Part 19

634 55 6
                                    

Waktu terus berjalan. Naomi tampak merenung dihalaman belakang rumahnya. Dia melamunkan semua cerita yang dituturkan oleh Frieska. Memang sangat tragis yang dialami oleh Bu Melody. Hanya karena iri semata, teman-teman sekolahnya tega menganiayanya hingga cacat.

Tapi Naomi juga kagum pada Guru muda itu. Walaupun dirinya cacat, bukan berarti dia menyerah mengejar impiannya. Dan itu dibuktikan dengan penghargaannya sebagai Guru teladan. Bahkan Frieska juga bilang kalau Kakaknya adalah lulusan terbaik dikampusnya.

Bu Melody memang kuat. Kalau aku diposisi dia apa aku akan sekuat dia? Batin Naomi. Tapi memang sebenarnya Naomi sudah berada dalam posisi Melody. Walaupun masih agak beruntung. Karena mereka baru melukainya dan belum membuatnya, jangan sampai deh. Batin Naomi bergidik.

Saat sedang menyandarkan kepalanya ke kursi, Sinka menghampiri Naomi yang terlihat memejamkan matanya. Ditepuknya pipi Naomi hingga dia membuka matanya. Naomi langsung bisa menatap Sinka yang sedang menatapnya dari atas.

"Kenapa Dut?" Tanya Naomi.

"Dudut laper Ci." Sahut Sinka.

"Ya udah Cici masak dulu." Kata Naomi lalu bangkit.

"Dudut mau makan diliuar Ci."

"Mau makan dimana?"

"Ya dimana gitu. Sekalian jalan-jalan."

"Iya Cici ganti baju dulu. Kamu tunggu dimobil sana."

"Oke Ci."

Naomi menuju kamar atas dan mengganti bajunya dengan yang lebih santai. Dia pun segera turun setelah mengambil dompet. Sinka sudah menunggu dimbol lalu Naomi masuk ke bagian kemudi. Naomi menyalakan mesin mobil lalu menjalankannya.

Sinka turun untuk menutup pagar lalu kembali masuk mobil. Naomi kembali menjalankan mobilnya dan menatap jalanan yang sepi. Sinka sejak tadi hanya memainkan smartphonenya sambil mestalk akun media social temannya.

Karena bosan, Naomi menyalakan radio dan mengatur suaranya agar tak terlalu berisik. Saat sedang asik mendengarkan radio, satu lagu berputar dan sanggup membuat Naomi mematung sesaat. Dream Theater. The Spirit Carries On. Batin Naomi.

"Loh ini lagu apa sih Ci?" Tanya Sinka.

"Ini lagu lama. Tahun 1999." Sahut Naomi.

"Loh kok Cici tahu? Cici ternyata udah tua." Ledek Sinka.

"Bukan. Dulu Papa sama Mama pernah dengerin lagu ini. Jadi Cici tahu."

"Oh aku kira Cici udah tahu."

"Ledek aja terus."

Sinka tertawa lalu kembali memainkan smartphonenya. Menyentuh. Apa ini yang dirasakan Vino sesaat sebelum dia diambang kematian dulu? Batin Naomi. Naomi terus menyetir sampai Sinka menatapnya dengan bingung.

"Ci Omi." Panggil Sinka.

"Apa Dut?" Sahut Naomi.

"Ada yang lagi dipikirin ya Ci?" Tanya Sinka.

"Gak kok."

"Tapi dari tadi Cici diem aja."

"Kamu masih mau dipanggilin Guru kursus yang kemarin?"

"Gak ah Ci. Dudut gak cocok."

"Hm ya udah nanti Cici cari lagi yang siapa tahu cocok."

"Terserah Cici aja."

Pembicaraan kembali terhenti dan radio memutarkan lagu Adera yang berjudul Lebih Indah. Naomi sangat menyukai lagu ini. Sampai dia membesarkan sedikit volumenya. Sinka menatap keluar jendela dengan pandangan kagum.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang