Hari itu langit terlihat mendung. Tapi disebuah sekolah, lebih tepatnya disebuah aula terlihat kumpulan murid yang duduk dikursi aula dengan wajah muram. Walaupun tak semuanya muram bahkan kebanyakan dari mereka malah tersenyum dan tertawa seakan tak terjadi apa-apa.
Mungkin hanya Lidya, Shania, Frieska dan Naomi yang memasang wajah duka. Juga para anggota tim basket yang ikut berada diaula. Dipodium tampak wakil kepala sekolah bersiap-siap pidato sambil membuka kertas yang dia bawa.
"Selamat pagi murid-murid. Mungkin kalian belum tahu untuk apa kalian diminta untuk berkumpul diaula sekolah. Baru saja atau lebih tepatnya kemarin kami mendengar berita kematian dari salah satu murid disini yang bernama Viviyona Apriani." Buka wakil kepala sekolah.
Lidya kembali menangis. Shania langsung mengelus bahu Lidya yang kembali bergetar. Lidya masih tak percaya kalau sahabatnya sejak kecil itu harus pergi secepat ini. Kenapa kamu pergi Yon? Kenapa? Batin Lidya perih.
Dipodium wakil kepala sekolah kembali melanjutkan pidatonya. Naomi menunduk dan Frieska langsung menggenggam tangannya. Naomi menoleh dan Frieska menatapnya dengan muram tapi juga berusaha kuat. Naomi membalas genggaman tangan Frieska lalu kembali mendengarkan wakaseknya.
"Kita sekarang hanya bisa berharap semoga arwah Yona akan tenang dialam sana dan dilapangkan jalannya dialam sana. Untuk itu saya meminta semua murid berdiri dan mendoakan sahabat yang paling kalian cintai dan murid yang bisa dibanggakan." Pinta Wakasek.
Semua murid langsung berdiri. Frieska juga berdiri disusul Naomi. Naomi melihat Lidya yang kembali menangis dan Shania yang masih menyabarkannya. Para Guru juga tak kalah berdukanya. Terutama Stella. Matanya sudah memerah menahan tangis.
Melody mengelus tangan Stella lembut dan Stella menoleh ke arahnya dan tersenyum lirih. Melody membimbingnya mendekat dan melingkarkan tangannya ke pinggang Stella. Stella membiarkannya dan mulai bersiap berdoa.
"Ayo kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai." Wakasek langsung menunduk dan para murid melakukannya.
Naomi menunduk lalu mulai berdoa. Semoga kamu tenang dan bahagia disana disurga bersama Vino Yon. Amiin. Batin Naomi. Frieska juga khusuk berdoa sambil memejamkan matanya. Akhirnya pembacaan doa selesai dan semua kembali mengangkat kepalanya dan duduk.
"Amiin. Semoga arwah teman, sahabat dan saudara kita akan membimbingnya ke surga. Karena sekarang masih dalam berkabung, maka kegiatan belajar-mengajar akan ditiadakan. Jadi kalian boleh pulang dan akan dilanjutkan besok. Itu saja yang bisa saya sampaikan. Selamat pagi."
Semua murid bubar kecuali para anggota tim basket. lidya dan Shania juga masih diam diaula. Vernando langsung mendekat dan menyuruh para anggota untuk berkumpul diruang olahraga karena Coach Denny sudah menunggu. Mereka pun mengangguk paham dan Vernando langsung keluar.
"Ayo Mi. Kita ke ruang olahraga." Ajak Frieska.
"Oke." Sahut Naomi.
"Aku akan nunggu didepan ruang olahraga. Sama Lidya." Kata Shania.
"Iya Shan. Nanti kalian antar Naomi pulang ya. Aku harus nunggu Kakakku."
Shania mengangguk lalu mereka mulai berjalan meninggalkan aula yang sudah kosong karena para anggota tim basket langsung menuju ruang olahraga. Mereka terus berjalan menelusuri koridor yang sepi karena para murid mulai pulang.
Sesampainya diruang olahraga, Naomi dan Frieska langsung masuk dan melihat para anggota sudah berkumpul. Coach Denny juga duduk dikursi sambil tangannya memegang jersey basket berwarna putih dan hitam. Naomi langsung duduk disebelah Frieska dan Desy.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Here (END)
RandomKarena urusan pekerjaan Ayahnya, Naomi dan Adiknya terpaksa pindah rumah dan sekolah. tapi disekolah barunya Naomi harus mengalami kejadian tak mengenakkannya. saat itulah seorang yang misterius dan terkesan menyendiri datang dan seakan melindunginy...