majalah anak-anak. Rambutnya kribo, seperti genderuwo. Aniii, masih kecil. Oa oa. Aniii, sudah besar, tidurnya jam delapan, yang bergerak anaknya setan." Tripta menyanyikan lagu mainan anak-anak pada masanya, membuat anak kecil itu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RATIMAYA [✓]
Romansayou're the light you're the night you're the light in my night #note : republish