Part 50

496 49 8
                                    

Malam itu tampak cerah. Bulan dan bintang tampak menyinari dan menghiasi langit malam. Vernando duduk dipinggir kolam renang sambil menatap lurus ke depan. Gracia sudah tidur dikamar setelah belajar dan menyiapkan buku dan papan ujian untuk besok.

Ya memang mereka masih minggu ujian. Jadi Vernando benar-benar ketat dalam membimbing Adiknya belajar. Bahkan dia juga mengundang guru les private ke rumah. Gracia pun dengan rajin dan tekun memperhatikan setiap bimbingan Guru yang mengajar.

Vernando merenung didekat kolam renang sambil memikirkan sesuatu. Naomi. Murid baru yang kini mengganggu pikirannya. Sebenarnya Vernando merasa risih dengan Naomi. Bagaimana tidak? Naomi sering mengikuti Vernando. Bahkan hingga ke rooftop pun naomi masih mengikutinya.

Dan yang lebih menjengkelkan adalah saat Naomi melayangkan sejumlah pertanyaan. Kenapa mereka takut padamu Ver? Kenapa kamu selalu menyendiri? Sebenarnya apa kamu gak lelah bersikap sedingin ini? Masih banyak lagi pertanyaan yang dilontarkan oleh Naomi.

Tapi dibalik kerisihan yang dia rasakan, Vernando merasa hidupnya mulai berwarna. Apalagi saat Vernando merasa Naomi juga sangat perhatian. Bahkan dia sering memberikannya minuman, makanan atau handuk saat mereka beristirahat dari latihan basket.

Dan dia benci mengakuinya. Tapi Vernando merasa tersentuh saat Naomi melakukannya. Dia seperti merasakan lagi kasih sayang dari seorang Ibu yang sudah lama tak dia rasakan. Vernando menghela nafasnya lelah. Dan berusaha mengalihkan pikirannya dengan memainkan gitar milik Vino.

Saat Vernando mulai memainkan gitarnya, Vernando merasakan ada seseorang yang berdiri dibelakangnya. Karena penasaran, dia pun menoleh dan langsung terpaku. Bahkan air mata langsung mengalir deras dari pelupuk matanya.

Dibelakangnya, dia bisa melihat Adik keduanya Vino yang berdiri sambil tersenyum. Wajahnya sangat bercahaya. Vino tampak begitu tampan. Bahkan dia juga terlihat lebih sehat dari yang dulu. Vino langsung duduk disamping Kakaknya.

Vernando langsung memeluk Vino erat dan Vino pun balas memeluknya. Dia menyadari betapa Kakak satu-satunya itu sangat merindukannya. Vino mengelus punggung Vernando yang bergetar sambil berusaha menenangkannya.

"Kakak kangen kamu Dek." Lirih Vernando.

"Vino juga kangen sama Kakak. Maaf Vino baru datang." Ujar Vino.

"Gak apa-apa. Yang penting kamu sudah senang disana." Balas Vernando.

Vino mengangguk. Setelah beberapa lama memeluk Adiknya, Vernando melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya yang masih mengalir deras. Saat itulah Vino melihat sisi rapuh dari Kakak kesayangannya. Vernando yang tampak kuat dan tegar, ternyata juga bisa menangis.

Ya dia sadar. Sekuat apapun seseorang pasti bisa menangis. Termasuk Kakaknya sendiri. Vernando menatap Vino dan Vino hanya tersenyum. Mereka pun duduk berdua dipinggir kolam renang sambil menatap langit malam yang cerah.

"Bagaimana kabar Kakak?" Tanya Vino.

"Masih baik. Tapi Kakak juga kangen kamu." Sahut Vernando.

"Ada wanita dipikiran Kakak selain Gracia?" Lanjut Vino.

"Hm maksud kamu?"

"Ah jangan pura-pura. Vino tahu kok kalau Kakak suka dengan anak baru itu. Atau mungkin Kakak jatuh cinta sama dia."

"Ngaco kamu."

Vino tersenyum. "Kak, Vino ingin Kakak mengabulkan keinginan aku."

"Apa itu?"

"Vino ingin Kakak menerima Naomi Kak. Dia adalah wanita yang baik. Untuk Kakak dan juga untuk Gracia."

Vernando mengerutkan keningnya.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang