Part 20

744 56 5
                                    

"Uhuk uhuk."

Suara batuk Melody terdengar dari luar kamar. Frieska langsung memasuki kamarnya dan melihat Citra sedang mengelap sudut bibir Melody yang basah. Demam Melody belum turun sejak 2 hari yang lalu. Tapi Melody selalu menolak untuk dibawa ke Dokter.

Jaket tebal dan kompres masih dipakainya. Bahkan wajahnya lebih pucat dari kemarin. Anak-anak kecil yang akan kursus matematika jadi digantikan oleh Frieska. Bahkan Naomi juga membantu dan datang ke rumahnya. Tapi sekarang Naomi sedang menemui Ayahnya dikantornya.

"Dek, kita ke Dokter ya. Sakit kamu makin parah." Bujuk Citra.

"Gak Mbak. Aku gak mau." Tolak Melody lirih.

"Tapi kamu panasnya makin tinggi. Mbak khawatir." Citra masih berusaha membujuknya.

"Iya Mbak. Mbak Imel ke Dokter ya. Biar kita tahu Mbak sakit apa."

"Gak Dek. Mbak mau dirawat dirumah aja."

"Mbak."

"Ya udah. Tapi kamu harus istirahat."

Melody mengangguk. Citra membimbing Melody untuk berbaring. Sambil mengompres Melody, Citra mengelus lembut puncak kepala Adik keduanya itu. Frieska memijat tangannya sampai Melody kembali tertidur lelap.

Menyadari Melody sudah tertidur, Citra mengajak Frieska keluar kamar. Mereka pun segera keluar dan duduk diruang keluarga. Untuk sesaat hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Walaupun membisu, Frieska tahu kalau Citra banyak pikiran.

Saat mendengar bahwa Melody tak ada kabar, Citra langsung berangkat dengan mobilnya menuju Jakarta. Bahkan dia juga rela bermacet-macetan demi melihat kondisi Adik-adiknya. Hingga disinilah Citra sekarang. Tinggal untuk merawat Melody yang sedang sakit.

"Mbak Cicit." Panggil Frieska.

"Hm." Gumam Citra.

"Gimana ini? Mbak Imel gak mau dibawa ke Dokter." Kata Frieska cemas.

"Itu juga yang lagi Mbak pikirin."

"Gimana ya cara bujuk Mbak Imel agar dia mau ke Dokter?"

"Mungkin ada yang disembunyiin sama Melody."

"Maksud Mbak Cicit?"

"Kamu inget kan terakhir kali Melody sakit separah itu?"

"Waktu Mbak Imel dirawat dirumah sakit saat hari dia dibully itu kan?"

"Iya. Menurut Dokter yang nanganin Melody dulu ada trauma yang membayangi dia. Jadi itu sebabnya Melody pulih lebih lama dari yang diperkirakan."

"Jadi maksudnya Mbak Imel itu masih kebayang masa lalunya dia?"

"Kemungkinan. Aku gak tahu."

Perkataan Citra membuat Frieska mematung. Frieska teringat sesaat sebelum mereka pindah ke Jakarta. Dokter Hanna yang juga menjadi Dokter pribadi keluarga memang memberitahukan kalau Melody masih menyimpan trauma.

Bahkan trauma itu belum hilang sampai sekarang. Walaupun Dokter Hanna menghibur mereka bahwa Melody masih bisa hidup normal, tapi itu bukan jaminan bahwa Melody sembuh dari traumanya. Mungkin benar. Mbak Imel masih trauma dengan bully yang dia alami. Batin Frieska.

***

Sore hari menjelang. Frieska duduk disebelah ranjang merawat Melody yang sedang berbaring sambil menatap Frieska yang sedang mengupas buah apel. Citra sedang berada diruang keluarga sambil menelfon karyawannya.

Setelah apelnya sudah terkupas, Frieska memotong apelnya menjadi beberapa bagian dan menaruhnya dipiring. Melody hanya diam sambil mengelap keringat yang terus menetes didahinya. Frieska menyentuh tangan Melody dan menyodorkan piring berisi apelnya.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang