tritinisat - titik dan koma

1.9K 258 36
                                    

*

ratimaya — tritinisat

*

Perubahan itu ada dan bisa dirasakan keberadaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perubahan itu ada dan bisa dirasakan keberadaannya. Berhari-hari setelah kepergian Lingga, semuanya perlahan merangkak menjauh. Pribadi-pribadi tersebut menunjukkan apa yang sejak awal yang sebetulnya harus ditunjukkan. Rajendra bisa merasakan bagaimana benang merah tersebut terputus, hilang, dan susah diperbaiki. Satu hal yang ia sadar kalau semuanya perlahan berubah adalah tidak ada pesan ataupun panggilan dari Janita. Lenyap berhari-hari tanpa sebab. Kemudian dilanjut dengan beberapa adegan di kampus yang tidak ia inginkan. Tidak ada sapaan saat tak sengaja melintas. Ia hanya berlalu dan menatap ke depan.

Laporan kegiatan yang seharusnya dilakukan bersama-sama oleh Lingga pun, Rajendra lakukan sendiri. Beberapa kali dibantu Sena dan Deka. Rapat organisasi tak sehangat dulu, kini telah beku. Tidak ada pembacaan puisi romansa dadakan untuk Janita. Tidak ada yang datang dengan wajah ceria saat detik-detik rapat dimulai. Tidak ada yang membawakan gorengan, rokok, ataupun es kemasan. Tidak ada lagi sosok Lingga dan tempatnya tidak bisa digantikan oleh sosok apa saja yang mencoba merebutnya.

Tidak ada.

Akhir-akhir ini pula Rajendra sering melihat motor Scoopy milik Jagar yang menunggu di depan kampus. Anak laki-laki dengan seragam SMA yang dibalut jaket jeans tersebut kerap kali tertangkap mengomel di telepon. Semacam memarahi kakak perempuannya yang lama sekali untuk datang dan segera pulang, mengingat bahwa selepas menjemput Janita, ia diharuskan pergi ke tempat les karena sebentar lagi ujian akhir akan dimulai.

"Ck, mikirin apaan sih lo? Belum sembuh juga itu sakit cinta?" Sena datang dari arah belokan koridor mading fakultas. Ia menaruh asal tas punggungnya di samping Rajendra. "Udah lah, episode sad boy udah selesai. Sekarang waktunya happy boy," katanya sambil mengeluarkan laptop.

Dengusan keluar dari mulut Rajendra. "Sakit cinta pala bapak kau! Lagian sad boy apaan? Gue fine-fine aja," tolak Rajendra menyanggah ucapan Sena.

"Btw, gue ketemu Janita tadi di gedung fakultas dia. She's look so fine and fun. Nggak seperti yang ada di bayangan gue. Lo berdua masih diam tanpa suara?" tanya Sena sembari meng-edit video penampilan guest star saat penutupan Pekan Olahraga Antarfakultas dua minggu yang lalu.

"Ya, seperti yang lo lihat. Dia ngejauh dari gue. Chat gue nggak dibalas. Telepon gue nggak diangkat. Padahal gue cuma mau bilang kalau everything will be fine, meski itu klasik dan kemungkinan buat jadi kenyatannya kecil banget."

Setelahnya, Sena tertawa. Ia memandang Rajendra tidak percaya, ditambah dengan mulut yang terbuka. "Wow. Gue rasa apa yang waktu itu gue bilang tentang keberadaan lo yang pengen dilihat sama Janita kayaknya bener. Asumsi gue nggak pernah salah. Ck, Raj, Janita nggak butuh semua spam chat dan call yang lo lakuin. Dia cuma butuh lo datang ke rumahnya atau ke tempat mana pun dia berada sambil bilang, 'Come here. Let me hug you. I'm your sun. I have a medicine. Are you bleeding? Oh, come on, I'm your temporary fix.' atau apa kek gitu yang biasanya lo ucapin kalau lagi nenangin cewek. Nggak usah munafik deh pakai bilang kalau semuanya bakal baik-baik aja. Janita lagi nggak dalam keadaan yang seperti itu. She's not fine. Trust me. Gue juga kalau jadi dia bakal bingung dan sedih. Lo ditinggalin sama orang yang selalu ada di mata lo, yang selalu mondar-mandir di hari-hari lo, yang selalu nanya, 'Hari ini mau dikasih puisi kayak gimana?' Damn, Bro, it's so hurt for her. Kehilangan orang yang menjadikan seseorang tersebut sebagai suatu sandaran, sebagai sebuah pundak, itu bener-bener menyakitkan. Lo kayak ditusuk ujung belati. Sakit, Raj. Gue nih, gue—," Sena menepuk-nepuk dadanya sendiri, seperti meyakinkan Rajendra kalau ucapannya kali ini tidak main-main. "Kalau gue jadi Janita juga bakal murung berhari-hari. Nggak ada orang yang paham sama keadaan orang sakit hari pas ditinggal pergi padahal butuh banyak penjelasan. Jangan egois. Dunianya bukan lo doang. Perasannya bukan milik lo seorang."

RATIMAYA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang