Part 36

517 44 11
                                    

Siang itu cuaca tak terlalu terik. Bahkan berangin. Seorang perempuan tampak berbaring dengan menggunakan tangannya sebagai bantal. Matanya terus menatap langit yang tampak berawan. Matanya serius sekali menatap awan dilangit sana.

Sambil menatap langit itu, Frieska mulai teringat masa lalu. Dimana dia sering sekali melihat Melody pulang dengan wajah babak belur. Pernah sekali bibir Melody sobek karena luka yang didapat dari hasil bully teman sekolahnya.

Tangannya mengepal saat mengingat semua itu. Kini pikirannya beralih ke Yona. Sahabatnya yang kini terbaring di ICU karena percobaan bunuh dirinya. Sebenarnya Frieska mengerti. Sangat mengerti kenapa Yona melakukan percobaan bunuh diri.

Dia hanya ingin menyusul Vino, kekasihnya yang lebih dulu pergi meninggalkannya tepat dihari penting mereka dulu. Tapi bukan begini caranya Yon. Batin Frieska sambil menangis. Air mata mulai mengalir membasahi wajahnya yang cantik.

Pagi tadi, Frieska secara tak sengaja mendengar semua pembicaraan Dokter tentang kondisi Yona. Dari yang dia dengar, alat-alat medis Yona akan dicabut bila orang tua Yona tidak membayar biaya perawatan juga obat-obatan segera. Mama Yona langsung menangis dipelukan Suaminya.

Frieska juga kaget saat mendengar itu semua. Dan dia merasa sedih, kecewa dan takut. Sedih karena masalah yang berat ini menimpa Yona. Kecewa akan sikap yang dirasa olehnya arogan dari rumah sakit. Juga takut. Frieska takut kehilangan. Dia tidak mau lagi. Tidak akan.

Frieska menghapus air matanya lalu tangannya menunjuk ke langit yang sedang dipandangnya. Digerakkannya tangannya seakan dia sedang melukis dilangit lalu berbisik lirih. "I'm Still Here Yona. Always and forever."

Suara langkah seseorang dibelakangnya mengusik Frieska. Dia segera bangkit dari pembaringannya lalu menoleh. Matanya membelalak saat menyadari siapa yang berada dibelakangnya.

"Kamu...."

***

Sementara ditempat lain, terlihat 3 orang yang terdiri dari 2 perempuan dan 1 laki-laki sedang duduk-duduk disebuah rumah yang megah. Mereka duduk sambil memperhatikan 2 anak kecil yang sedang bermain boneka dengan senang.

Tak lama kemudian, Sisil asisten rumah tangga Farish membawakan minuman untuk majikan dan tamu majikannya. Melody dan Stella tersenyum ramah pada Sisil. Dan Sisil mengangguk sambil menunduk hormat.

"Silakan Tuan, Nyonya. Diminum." Kata Sisil ramah.

"Terima kasih ya Bi. Jangan lupa siapin makan siang buat anak-anak dan kami ya Bi." Ujar Farish.

"Baik Tuan. Saya ke dapur dulu. Permisi."

Mereka bertiga mengangguk lalu meminum sirup yang disajikan oleh Sisil. Melody hanya menyesap minumannya sedikit lalu menaruhnya dimeja. Tatapan mata wanita cantik itu terlihat kosong dan juga Melody berkali-kali menghela nafasnya dengan berat.

Kelihatan sekali oleh mereka bertiga kalau Melody sedang banyak pikiran. Mereka bisa menebak seperti itu karena mereka melihat Melody jadi tak ceria lagi setelah menerima telepon dari Frieska. Frieska juga belum pulang ke rumah.

Sebenarnya mereka heran saat Melody meminta mereka menjemputnya dirumah Naomi. Stella mengira Melody sedang bertengkar dengan Frieska. Tapi dugaannya meleset saat Melody memberitahu kalau Frieska sedang menginap dirumah sakit bersama Lidya, Shania dan juga Naomi sendiri.

Farish yang juga menyadari sikap aneh Melody, menatap Stella. Tapi Stella menggelengkan kepalanya tanda dia juga tak tahu apa masalahnya. Farish langsung menaruh tangannya ke bahu Melody dan Melody menatapnya.

"Kenapa Rish?" Tanya Melody.

"Harusnya aku sama Stella yang nanya. Kamu ini kenapa? Kok diem aja?" Ujar Farish.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang