Waktu menunjukkan jam pulang sekolah. Semua murid membereskan buku dan alat tulis mereka lalu memasukkannya ke tasnya masing-masing. Termasuk Naomi dan Frieska. Tapi seperti tadi. Frieska yang biasanya mengajak Naomi ngobrol hanya diam sepanjang pelajaran.
Tampak dari wajahnya kalau Frieska masih marah. Naomi juga tak bisa melakukan apa-apa. Bukannya dia tak ingin minta maaf atas kata-kata yang dilontarkan oleh Papanya. Sudah berulangkali Naomi mengucapkannya tadi. Tapi hanya ditanggapi dengan dingin oleh Frieska.
Frieska berdiri lebih dulu dan keluar dengan langkah cepat sambil menenteng tasnya. Naomi yang memang menunggu langsung menyusul langkah cepat Frieska. Tak dipedulikannya rasa sakit yang menusuk dikakinya. Dia hanya ingin meminta maaf atas kata-kata yang sangat merendahkan Kakaknya.
Susah payah Naomi mengejar Frieska dan akhirya dia bisa menahan tangan Frieska yang sudah sampai dikoridor yang dekat dengan tempat parkir. Frieska menoleh dan menatap Naomi yang tampak kepayahan dengan tatapan datar.
Dalam hati kecilnya sebenarnya Frieska tidak tega saat melihat Naomi yang bahkan rela mengejarnya untuk meminta maaf atas kesalahan yang bukan dia perbuat. Tapi rasa sakit hati Frieska belum hilang saat mengingat kata-kata menusuk yang terlontar beberapa hari yang lalu.
Setelah Naomi bisa menahan Frieska, Frieska membiarkan Naomi mengatur nafasnya lebih dulu karena dia tahu. Sangat melelahkan untuk orang yang cedera kakinya seperti Naomi untuk berjalan jauh. Akhirnya Naomi mendongak dan menatap Frieska dengan sendu.
"Fries, aku mohon. aku minta maaf atas perkataan Papaku waktu itu pada Bu Melody." Ujar Naomi dengan suara bergetar.
"Aku udah bilang sama kamu. Kalau aku gak marah dan kamu gak perlu minta maaf." Tukas Frieska dengan nada dingin.
"Tapi sikap kamu mencerminkan kamu belum memaafkan Papaku." Bantah Naomi.
"Aku akan lebih menghargai kalau Papa kamu sendiri yang minta maaf sama Kakakku."
"Fries."
"Naomi, aku gak masalah kalau Papa kamu menjelek-jelekkanku. Tapi yang dia jelek-jelekkan adalah MELODY. KAKAKKU SENDIRI YANG SANGAT AKU SAYANGI."
Naomi kaget saat mendengar nada tinggi. Belum pernah dia mendengar nada tinggi yang dikeluarkan Frieska padanya. Bahu Frieska tampak bergetar menahan amarah. Bahkan wajahnya kini memerah seakan menahan amarah yang sudah sejak dulu dia pendam.
"SUDAH CUKUP UNTUK AKU MELIHAT DIA DIHINA. SAAT AKU PINDAH KE JAKARTA DARI BANDUNG AKU BERHARAP GAK ADA LAGI YANG MENGEJEK KAKAKKU. TAPI ITU SIA-SIA KARENA MASIH SAJA ADA YANG MENGHINA DIA. DAN ORANG ITU TERNYATA ADALAH ORANG TUA DARI SAHABATKU SENDIRI. YAITU PAPA KAMU." Meledaklah amarah Frieska.
"Aku, aku minta maaf." Naomi terisak.
"Cukup bagi aku Naomi. Aku gak mau lagi Kakakku dihina seenaknya. Dan jangan membuatku semakin marah karena emosiku gak stabil hari ini." Ujar Frieska.
"Frieska."
"Maaf Naomi. Aku gak ada maksud untuk membenci kamu. Tapi setiap aku mengingat kata-kata Papa kamu, semakin aku merasa sakit hati saat melihat kamu."
Setelah mengatakan itu, Frieska langsung pergi menuju parkiran untuk mengambil mobilnya dan pulang. Mobil itu pun pergi meninggalkan gedung sekolah dengan kecepatan sedang. Naomi masih terpaku dikoridor sambil menangis.
Dari kejauhan, Melody melihat semuanya. Dari awal sampai akhir. Begitu juga Stella dan Panda. Mereka berdua sudah mengetahui awal mula Frieska menjadi dingin seperti ini. Ya mereka memang bisa maklum. Frieska sangat menyayangi Melody. Wajar dia bisa semarah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Here (END)
RandomKarena urusan pekerjaan Ayahnya, Naomi dan Adiknya terpaksa pindah rumah dan sekolah. tapi disekolah barunya Naomi harus mengalami kejadian tak mengenakkannya. saat itulah seorang yang misterius dan terkesan menyendiri datang dan seakan melindunginy...