Part 44

498 60 7
                                    

"Uhuk. Uhuk."

Disebuah kamar terlihat seorang wanita yang sedang berbaring dibangsal rumah sakit. Pintu terbuka dan terlihat Sinka yang datang sambil membawa tas gendong berisi perlengkapan menginap untuknya.

"Suhu Ci Omi masih tinggi. Mau aku kupasin buah gak?" Tanya Sinka.

"Gak usah Dut. Cici belum laper." Sahut Naomi lirih.

"Tapi ini udah jam makan siang loh. Juga Cici belum makan. Kan Cici harus minum obat." Kata Sinka.

"Nanti aja."

"Gak ada nanti. Sekarang Cici harus makan. Biar cepet sembuh."

Naomi yang berbaring dibangsal rumah sakit hanya menghela nafasnya lelah. Memang percuma berdebat dengan Sinka. Sinka memang keras kepala. Tapi Naomi juga tahu kalau sifat pemaksa Sinka juga untuk kebaikannya sendiri.

Masih teringat dibenak Sinka saat mendapati Naomi berbaring diranjangnya dengan suhu tubuh meninggi dan keringat dingin yang membanjir dikepalanya. Belum lagi perban coklat yang kembali membalut pergelangan kakinya. Itulah pertama kalinya Sinka melihat Naomi sakit sedemikian parahnya.

Dalam keadaan panik itulah Frieska dan Melody datang untuk kembali memberikan kursus matematika untuk Sinka. Frieska yang melihat betapa paniknya Sinka langsung menghampirinya. Dan Sinka memberitahukan kalau Naomi sakit.

Frieska yang mendengar itu langsung masuk ke dalam rumah Naomi diikuti Sinka yang mendorong kursi roda Melody. Frieska memasuki kamar Naomi yang ditunjuk oleh Sinka dan mendapati Naomi yang terbaring diranjangnya dalam posisi meringkuk miring.

Mengetahui betapa tingginya suhu tubuh Naomi, Frieska tanpa ragu langsung menggendong Naomi dan membawanya ke mobil untuk diantar ke rumah sakit. Melody duduk dibelakang sambil memangku Naomi yang meracau tak jelas.

Sesampainya dirumah sakit, Frieska kembali menggendong Naomi sambil berlari kencang menuju lobi yang disambut para perawat yang membawa ranjang dorong untuk Naomi. Sementara Melody datang dengan Sinka yang mendorong kursi rodanya.

Dari diagnose Dokter mereka mengetahui kalau Naomi terkena typhoid dan disarankan untuk menjalani rawat inap. Jadi disinilah Naomi sekarang. Terbaring lemah dirumah sakit dengan tangan kiri terpasang jarum infuse.

"Nih Ci. Ada apel dari Kak Frieska." Sinka menyodorkan potongan apel.

"Loh Frieska kemana?" Tanya Naomi.

"Katanya sih pulang dulu sebentar sama Bu Melody." Sahut Sinka.

"Hm gitu. Terus kenapa kamu gak sekolah?"

"Kalau aku sekolah yang jagain Cici itu siapa? Aku gak tega ninggalin Cici yang lagi sakit begini. Walaupun Cici udah dirawat disini."

"Nanti kamu ketinggalan pelajaran loh."

"Dudut udah ijin kok. Cici tenang aja."

"Tapi Dut."

"Ssssssstttttt bawel deh Cici. Udah mending Cici makan yang banyak, istirahat dan jangan banyak pikiran supaya cepet sembuh. Oke?"

Naomi tak bisa berkata apa-apa lagi. Memang Sinka sangat keras kepala. Tapi memang benar apa yang dikatakan Sinka. Bila Sinka sekolah yang menjaganya siapa? Orang tuanya? Mereka sangat sulit dihubungi. Saudara? Tidak mungkin. Karena mereka tak memiliki saudara di Jakarta. Apalagi keluarga dari kedua belah pihak orang tua mereka tinggal jauh dari Jakarta.

Huft. Naomi menghela nafasnya lelah. Miris baginya bila mengingat kondisi keluarganya yang berantakan. Kenapa keluargaku harus seperti ini? Miris Naomi dalam hati. Walaupun mereka masih memiliki orang tua, Naomi seakan hanya tinggal berdua dengan Adiknya.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang